Liputan6.com, Jakarta PT Hutama Karya mengantongi kesepakatan pembelian 2 ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dari Indonesia Investment Authority (INA) senilai Rp 20,5 triliun. Dana penjualan jalan tol ini nantinya akan dipakai untuk menambal pinjaman yang ditanggung perusahaan.
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto menjelaskan penggunaan dana yang didapat dari INA itu. Dana hasil transaksi atas JTTS ruas Tol Medan-Binjai dan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar dipakai untuk menutup belasan triliun pinjaman HK.
Baca Juga
"Rp 20 triliun ini kita gunakan untuk keperluan (membayar) pinjaman. Jadi peminjaman Hutama Karya sekarang ini kira-kira tinggal sekitar Rp 17 triliun," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Advertisement
Budi menjelaskan, setelah seremoni transaksi antara HK dan Indonesia Investment Authority selesai bulan lalu, pihaknya sudah mengantongi Rp 15 triliun. Sementara, sisanya disepakati untuk dibayarkan pada Juni 2025 mendatang.
"Kemarin kita (selesaikan transaksi) 2 ruas itu Rp 20 triliun (Rp 20,5 triliun), kami sudah mrndapat pembayaran Rp 15 triliun, yang Rp 5 triliun lagi akan dibayar pada Juni 2025," ungkapnya.
Rencana HK
Budi menerangkan kembali, kalau kedepannya HK akan mengoptimalkan skema asset recycle kedepannya. Artinya, setiap dana yang didapat dari divestasi tol kepada investor, bakal digunakan kembali untuk membangun tugas-tugas lainnya.
"Kemudian kedepan nanti, makanya disebutnya asset recycle itu, kita bangun, kemudian (dinilai) layak dari sisi investor, kita lepas ke investor, kemudian hasil penjualannya itu akan kita gunakan untuk membangun lagi," urainya.
Â
INA Resmi Akuisisi 2 Ruas JTTS
Diberitakan sebelumnya, Proses transaksi pembelian 2 ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) oleh Indonesia Investment Authority (INA) resmi rampung. Total nilai transaksinya mencapai Rp 20,5 triliun.
Dua ruas tol milik Hutama Karya yang diakuisisi diantaranya Jalan Tol Medan-Binjai, dan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkap transaksi divestasi tol ini telah berjalan selama 2 tahun.
"Kami bersyukur transaksi yang telah kami jajaki selama 2 tahun ini telah diselesaikan hari ini, yaitu transaksi investasi kerjasama antara dua ruas jalan tol yaitu trans Sumatera Medan - Binjai dan Bakauheni - Terbanggi Besar," ujar dia dalam Penandatanganan Penyelesaian Transaksi Investasi, di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Proses transaksi dilakukan oleh anak usaha INA, Swasna Investasi Indonesia dan Abhinaya Investasi Indonesia yang mengambil alih kepemilikan Hutama Karya di dua ruas tol tersebut. Menurut Tiko, sapaan akrabnya, kedua ruas tol ini memiliki potensi dampak positif terhadap perekonomian.
"Ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar merupakan salah satu terpanjang di Indonesia dan Medan-Binjai merupakan infrastruktur utama yang mempercepat sosial ekonomi di Sumatera dan sekitarnya," ungkapnya.
Â
Advertisement
Pusat Ekonomi Baru
Dia membidik, adanya pusat-pusat ekonomi baru yang hadir berkat tersambungnya konektivitas dari JTTS ini.
"Tentunya dua tol ini memiliki posisi yang strategis di Sumatera untuk bisa memperkuat konektivitas dan juga meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan efisiensi logistik, di mana kita tahu Sumatera sangat penting bagi perekonomian Indonesia," ujarnya.
"Kita sudah bisa melihat dengan data bahwa dengan terjadinya Tol Trans Sumatera ini telah banyak pusat-pusat ekonomi baru dan traffic terus meningkat," sambungnya.
Bukan Utang
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menyebut, kalau proses transaksi ini bukan sebagai utang. Artinya, hal ini tak akan membebani dari sisi keuangan kedua pihak.
"Proyek ruas dua yang totalnya 157 km salah satu transaksi penting di Indonesia. kami berharap proyek ini dapat membawa beberapa manfaat besar bagi Indonesia di antaranya karena yang pertama pembiayaan ini bersifat ekuitas dan bukan utang," ungkapnya.
"Kedua, membuka peluang untuk investor luar negeri dan juga dalam negeri untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan nilai imbal balik yang sepadan dengan risiko investasi," imbuhnya.