IBM: Artificial Intelligence Bisa Deteksi Kemungkinan Serangan Ransomware

Dari segi SDM, sektor teknologi di Indonesia sudah cukup siap untuk mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 06 Jul 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - President Director IBM Indonesia, Roy Kosasih menjabarkan berbagai langkah keamanan yang perlu disiapkan dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI) di sektor teknologi dalam negeri. Roy meminta kepada pemerintah dan swasta untuk bahu-membahu menyiapkan hal tersebut.

"Yang dibutuhkan itu adalah kedekatan antara pemerintah dan swasta. Terutama dengan pihak swasta khususnya perusahaan teknologi, yang memang memiliki kemampuan untuk ke sana (security dalam teknologi AI)," kata Roy Kosasih kepada Liputan6.com di The Plaza, Jakarta, pada Rabu (5/7/2023).

"Ini sudah ada perusahaan perusahaan teknologi yang sudah memiliki kemampuan ke security, terutama di area bagaimana bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya serangan ransomware, kemudian pada saat terjadi serangan yang perlu disiapkan adalah bagaimana memitigasi termasuk adalah untuk mengisolasi serangan itu supaya dampaknya tidak menyebar luas," jelasnya.

"Kemudian bagaimana risiko serangan di contain, memproteksi dari serangan tersebut ke depannya.

"AI bisa membantu, karena AI bisa mempelajari (risiko serangan ransomware) terutama yang generatif, juga yang sifatnya untuk enterprise seperti yang dimiliki IBM dengan melihat history data," sambung Roy Kosasih.

Dia juga yakin, dari segi SDM, sektor teknologi di Indonesia sudah cukup siap untuk mengadopsi teknologi AI.

"Boleh dibilang kita lumayan siap (dari segi SDM) dan kita harus memberikan kesempatan untuk mempersiapkan (kehadiran AI) dengan lebih dalam dan luas lagi," ujarnya.

IBM Sudah Lebih Dulu

IBM sendiri bahkan sudah memperkenalkan platform generative AI khusus untuk penggunaan di industri, yaitu WatsonX.

Perusahaan itu bulan lalu telah meluncurkan Watsonx, platform AI dan data yang menyediakan akses layanan mandiri bagi pengguna bisnis, ilmuwan data, dan pengembang untuk model dasar, juga sebuah tempat kerja tunggal untuk membangun dan menyempurnakan pembelajaran mesin tradisional maupun model dasar yang lebih baru dengan menggunakan data mereka sendiri secara aman.

"Di WatsonX, kami bahkan mempermudah penggunaan dan pengembangan AI sesuai keinginan pengguna," ujar Roy Kosasih.

 

Masalah Privasi Data

Logo IBM di kantor IBM, Jakarta (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Logo IBM di terpajang kantor IBM, Jakarta (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

IBM, dalam keterangan terpisah menjelaskan bahwa, meskipun AI telah membuat kemajuan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir, AI tetap menantang untuk diukur dan dioperasionalkan, dengan setiap kasus penggunaan baru yang membutuhkan model baru yang harus dirancang dan dibangun menggunakan data tertentu.

Perusahaan mengungkapkan, AI diperkirakan akan membuka potensi hingga USD 16 triliun atau setara Rp 240,9 kuadriliun pada tahun 2030.

"Sebuah survei mendatang dari IBM akan menunjukkan bahwa 30 persen dari para pemimpin bisnis menganggap masalah kepercayaan dan transparansi, sedangkan 42 persen diantaranya menyebutkan masalah privasi data sebagai hambatan yang menghambat mereka untuk mengadopsi AI generatif," kata IBM dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (6/7/2023).

"Dengan WatsonX, kami menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan bisnis dalam satu tempat - perangkat, teknologi, infrastruktur, dan keahlian konsultasi - dengan kontrol kualitas yang dibangun untuk menjamin kepercayaan, serta kemampuan bisnis untuk menggunakan data mereka sendiri dengan aman dan sesuai dengan standar tata kelola," jelasnya.

