Liputan6.com, Jakarta Setelah hampir tiga tahun dunia dilanda pandemi Covid, masyarakat kini bersiap untuk bertransisi ke lingkungan hijau dan berkelanjutan. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, hal ini sangat penting karena dampak perubahan iklim dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, menimbulkan konsekuensi sosial, ekonomi dan sosial jika tidak diantisipasi sejak dini.
Dalam acara High Level Seminar : Aligning Policies for Climate Transition pada Jumat (30/3), Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa PDB global diperkirakan bisa 11 hingga 14 persen lebih rendah pada pertengahan abad ketika dunia menghadapi perubahan iklim.
Baca Juga
"Jadi jika kita dapat mengatasi perubahan iklim, sebenarnya kita mampu menanggung degradasi ini dan kita dapat mencegah penurunan PDB dunia sebesar 11 hingga 14 persen, dan kita sepenuhnya mampu menanggung degradasi perubahan iklim juga untuk memenuhi target Perjanjian Paris," paparnya saat menyampaikan pidato di Bali Nusa Dua Convention Center 1 (BNDCC 1), Nusa Dua, Bali Kamis (30/3/2023).
Advertisement
"Sebenarnya, kami juga (memprediksi) penurunan sekitar 4 persen dalam PDB pada pertengahan abad ini. Ini jumlah uang yang besar, juga bisa menimbulkan banyak dampak ekonomi dan sosial, serta untuk ekonomi inklusif dan pertumbuhan ekonomi global kita," lanjutnya.
Inilah alasan mengapa Indonesia membawa isu iklim dan pembangunan ekonomi berkelanjutan pada 3 pilar dalam Keketuaannya di ASEAN tahun ini, ungkap Gubernur Perry.
Keketuaan Indonesia ASEAN 2023
Seperti diketahui, keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 di Jalur Ekonomi mengangkat 3 pilar strategis yaitu : (i) Rebuilding Regional Growth, Connectivity, and New Competitiveness (recovery rebuilding); (ii) Accelerating Inclusive Digital Economy Transformation and Participation (digital economy); dan (iii) Promoting Sustainability Economic Growth for a Resilient Future (sustainability).
"Ingat, salah satunya adalah memulihkan dan membangun kembali. Kedua, ekonomi digital. Pilar ketiga adalah transisi menuju perubahan iklim. Ini sangat penting," jelas Gubernur Perry.
PDB Adalah Kepanjangan dari Produk Domestik Bruto, Pahami Indikator Ekonominnya
Indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara, dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah jumlah nilai tambah, yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun.
PDB atas dasar harga konstan, umumnya menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB adalah jumlah nilai tambah, yang digunakan secara luas sebagai titik referensi untuk kesehatan ekonomi nasional dan global. Saat PDB tumbuh, terutama jika inflasi tidak menjadi masalah, pekerja dan bisnis umumnya lebih baik daripada saat tidak ada.
PDB adalah salah satu produk yang terdiri dari barang dan jasa, di mana akan diproduksi untuk dijual di pasar dan juga mencakup beberapa produksi non pasar, seperti jasa pertahanan atau pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Konsep alternatif, produk nasional bruto, atau GNP, menghitung semua output penduduk suatu negara. Distribusi PDB menurut penggunaan, menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
Berikut ini definisi PDB atau Produk Domestik Bruto yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (6/1/2022).
Advertisement
Definisi Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto atau PDB adalah ukuran standar dari nilai tambah, yang diciptakan melalui produksi barang dan jasa di suatu negara selama periode tertentu.
Melansir dari laman OECD data, PDB juga mengukur pendapatan yang diperoleh dari produksi itu, atau jumlah total yang dihabiskan untuk barang dan jasa akhir (dikurangi impor). Sementara PDB adalah satu-satunya indikator yang paling penting untuk menangkap kegiatan ekonomi, dan hal ini tidak cukup untuk memberikan ukuran kesejahteraan material masyarakat yang bisa menjadi alternatif tepat.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, di mana Produk domestik bruto (PDB) Indonesia tercatat sebesar US$1,19 triliun pada 2021.
Hal ini menempatkan Indonesia di posisi ke-16 di antara negara-negara G20. Posisi Indonesia berada di bawah Meksiko dengan PDB sebesar US$1,29 triliun. Sementara itu, Amerika Serikat punya ekonomi paling besar di antara negara G20, yakni US$23 triliun pada 2021. Posisinya diikuti China dengan PDB sebesar US$17,21 triliun.
Indikator Ekonomi
a. Produk Nasional Bruto
PDB atau Produk Nasional Bruto adalah indikator ekonomi yang ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal), milik penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri, serta dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.
b. Produk Nasional Neto atas dasar harga pasar
Produk Nasional Neto adalah PDB yang dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap, serta digunakan dalam proses produksi selama setahun.
c. Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi
Adapun produk nasional neto atas dasar harga pasar, dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah, kemudian dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual.
d. Angka-angka per kapita
Umumnya angka-angka per kapita adalah ukuran-ukuran indikator ekonomi, sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Advertisement