Kurs Dolar AS Kamis 8 Juni 2023 Jual Rp 14.949,38, Berapa Poundsterling hingga Yuan?

pada Kamis (8/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.949,38 juga kurs belinya sebesar Rp 14.800,63.

oleh Jessica Sheridan diperbarui 08 Jun 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2023, 14:00 WIB
BCA Jan 2017
pada Kamis (8/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.949,38 juga kurs belinya sebesar Rp 14.800,63.

Liputan6.com, Jakarta Kurs Dolar AS ke Rupiah sampai saat ini masih naik dan turun, meski tidak signifikan. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Kamis (8/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.949,38 juga kurs belinya sebesar Rp 14.800,63.

Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.556,67 dan kurs beli Rp 18.367,58. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 15.970,42 dengan kurs beli Rp 15.810,03.

Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 9.978,71 dan kurs beli Rp 9.876,46.

Beralih ke mata uang negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.721,01 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.612,05 per 100  Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.098,19 diikuti kurs beli Rp 2.077,05.

Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,46 dengan kurs beli Rp 11,34 per Won yang keduanya terus berubah naik dan turun sejak hari sebelumnya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.906,78 serta kurs beli sebesar Rp 1.887,76.

Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk  dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.083,47 dan kurs beli Rp 10.972,37 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.249,87 dan kurs beli Rp 3.214,03.

Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 266,45 dan kurs beli Rp 263,71 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 429,58 dan kurs belinya Rp 425,18 per Baht.

Rupiah Diramal Terpuruk Lagi Hari Ini, Makin Dekati 15.000 per USD

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis, nilai tukar (kurs) rupiah melemah 0,17 persen atau 25 poin menjadi Rp14.902 per USD dari sebelumnya Rp14.877 per USD.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan pelemahan rupiah terhadap USD berpeluang berlanjut pada hari Kamis (8/6) seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS yang menyiratkan persepsi pelaku pasar bahwa kondisi ​​​​suku bunga tinggi masih akan dipertahankan di AS.

"Kenaikan imbal hasil obligasi AS dipicu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Kanada yang di luar ekspektasi semalam, naik 25 bps menjadi 4,75 persen," ucap dia dikutip dari Antara, Kamis (8/6/2023).

Penaikan suku bunga acuan Bank Sentral Kanada dilakukan dalam rangka menurunkan target inflasi mereka menjadi 2 persen, mengingat sekarang sudah berkisar 4,4 persen.

Berdasarkan survei CME Fed Watch Tool, probabilitas jeda di Juni 2023 menunjukkan penurunan dari sebelumnya di kisaran 80 persen menjadi 66 persen.

"Potensi pelemahan (rupiah) ke kisaran Rp14.900 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp14.850 per dolar AS," ucapnya.

 

Langkah Investor

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Analis Senior Lukman Leong menyampaikan bahwa pembukaan pada hari Kamis, investor akan cenderung wait and see menantikan serangkaian data dan event ekonomi penting minggu depan.

Misalnya, data cadangan devisa Indonesia yang diumumkan pada Jumat (9/6), neraca perdagangan Indonesia, dan data inflasi AS dan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) minggu depan.

"Dolar AS sendiri diperkirakan masih akan range bound, rupiah sendiri masih didukung sentimen positif domestik dan akan menguat walau tidak akan besar," kata Lukman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya