Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Arab Saudi memanfaatkan ikon budaya populer barat demi meningkatkan kekuatannya di bidang olahraga, seni, dan musik. Kerajaan dilaporkan rela membayar maestro Argentina Lionel Messi hingga USD 400 juta atau sekitar Rp 5,9 triliun per tahun.
Meskipun jumlahnya cukup besar, bahkan menurut standar sepakbola nominal tersebut, itu hanyalah serangkaian langkah penguasa petrostate yang menggelontorkan miliaran dolar untuk olahraga, seni, dan musik.
Dilansir dari Fortune, Selasa (23/5/2023), Arab Saudi berharap pengeluaran yang bersumber dari pendapatan sebagai negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia, akan menggairahkan generasi muda yang sedang berkembang dan meningkatkan industri pariwisatanya.
Advertisement
Kritikus menilai, gelontoran uang itu ditujukan untuk membangun citra internasional yang dirusak oleh perang brutal di Yaman dan pembunuhan pembangkang Saudi Jamal Khashoggi pada 2018.
Taruhan Olahraga
Besarnya pengeluaran tersebut membuat Arab Saudi tidak mungkin diabaikan oleh elit politik dan bisnis dunia. Perekonomian kerajaan menjadi salah satu yang tumbuh tercepat di Kelompok 20 tahun lalu, didorong harga minyak tertinggi dalam sekitar satu dekade.
Bahkan kini negara itu masuk ke dalam negara terbesar ketujuh di dunia, menyebarkan miliaran baik di dalam maupun luar negeri.
Nah, aset olahraga telah menempati urutan teratas dalam daftar belanja Arab Saudi.
Sebelum rencana ini, pada akhir 2022, superstar sepak bola Portugal Cristiano Ronaldo menandatangani kontrak dengan Al-Nassr FC senilai USD 200 juta per tahun.
Setahun sebelumnya, Dana Investasi Publik Arab Saudi memimpin sebuah konsorsium yang mengakuisisi klub sepak bola Liga Utama Inggris Newcastle United FC dengan harga lebih dari USD 373 juta.
Arab Saudi sedang mempertimbangkan tawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2030, setelah menyaksikan kesuksesan turnamen baru-baru ini di negara tetangga Qatar.
“Olahraga sangat penting untuk apa yang dilakukan Saudi saat bergerak menuju dunia di mana ia tidak terlalu bergantung pada pendapatan minyak,” menurut profesor ekonomi olahraga dan geopolitik di Skema Business School di Paris Simon Chadwick.
Harapan Sektor Pariwisata
Di samping itu, Arab Saudi pun ingin pariwisata menyumbang 10 persen dari produk domestik brutonya pada 2030, yang pada saat itu diharapkan dapat menarik 100 juta pengunjung per tahun.
Pada 2022, kerajaan itu menampung sekitar 16 juta pengunjung, termasuk turis, pelancong bisnis, mereka yang datang untuk melihat kerabat yang tinggal di negara itu dan Muslim di luar negeri untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, kata perwakilan Otoritas Pariwisata Saudi pada konferensi pers di Dubai bulan ini.
Untuk mencapai targetnya, Arab Saudi tidak hanya melihat olahraga profesional. Pameran Andy Warhol, biennale seni, dan konser musik elektronik di padang pasir, hingga restoran koki selebriti di Riyadh dan kemitraan dengan sekolah kuliner ternama, digelar dan menghabiskan banyak biaya untuk menciptakan industri hiburan dan rekreasi dari awal.
Dan itu bukan hanya sektor swasta. Dalam beberapa tahun terakhir, Inggris dan Prancis telah menandatangani perjanjian kerja sama budaya dengan Arab Saudi.
Advertisement