Kemenperin Bakal Hentikan Rencana Eropa Setop Pabrik Plastik Berbahan Baku Migas

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana untuk melakukan upaya untuk menghentikan rencana Eropa yang ingin melakukan penghentian atau menyetop dan mengurangi pabrik plastik virgin atau yang berbahan baku migas.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Mei 2023, 14:10 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2023, 14:10 WIB
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito. Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global. Salah satu upaya strategis yang dijalankan seiring tren pasar saat ini adalah mengakselerasi industri pertrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular. (Dok. Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana untuk melakukan upaya  untuk menghentikan rencana Eropa yang ingin melakukan penghentian atau menyetop dan mengurangi pabrik plastik virgin atau yang berbahan baku migas.

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito mengatakan upaya itu dilakukan untuk bisa menjaga industri plastik yang berkontribusi besar dalam industri kimia di Indonesia.

“Minggu depan kami ditugaskan Pak Menteri (Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita) mengawal virgin plastic ke Prancis. Bagaimana dunia ini akan setop dan mengurangi pabrik-pabrik plastik yang origin, berbasis migas. Sementara dunia ini tidak mungkin tidak menggunakan plastik. Ini yang kita perjuangkan,” dikutip dari Antara, Selasa (23/5/2023).

Ia menyampaikannya di sela-sela  Focus Group Discussion (FGD) tentang Optimalisasi Jasa Engineering, Procurement & Construction Nasional Dalam Mendukung Perkembangan Industri, di Jakarta, Selasa.

Warsito menjelaskan latar belakang upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia itu yakni setelah konferensi kedua terkait sampah plastik.

Meski isu tersebut mengarah terkait sampah plastik, namun ada usulan untuk mengurangi distribusi dan produksi plastik original atau virgin atau yang berbahan baku migas.

“Artinya kita bukan bicara recycling plastik, atau daur ulang plastik tapi bicara yg di hulunya. Nah kita kan sangat khawatir kalau itu dijadikan mandatori dan kita harus hitung sama-sama, bahwa kita juga tidak mungkin akan mengurangi atau bahkan menstop produksi plastik yang berbasis migas,” katanya.

Proyek Petrokimia

Belum lagi saat ini ada sejumlah proyek petrokimia raksasa yang tengah dibangun dan digadang-gadang dapat memenuhi kebutuhan plastik polietilen seperti proyek Chandra Asri Petrochemical dan Lotte Chemical.

Di sisi lain, Warsito menegaskan pemerintah tetap mendukung upaya untuk menjaga lingkungan. Namun, ia juga menekankan perlunya pertimbangan untuk bisa tetap menjaga pembangunan industri demi perekonomian.

Ia juga mengakui sektor petrokimia masih memungkinkan untuk bisa mengurangi karbon dengan proses dan teknologi yang tepat guna.

Misalnya saja, di industri plastik, ada alternatif bahan baku berupa biorefinery yang telah dikembangkan oleh Korea Selatan.

“Kami susah siapkan posisi Indonesia dan harapannya kita bisa memberikan keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan dan sosial di sana,” katanya.

Sesi kedua Intergovernmental Negotiating Commitee akan mengembangkan instrumen mengikat terkait sampah plastik, termasuk lingkungan laut, pada 29 Mei-2 Juni 2023 di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Proyeksi Pasar Plastik Bebas BPA Capai 299,6 Miliar Dollar AS pada 2031

Menanti Jamur dan Bakteri Potensial Pengurai Sampah Plastik
Ilustrasi botol plastik. (dok. Tanvi Sharma/Unsplash.com)

Sebelumnya, permintaan produk kemasan makanan dan minuman yang sehat, aman dikonsumsi, dan bebas bahan kimia Bisphenol A (BPA) semakin meningkat. Meningkatnya permintaan tersebut disebabkan oleh perubahan gaya hidup pasca Covid-19 melanda dunia.

Berkaitan dengan itu, perusahaan riset pasar Allied Market Research pada tahun 2022 memproyeksikan bahwa pasar global untuk kemasan plastik bebas BPA bisa mencapai USD299,6 miliar pada 2031. Hal tersebut mencakup tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 5 persen dari 2022 hingga 2031.

Dikutip dari Alliedmarketresearch.com, besarnya pangsa pasar plastik BPA tersebut didorong oleh tingginya pemanfaatan produk bebas BPA di Industri makanan dan minuman. Pasalnya, meningkatnya masalah kesehatan karena penggunaan produk turunan BPA merupakan faktor pendorong utama pasar plastik bebas BPA. 

Selain itu, kontaminasi zat makanan juga dapat dihindari dengan penggunaan plastik bebas BPA. Hal itu bisa terjadi karena zat-zat berbahaya yang menempel di bahan kemasan tidak akan larut ke dalam produk.

Riset tersebut juga memaparkan bahwa beberapa produsen sudah mengambil berbagai metode inovatif untuk memproduksi plastik bebas BPA. Banyak produsen menggunakan plastik bebas BPA untuk mengurangi biaya, sementara yang lain menggunakannya untuk membuat kemasan yang unik. 


Perempuan Berperan Penting

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Sampah Plastik Masih Jadi Pekerjaan Rumah Bersama
Ilustrasi sampah plastik. (dok. Nick Fewings/Unsplash)

Selain karena Covid-19, tren yang meningkat tersebut juga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup dari perempuan yang semakin concern terhadap kesehatan diri dan keluarga mereka. Bagi CEO The Healthy Jonathan Cohn, kaum perempuan tersebut berperan penting dalam memilih produk yang aman dan sehat.

“Ketika semakin banyak perempuan yang menyadari potensi risiko kesehatan akibat BPA, mereka semakin mencari produk yang lebih aman untuk diri dan keluarga mereka," katanya seperti dikutip CNBC.com.

"Tren ini menciptakan peluang besar bagi startup yang menciptakan produk inovatif dan lebih aman untuk konsumen," imbuh Cohn.

Semakin meningkatnya kesadaran perempuan akan bahaya BPA tersebut akan mendorong peningkatan permintaan akan produk kemasan yang bebas BPA. Hal ini merupakan peluang bagi perusahaan startup untuk mengembangkan produk alternatif yang lebih aman bagi kesehatan.

Kebanyakan perempuan yang memilih produk kemasan bebas BPA adalah mereka yang sudah memiliki anak atau yang sedang hamil. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan anak dan keluarga merupakan hal yang penting bagi perempuan. 

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya