Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memuji pertumbuhan ekonomi ASEAN yang positif. Hal itu disampaikan Sri Mulyani saat menghadiri acara ASEAN Finance Ministers & Central Bank Governors Meeting (AFMGM) 2023 di Nusa Dua, Bali pada Jumat (31/3).
"Khususnya pada periode 2010 hingga 2019, di mana ASEAN secara konsisten menyumbang 3 persen dari PDB riil dunia," kata Sri Mulyani dalam pembukaan AFMGM 2023, Jumat (31/3/2023).
Baca Juga
Daftar Pemain Abroad yang Dipanggil untuk Timnas Indonesia di ASEAN Mitsubishi Electric Cup 2024, Idola Para Pencinta Bola Tanah Air
ASEAN Youth Fellowship 2024, Pemimpin Muda Bersatu untuk Masa Depan ASEAN yang Terhubung
Presiden Prabowo Saksikan Serah Terima Kepemimpinan Kaukus ASEAN-ABAC dari Indonesia ke Malaysia
Namun pada tahun 2020, PDB ASEAN sempat menyusut akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan di tahun 2021 juga tidak melebihi level sebelum pandemi.
Advertisement
"Untuk Indonesia, kami sedikit beruntung di tahun 2021 karena sudah melampaui level sebelum pandemi," ujar Menkeu.
Namun, hal itu memberikan motivasi untuk memastikan ekonomi berada dalam kondisi yang lebih baik hari ini daripada tahun kemarin, kata Sri Mulyani.
"Banyak organisasi internasional masih memproyeksikan bahwa kawasan kita (ASEAN) akan memiliki pandangan positif pada tahun 2023. Kita masih punya banyak waktu tahun ini Untuk memastikan bahwa proyeksi ITU akan terwujud atau bahkan lebih baik," tuturnya.
Tak Cepat Berpuas Diri
Tetapi Sri Mulyani juga mengingatkan agar tidak lengah dan berpuas diri, serta selalu bersiap pada kemungkinan guncangan pada ekonomi.
"Kita semua perlu tetap waspada dan bersiap menghadapi beberapa tantangan eksternal yang dapat menyebabkan gejolak ekonomi regional kita," jelasnya.
Dalam pertemuan yang menghadirkan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN, Sri Mulyani menyerukan kawasan itu untuk terus memperbaharui kebijakan dalam merespon situasi yang dinamis.
"Kita juga tidak boleh berpuas diri dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi kawasan yang tinggi. Di sisi lain, kita juga harus aktif menjaga dan memfasilitasi situasi ini agar kita dapat terus melakukan yang terbaik dalam reformasi ekonomi dan memastikan keberlanjutan," pungkasnya.
Â
Sri Mulyani : ASEAN Berkomitmen Wujudkan Transisi Demi Emisi Nol Bersih
Sejak Selasa kemarin, Bank Indonesia (BI) bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar ASEAN Finance Minister And Central Bank Governors Meeting (AFMGM) di Nusa Dua, Bali.Â
Dalam side events AFMGM berupa seminar, hadir sejumlah perwakilan dari lembaga keuangan, pelaku bisnis, maupun pembuat kebijakan untuk membahas isu ekonomi berkelanjutan.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan,  komitmen negara ASEAN sangat penting dalam mewujudkan transisi mencapai emisi nol persen.
"Mereka semua berkomitmen untuk memiliki emisi nol bersih dengan Nationally Determined Contribution (NDC) mereka. Dalam hal tindakan, tentu membutuhkan sumber daya pembiayaan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center 1 (BNDCC 1), Nusa Dua, Bali, Kamis (30/3/2023).
Sebagai informasi, Nationally Determined Contribution (NDC) merupakan dokumen yang memuat komitmen dan aksi iklim sebuah negara yang dikomunikasikan kepada dunia melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
"Untuk Indonesia, kami juga bekerja sangat keras menerjemahkan Nationally Determined Contribution ke dalam tindakan," beber Menkeu.
Â
Advertisement
Nationally Determined Contribution
Sri Mulyani merinci, Pemerintah Indonesia telah meningkatkan Nationally Determined Contribution dari 29 persen menjadi 32,1 persen, juga dari 42 menjadi 43,8 persen dengan dukungan global.
"Menerapkan NDC ini, salah satu aspek terpenting adalah transisi energi," jelasnya.
Bagi Indonesia, Sri Mulyani mengatakan, hal ini menjadi lebih penting karena Indonesia juga memiliki energi bahan bakar fosil, baik sumber daya seperti minyak, gas, bahkan batu bara, sekaligus kaya akan sumber daya yang berkaitan dengan energi terbarukan, yaitu panas bumi, dan air.
"Itulah mengapa bagi Indonesia untuk menerjemahkan transisi kita menuju energi hijau ini, penting tidak hanya mencantumkan angka, tetapi juga bagaimana kita akan mengerjakannya," pungkasnya.