Berhemat Rp 45 Triliun, Ford PHK Karyawan di Amerika dan India

Pada Agustus 2022, Ford mengatakan akan memangkas total 3.000 pekerja bergaji dan kontrak, sebagian besar di kawasan Amerika Utara dan India.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Jun 2023, 11:46 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2023, 11:46 WIB
Ford Motor Co.
Logo Ford Motor

Liputan6.com, Jakarta Ford Motor dikabarkan sedang mempersiapkan babak baru pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para pekerjanya di Amerika Serikat.

Melansir US News, Jumat (23/6/2023) perusahaan pada Maret 2022 lalu mengumumkan rencana untuk mengurangi biaya struktural hingga USD 3 miliar atau setara Rp. 45 triliun pada unit kendaraan bertenaga gasnya.

Kemudian pada bulan Agustus 2022, Ford mengatakan akan memangkas total 3.000 pekerja bergaji dan kontrak, sebagian besar di kawasan Amerika Utara dan India.

Menurut laporan Wall Street Journal, putaran baru PHK di Ford diperkirakan akan memengaruhi karyawan di divisi gas, kendaraan listrik, dan perangkat lunak pembuat mobil di Detroit, tetapi jumlah karyawan yang terkena PHK tidak dapat diketahui secara pasti.

Pihak Ford juga tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait kabar PHK tersebut.

Upaya terbaru pembuat mobil untuk merampingkan operasinya datang setelah produsen lainnya yakni Stellantis NV dan General Motors mengatakan mereka menawarkan pembelian karyawan.

Kenaikan harga dan permintaan yang kuat untuk kendaraan baru telah mendorong perusahaan pembuat mobil mengatasi beberapa tantangan inflasi, meskipun biaya bahan baku yang lebih tinggi masih menjadi tantangan.

Pembuat mobil di AS juga telah mencoba untuk mengendalikan biaya pada bisnis kendaraan listrik mereka yang mahal, area fokus industri karena produksi kendaraan ramah lingkungan menjadi arus utama.

Di Eropa, badai [PHK](PHK "") juga melanda karyawan di Volvo Cars, yang memberhentikan sekitar 1.300 karyawannya di Swedia karena meningkatkan pemotongan biaya.

Produsen Mobil Volvo PHK 1.300 Karyawan di Swedia

Ilustrasi PHK (Istimewa)
Ilustrasi PHK (Istimewa)

Kepala eksekutif Volvo Jim Rowan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya masih memerlukan pemotongan biaya meski dorongan efisiensi grup mulai menunjukkan hasil.

"Hambatan ekonomi, kenaikan harga bahan baku, dan persaingan yang meningkat kemungkinan akan tetap menjadi tantangan bagi industri kami untuk beberapa waktu," katanya, dikutip dari The Straits Times.

Sekitar 1.100 pekerjaan akan dipangkas di unit operasi global utama Volvo Cars, yaitu Volvo Personvagnar, sementara 200 posisi lainnya akan diidentifikasi setelah peninjauan entitas perusahaan di seluruh Swedia, menurut keterangan perusahaan tersebut.

Sehari sebelumnya, Volvo Cars, yang mayoritas dimiliki oleh Geely Holding China, mengatakan bahwa penjualan meningkat 10 persen YoY di bulan April menjadi 51.976 mobil, didorong oleh kenaikan yang kuat di China.

Penjualan Volvo di China melonjak 46 persen, sementara di Eropa, yang merupakan pasar terbesarnya, penjualan naik 5 persen.

Sedangkan Amerika Serikat, penjualan Volvo turun 4 persen.

Volvo Cars mengatakan penjualan mobil listrik naik hampir dua kali lipat menjadi 1 persen dari total penjualan.

Semua unit model Rechargenya, termasuk yang tidak sepenuhnya bertenaga listrik, naik 28 persen.

General Motors PHK Lagi Ratusan Karyawan

General Motors
Ikon General Motors (FM (Foto: norebbo.com)

Bulan lalu, badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga melanda perusahaan otomotif asal Amerika Srikat, General Motors Co atau GM.

Mengutip US News, General Motors mengatakan telah memangkas ratusan pekerja kontrak penuh waktu selama akhir pekan, termasuk di pusat tekniknya di pinggiran kota Detroit. 

PHK ini diketahui merupakan salah satu upaya terbaru pembuat mobil itu untuk merampingkan operasi.

Kontraktor yang terdampak dari PHK kali ini adalah di bagian pengembangan produk global milik GM yakni Warren Tech Center.

Meski kabar PHK di GM muncul, saham perusahaan itu naik 2 persen menjadi USD 33,73.

Sebelumnya, pada April 2023 GM mengungkapkan bahwa sekitar 5.000 pekerja bergaji telah memilih untuk keluar dari perusahaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya