Liputan6.com, Jakarta Pertamina digadang-gadang akan masuk menggantikan Shell mengelola Blok Masela. Bila rencana ini berhasila dinilai dapat bermanfaat bagi pengembangan wilayah Indonesia bagian timur, termasuk penyerapan tenaga lokal.
Direktur Eksekutif Center for Energy Policy M Kholid Syeirazi terkait rencana penandatanganan Sales Purchase Agreement (SPA) atau perjanjian jual beli terkait hak partisipasi Blok Masela menyatakan keuntungannya mungkin di midstream. "Pada BOD meeting, Pertamina pasti akan membahas mengenai penyerapan tenaga lokal," kata Kholid melansir Antara di Jakarta, Sabtu (22/7/2023).
Pembahasan mengenai tenaga kerja memang sangat dimungkinkan. Sebab dikatakan dengan participating interest sebesar 35 persen, Pertamina berpeluang besar mengisi salah satu komposisi dewan direksi.
Advertisement
Dengan demikian, menurut dia, dalam BOD meeting tersebut Pertamina bisa mengusulkan pembahasan mengenai penggunaan tenaga kerja lokal. “Dengan ikutnya Pertamina dalam BOD meeting, bisa mewarnai proses bisnis. Misal untuk lebih melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Kalau asing, kan porsi lebih rendah. Kalau sudah 35 persen pasti ikut BOD meeting, salah satu komposisi di direksi itu pasti,” kata dia lagi.
Kholid menambahkan, masuknya Pertamina menjadi bukti negara hadir untuk menjamin ketahanan energi nasional, meskipun tidak berperan sebagai operator, namun tetap bisa memberi masukan pada level direksi. “Dan saya kira, tetap akan menambah cadangan gas Pertamina,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Sementara dari sisi operasional, Kholid tetap berharap agar Inpex sebagai pemegang hak 65 persen, bisa menjalankan dengan baik, apalagi untuk laut dalam seperti Masela, tantangan bagi Inpex adalah sisi teknologi. Sedangkan Pertamina, dengan komposisi 35 persen maka yang hal paling mungkin masuk pada skema pembagian keuntungan (profit sharing).
“Jadi nanti kelangsungan Blok Masela ini harus dipastikan jalan. Inpex dipastikan bisa mengelola laut dalam blok lepas pantai itu, tapi pengembangan LNG-nya di darat. Itu kan harus dihitung aspek komersialnya, Tetapi apa pun, pada Blok Masela ini Pertamina memang harus siap,” katanya menegaskan.
Sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan kepastian bahwa Pertamina segera menggantikan Shell di Blok Masela. Penandatanganan Sales Purchase Agreement (SPA) atau Perjanjian Jual Beli terkait hak partisipasi Blok Masela dilakukan pekan depan. "Masela rencananya minggu depan juga. (Teken SPA) Iya direncanakan," katanya pula.
Comot Blok Masela dari Shell, Pertamina Bayar Berapa?
PT Pertamina (Persero) selangkah lagi masuk untuk mengelola lapangan migas Blok Masela usai ditinggalkan Shell. Kabarnya, proses negosiasi terus berjalan termasuk mengenai harga yang perlu dikeluarkan dalam pengambilalihan 35 persen participant interest (PI) di Blok Masela.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkap kemungkinan kalau Pertamina tak perlu membayar sepeser pun soal alih kelola tersebut. Ketika ditanya soal harga, Djoko mengaku tak mendapat informasi berapa harga yang disepakati antara Pertamina dan Shell.
"Saya juga gak tau itu (harga kesepakatan Pertamina-Shell). Siapa tau tidak ada harga, kan lebih mantap. Iya dong, ngapain bayar-bayar," ujar dia saat ditemui wartawan di Kementerian ESDM, ditulis Rabu (5/7/2023).
Bukan tanpa alasan, Djoko merujuk pada regulasi yang menyebut kondisi lapangan migas jika belum dieksplorasi dalam jangka waktu 5 tahun setelah Plan of Development (POD), maka hak pengelolaan itu wajib dikembalikan kepada pemerintah.
"Di regulasinya kan kalau dalam 5 tahun ga ada kegiatan setelah POD di-approve itu kan harus wajib dibalikkan ke pemerintah regulasinya itu," katanya.
Kemungkinan POD Diperpanjang
Kendati begitu, ada kemungkinan POD juga bisa diperpanjang jika operator belum mendapatkan komitmen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG). Poin ini yang menurut Djoko perlu ditekankan dalam pengelolaan blok gas raksasa, Blok Masela.
"Jadi yang harus dikejar adalah pembeli gasnya, PJBG-nya, kalau nggak ada pembeli gasnya ya nggak akan dikembangkan. Itu yang paling penting di hulu migas, regulasinya mengatakan itu," bebernya.
Advertisement
Kata BUMN
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengungkap kalau Pertamina dan Shell sudah sepakat soal biaya yang perlu dikeluarkan. Kendati, dia tidak berbicara banyak berapa besarannya.
"Sudah, rasa-rasanya untuk pembahasan dengan Shell, mengenai terms pembayaran dan juga jumlah pembayaran juga sudah disepakati bersama," ujar dia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan proses negosiasi yang sudah masuk tahap akhir, Pahala menyebut hal itu bisa rampung pekan ini. Artinya, selangkah lagi, Pertamina masuk ke Blok Masela.
"Saya rasa pembahasan dengan pihak mereka (Pertamina-Shell) kelihatannya sudah mengerucut, baik sisi jumlah maupun terms pembayaran. Ya, insyaaAllah (pekan ini selesai)," paparnya.