Liputan6.com, Jakarta Inaplas menyambut baik rencana Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) untuk menghentikan ekspor gas, kemudian akan memperkuat hilirisasi produk Petrokimia.
Sejak diterapkannya harga gas USD 6Â per mmbtu industri Petrokimia Nasional mampu bertahan menghadapai Pandemi Covid bahkan bisa tumbuh dan ada beberapa penambahan dan pembangungan fasilitas produksi baru guna mencukupi kebutuhan Produk Petrokimia dan turunannya dimana 50 % masih dipasok oleh produk impor.
"Rencana pelarangan ekspor dan peninjauaan kembali harga gas turun menjadi USD 5 per mmbtu akan mempercepat komitmen investor baru untuk merealisasikan projek projek baru pembangunan pabrik Petrokimia dan turunannya," kata Ketua Umum Inaplas Suhat Miyarso, dikutip Sabtu (22/7/2023).
Advertisement
Rencana ini sejalan dengan percepatan pengembangan produk produk baru di industri yang sudah jalan. Dimana program ini akan meningkatkan nilai tambah dan variasi jenis produk yang beragam mulai dari aplikasi di industri seperti otomotif dan alat transportasi, bahan baku farmasi, biofuel, bahan baku tekstil, produk produk pendukung industri sepatu dan alas kaki, produk pendukung Infrastruktur, kemasan makanan minuman, peralatan medis, penunjang telekomunikasi.Â
Dalam pengembangan dan pembangunan Industri Petrokimia dan turunannya akan membuka lapangan kerja baru baik di Industri Hulu Pertokimia maupun Industri Turunannya.
Saat ini pasca Pandemi Covid-19 pola industri sudah berubah dalam hal jenis dan cara pemasarannya sehingga dibutuhkan inovasi dan variasi produk/mesin/distribusi/model pembayaran salah satu yang paling signifikan berubah adalah kemasan produk dari kemasan primer (langsung kontak dengan makanan) kemasan sekunder (kemasan produk) dan kemasan tersier (kemasan untuk keperluan distribusi/paket) sehingga memberikan peluang tumbuhnya industri kemasan dari plastik yang mengakibatkan naikknya kebutuhan bahan baku plastik.
Â
Â
Keestarian Alam
Kepedulian akan keberlangsungan dan keseimbangan kebutuhan produk dan kelestarian alam juga semakin meningkat dikalangan konsumen, hal ini memberikan tantangan bagi industri untuk terus meningkatkan efisiensi penggunaan energi, alternative bahan baku dan bahan tambahan yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang berorientasi ke konsep circular ekonomi yang berwawasan lingkungan.
Semua hal tersebut diatas harus didukung oleh biaya produksi yang lebih murah dan lebih ramah lingkungan dan salah satunya adalah penggunaan gas baik untuk keperluan bahan baku maupun sebagai utilitas penunjang industri.
Dengan harga gas yang terjangkau dan volume yang cukup maka Industri Nasional akan mampu bersaing dan tumbuh menghadapi kompetisi dengan produk-produk impor sehingga akan banyak memberikan manfaaat bagi penerimaan negara lewat nilai tambah dari industri yang terintegrasi.
Â
Advertisement
Pembangunan Jaringan Gas Bumi Cisem Ruas Semarang-Batang Capai 96%
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pembangunan pipa transmisi gas bumi ruas Cirebon-Semarang (Cisem). Untuk tahap I, ruas yang tengah dibangun adalah Semarang-Batang.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkapkan, progres pembangunan pipa transmisi gas bumi Cisem Tahap I (ruas Semarang-Batang) telah mencapai 96%.
"Selanjutnya pemerintah akan melanjutkan pembangunan pipa gas Cisem Tahap II (ruas Batang-Kandang Haur Timur) setelah pembangunan pipa Cisem Tahap I rampung seluruhnya," ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (16/7/2023).
Pemanfaatan pipa Cisem tahap I ini telah dinanti oleh Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dengan proyeksi kebutuhan gas hingga 39,42 MMSCFD dari 26 perusahan di KEK Kendal hingga tahun 2026, Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dengan proyeksi kebutuhan gas 25,83 MMSCFD dari 14 perusahaan di KITB Fase I hingga tahun 2028, serta kawasan-kawasan industri lainnya di sepanjang pipa transmisi Cisem tahap 1.
"Setelah pembangunan pipa Cisem tahap I ini selesai, kita manfaatkan dulu untuk industri di Batang dan Kendal yang membutuhkannya. Sementara untuk pasokan gas, berasal dari Jambaran Tiung Biru dan lapangan gas yang dikelola Husky-CNOOC Madura Limited (HCML). Belum lagi di utara Bali dan Lombok ada cadangan migas yang besar (WK Agung I dan II),"kata dia.
"Jadi harapannya kalau sudah berkembang, 10 tahun lagi bisa menggunakan gas dari lapangan tersebut," imbuh Tutuka.
Tahap II
Sementara itu, pembangunan pipa gas Cisem Tahap II (ruas Batang-Kandang Haur Timur), Tutuka mengatakan bahwa direncanakan akan dimulai pada tahun 2024 dengan biaya sekitar Rp 3,3 triliun, dimana saat ini dalam tahap penyelesaian dan dimasukkan dalam APBN dengan skema multi years contract periode proyek 2024-2025. Dimana proses lelang akan dilakukan pada akhir tahun 2023 ini.
"Setelah pembangunan pipa Cisem tahap I dan II selesai, Pemerintah berencana membangun ruas pipa transmisi Dumai-Sei Mangke sepanjang 400 km. Nanti jika ruas Dumai-Sei Mangke selesai, gas yang kelebihan di Jawa Timur bisa ditransfer ke Jawa Barat, bahkan sampai Arun." jelasnya.
Pipa transmisi ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan aksesibilitas gas bumi yang sebagian besar berasal dari lapangan gas di Jawa Timur dapat sampai ke wilayah Jawa Tengah.
Advertisement