Pakar Keamanan Siber Sebut Kebocoran Data 34 Juta Paspor Indonesia Kemungkinan Valid Meski Datanya Terbatas

Ilustrasi Paspor Indonesia
Ilustrasi Paspor Indonesia. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Hacker Bjorka berulah lagi. Kali ini korbannya adalah pemilik paspor di Tanah Air. Pasalnya belum lama ini terungkap kalau Bjorka menjual 34 juta data paspor orang Indonesia dengan harga murah di dark web.

Dengan sampel 34 juta data paspor orang Indonesia yang beredar online itu, Bjorka diduga telah melakukan aksi pembobolan terhadap server data milik Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

Adapun data paspor Indonesia yang dibocorkan oleh Bjorka meliputi nama, nomor paspor, tanggal berlaku paspor, jenis kelamin WNI, hingga tanggal paspor diterbitkan.

Parahnya lagi, Bjorka jual murah ke-34 juta data paspor milik orang Indonesia tersebut. Harganya hanya USD 10.000 atau sekitar Rp 150 juta.

Menanggapi soal informasi kebocoran data 34 juta paspor yang dijual Bjorka di dark web, Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya menyebut sampel data paspor yang bocor kemungkinan valid.

"Kemungkinan valid, karena ada NIKIM (National Identiti Kartu Identitas Masyarakat) yang hanya dimiliki (Ditjen) Imigrasi," kata Alfons, saat dikontak Tekno Liputan6.com, Rabu (5/7/2023).

Alfons berpendapat, kemungkinan memang data Ditjen Imigrasi bocor. Meski begitu, dia mengatakan, data bocor terbatas.

Perlu Dipastikan Lagi Kesesuaian NIKIM dengan Data Paspor

Hacker Bjorka Jual 34 Juta Data Paspor Orang Indonesia Murah di Dark Web
Hacker Bjorka Jual 34 Juta Data Paspor Orang Indonesia Murah di Dark Web. (Doc: Twitter | @secgron)

Terbatas yang dimaksud Alfons karena dari sampel data hanya memuat nomor paspor, nama lengkap, dan tanggal lahir saja.

"Masih agak terbatas bocornya dan kualitas datanya kurang menarik bagi kriminal, dibandingkan data-data yang bocor sebelumnya," kata Alfons.

Selain itu, menyoal kebocoran data 34 juta paspor orang Indonesia tersebut, Alfons menyebut rangkaian data tersebut masih harus dipastikan lagi oleh pihak Ditjen Imigrasi menyoal kesesuaiannya.

"Harus dipastikan lagi oleh imigrasi apakah data yang dibocorkan memang sesuai nomor NIKIM, paspor, dan nama pemegang paspornya," katanya.

Meski Terbatas, Data Tetap Bisa Dipakai untuk Identifikasi WNI

Paspor Baru Kini Berlaku 10 Tahun
Warga menunjukkan paspor Republik Indonesia (RI) di Kantor Imigrasi Kelas 1 Non TPI Jakarta Timur, Jakarta, Jumat (14/10/2022). Sesuai Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 18/2022 mulai 12 Oktober 2022 masa berlaku paspor biasa paling lama 10 tahun untuk semua jenis permohonan yang telah berusia 17 tahun atau sudah menikah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Meski data yang bocor dari 34 juta paspor orang Indonesia ini terbatas jenisnya, pendiri Vaksincom ini mengingatkan data tetap bisa dipakai untuk mengidentifikasi si pemilik data.

"Bukan berarti (data bocor) tidak apa-apa, tetapi data ini tetap bisa dipakai untuk mengidentifikasi pemilik data," katanya, memberikan penjelasan.

Alfons mengakui, data yang paling signifikan dari kebocoran data Ditjen Imigrasi ini adalah data NIKIM. Sementara data lain tak terlalu signifikan dan sudah pernah bocor sebelumnya.

"Pemilik data lain yang bocor seperti data kependudukan, nama lengkap, NIK, dan data kependudukan lain mendapatkan tambahan data NIKIM dan nomor paspor dari kebocoran ini," katanya. 

Infografis Aktris Hollywood & Tokoh Industri Teknologi Dunia Jadi Pembicara B20 Summit
Infografis Aktris Hollywood & Tokoh Industri Teknologi Dunia Jadi Pembicara B20 Summit (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya