USD Menguat Hari ini Selasa 30 Mei 2023, Bagaimana dengan Rupiah?

Indeks USD menguat pada Selasa (30/5). Sementara itu, Rupiah diprediksi akan berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp.14.950- Rp. 15.000.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Mei 2023, 17:29 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 17:29 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Selasa (30/5). Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa dolar naik lebih tinggi pada awal perdagangan Selasa, tetap mendekati puncak dua bulan untuk USD. 

Hal ini dikarenakan "para pedagang mencerna potensi kenaikan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut serta lewatnya dolar AS, dan kesepakatan plafon utang melalui Kongres," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (30/5/2023).

Sementara itu, Rupiah ditutup melemah 13 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 12 point dilevel Rp. 14.965 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.972.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 14.950- Rp. 15.000," ungkap Ibrahim.

Seperti diketahui, Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy mencapai kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang hingga 2025 dan membatasi sebagian pengeluaran federal untuk mencegah resesi AS.

Namun, Departemen Keuangan kekurangan uang untuk menutupi semua kewajibannya, dan akan menghadapi tentangan dari kedua belah pihak. 

"Fokus minggu ini adalah isyarat ekonomi AS, khususnya data nonfarm payrolls untuk bulan Mei, untuk mengukur seberapa besar kemungkinan Fed menaikkan suku bunga," beber Ibrahim.

Data pekan lalu menunjukkan, indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi, yang menjadi ukuran inflasi pilihan The Fed, naik secara tak terduga pada bulan April, menunjukkan bahwa inflasi tetap kaku.

Tren tersebut, ditambah dengan tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja, kemungkinan akan melanjutkan ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Juni mendatang.

Harga Fed Fund berjangka menunjukkan pasar memposisikan peluang lebih dari 60 persen bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan berikutnya. Namun bagaimana situasi utang Pemerintah di tengah penguatan USD?

Utang Pemerintah Berada di Bawah Batas Aman

Ilustrasi Utang atau Pinjaman. Foto: Freepik
Ilustrasi Utang atau Pinjaman. Foto: Freepik

Di Indonesia, pelaku pasar merespon positif utang pemerintah yang mengalami penurunan.

Ibrahim menyoroti posisi utang pemerintah sampai dengan akhir April 2023 sebesar Rp. 7.849,89 triliun. Ini menandai penurunan Rp. 28,19 triliun dari Maret yakni Rp. 7.879,07 triliun.

Posisi ini masih berada di bawah batas aman sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Nominal utang pemerintah tersebut diikuti dengan rasio utang sebesar 38,15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Kementerian Keuangan mencatat, baik secara nominal maupun rasio, posisi utang pemerintah menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Nominal utang pemerintah saat ini terbilang masih aman, mengingat Undang-undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara menetapkan batas aman atau threshold rasio utang pemerintah maksimal 60 persen dari PDB dan defisit APBN maksimal 3 persen dari PDB. Dengan posisi utang yang menurun, hal tersebut di aminin juga oleh para pengamat ekonomi," jelas Ibrahim.

 

Masih Terkendali

Ilustrasi Utang. Dok Kemenkeu
Ilustrasi Utang. Dok Kemenkeu

Para pengamat menilai, rasio utang pemerintah yang berada di level 38,15 persen dari PDB masih terkendali. Selain itu, defisit APBN tahun ini juga ditargetkan berada di bawah 3 persen.

"Yang terpenting adalah utang pemerintah masih di level aman karena berada dalam fundamental yang baik dengan sisi peringkat rating yang juga dinilai cukup stabil," ujar Ibrahim.

Berdasarkan catatan Kemenkeu, utang pemerintah yang mencapai Rp7.849,89 triliun didominasi oleh utang domestik yakni 72,88 persen atau Rp5.698,37 triliun.

Sementara itu, berdasarkan instrumennya, komposisi utang pemerintah mayoritas berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 89,26 persen atau senilai Rp7.007,3 triliun.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya