Direktur PLN Ingin Asosiasi Proteksi Energi Jadi Rujukan Pengelolaan Bisnis Ketenagalistrikan

Hadirnya Asosiasi Pengelolaan Risiko Terintegrasi Energi Kelistrikan (Asosiasi Proteksi Energi) memiliki peran penting. Salah satunya untuk bisa menjadi rujukan dalam pengelolaan bisnis sektor ketenagalistrikan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 02 Mar 2023, 17:30 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2023, 17:30 WIB
Direktur Perencanaan Kororat dan Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero) Hartanto Wibowo memandang hadirnya Asosiasi Pengelolaan Risiko Terintegrasi Energi Kelistrikan (Asosiasi Proteksi Energi) memiliki peran penting. (Dok PLN)
Direktur Perencanaan Kororat dan Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero) Hartanto Wibowo memandang hadirnya Asosiasi Pengelolaan Risiko Terintegrasi Energi Kelistrikan (Asosiasi Proteksi Energi) memiliki peran penting. (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis ketenagalistrikan di Indonesia tengah menghadapi tantangan mengenai bauran energi ke energi bersih. Maka dipandang perlu untuk menjalankan bisnis dengan teliti.

Direktur Perencanaan Kororat dan Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero) Hartanto Wibowo memandang hadirnya Asosiasi Pengelolaan Risiko Terintegrasi Energi Kelistrikan (Asosiasi Proteksi Energi) memiliki peran penting. Salah satunya untuk bisa menjadi rujukan dalam pengelolaan bisnis sektor ketenagalistrikan.

"kita tentu berharap asosiasi ini dapat menjadikan perkumpulan sebagai rujukan dan sumber pengetahuan dan keahlian di bidang manajemen risiko," ujar dia dalam keterangannya, ditulis Kamis (2/4/2023).

"Bagi kita yang ada di industri kelistrikan, berbagai tantangan yang dihadapi mengharuskan kita untuk kerja lebih terstruktur dengan pengelolaan kerja yang lebih berbasis risiko," sambungnya.

Dia juga berharap Asosiasi Proteksi Energi menjadi komunitas dari para ahli di bidang manajemen risiko yang profesional dan kompeten. Lalu, mampu meningkatkan peran manajemen risiko dalam tata kelola perusahaan dalam pengambilan keputusan.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Proteksi Energi Bima Putrajaya mengungkap perkembangan transisi energi ini diiringi dengan transformasi digital di ketenagalistrikan.

"Dalam memasuki era grid edge diperlukan adaptasi skema bisnis kelistrikan harus sesuai dengan perkembangan teknologi baik dari segi tantangan maupun peluang yang akan dihadapi. Pertumbuhan konsumsi listrik mengalami pertumbuhan," bebernya.

 

Dapat Pinjaman dari Jerman

PLN menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembiayaan dengan bank pembangunan Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. Kredit yang diberikan ke PLN mencapai Rp 10,7 triliun.(Dok PLN)
PLN menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembiayaan dengan bank pembangunan Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. Kredit yang diberikan ke PLN mencapai Rp 10,7 triliun.(Dok PLN)

PT PLN (Persero) mendapat kucuran pendanaan dari bank pembangunan Jerman Kreditanstalt fr Wiederaufbau (KfW) sebesar 665 Juta Euro atau kurang lebih Rp 10,7 triliun. Dana dari Bank pembangunan Jerman ini akan khusus digunakan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.

Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly menjelaskan, dukungan pembiayaan ini penting untuk mempercepat program transisi energi. Salah satunya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

"Saya kira dukungan ini sangat penting bagi kami, tentu saja semua ini dilakukan untuk mendukung percepatan transisi energi di Indonesia. Kerja sama PLN dan KfW asal Jerman ini telah berlangsung 42 tahun dan ini komitmen PLN untuk meningkatkan porsi energi terbarukan ke bauran energi," kata Sinthya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/3/2023).

Sinthya mengatakan, dukungan pembiayaan dalam perjanjian ini mencakup proyek dan program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan seperti matahari, angin, air, panas bumi, hingga peningkatan jaringan transmisi, dan distribusi, serta dukungan kelembagaan kepada PLN.

 

Mendukung Transisi Energi Indonesia

PLN menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembiayaan dengan bank pembangunan Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. Kredit yang diberikan ke PLN mencapai Rp 10,7 triliun. (Dok PLN)
PLN menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembiayaan dengan bank pembangunan Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. Kredit yang diberikan ke PLN mencapai Rp 10,7 triliun.(Dok PLN)

Bernd Loewen selaku Chief Financial Officer (CFO) KfW Group menjelaskan, KfW Bank berkomitmen untuk mendukung PLN mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

"Bersama PLN, KfW telah menjalin kemitraan yang baik. Bekerja sama dalam dekarbonisasi sektor energi akan menjadi salah satu bidang fokus utama KfW dalam beberapa dekade mendatang, kami berharap dukungan ini membuat PLN lebih fokus. Kami mendukung Indonesia untuk mengembangkan sektor energi secara berkelanjutan dan ramah iklim untuk mengamankan pasokan listrik jangka panjang dan hemat biaya untuk seluruh penduduk," jelas Loewen.

Lebih jauh Loewen mengungkapkan bahwa kerja sama ini tidak hanya berdampak pada Indonesia dan PLN. Menurutnya, kerja sama ini berdampak pada ekonomi di seluruh dunia termasuk ekonomi Jerman.

 

Kolaborasi

Ia menambahkan bahwa Jerman sangat mendukung langkah PLN dalam transisi energi. Ia menilai, bahwa dalam proses transisi energi memang diperlukan kolaborasi sehingga pola yang sama bisa diadopsi dengan negara dan pihak lain.

"Kerja sama ini merupakan tonggak baru. Kami mendukung langkah Indonesia dalam pencapaian implementasi transisi energi, juga karena kami ingin meniru model kemitraan ini, sehingga lebih banyak negara untuk mendaftar," pungkas Loewen.

Poster Infografis Hemat Energi (Hemat Energi di Rumah)
Contoh Infografis Hemat Energi (Hemat Energi di Rumah). Sumber : www.kominfo.go.id/
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya