Nikel Jadi Masa Depan Industri Indonesia, Perusahaan Logistik Ikut Ambil Peluang

CKB Logistics selaku perusahaan penyedia layanan logistik terpadu, berkomitmen melebarkan sayap bisnisnya untuk memajukan sektor nikel di Indonesia

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Agu 2023, 14:49 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2023, 14:49 WIB
CKB Logistics selaku perusahaan penyedia layanan logistik terpadu, berkomitmen melebarkan sayap bisnisnya untuk memajukan sektor nikel di Indonesia
CKB Logistics selaku perusahaan penyedia layanan logistik terpadu, berkomitmen melebarkan sayap bisnisnya untuk memajukan sektor nikel di Indonesia

 

Liputan6.com, Jakarta Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Sepanjang tahun lalu, cadangan nikel yang dimiliki Indonesia mencapai 21 juta metrik ton yang posisinya setara dengan Australia, sehingga keduanya menyumbang 21 persen dari total cadangan nikel global. Sementara itu ekspor nikel Indonesia berjumlah 777,4 ribu ton yang nilainya naik 367 persen year on year (yoy).

Melihat potensi tersebut, CKB Logistics selaku perusahaan penyedia layanan logistik terpadu, berkomitmen melebarkan sayap bisnisnya untuk memajukan sektor nikel di Indonesia dengan hadir di Nickel & Battery Summit 2023 yang merupakan acara tahunan pertemuan pengusaha nikel di Indonesia. Keterlibatan CKB Logistics pada ajang tersebut merupakan salah satu upaya perusahaan dalam mendukung pengembangan industri sekaligus meningkatkan nilai tambah nikel di Indonesia.

“Kami CKB Logistics berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan ekspor nikel, sehingga harapannya tingkat ekspor nikel Indonesia turut berkembang,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) CKB Logistics Iman Sjafei, Selasa (15/8/2023).

Sebagai perusahaan logistik terintegrasi, sambung Iman, CKB Logistics memiliki beragam layanan produk dan jasa dan jaringan yang luas untuk menjangkau daerah terpencil di Indonesia dalam mendukung perkembangan bisnis nikel.

Kemitraan Strategis

Adapun saat ini, CKB Logistics tengah memperkuat kemitraan strategis dengan perusahaan tambang bijih terbesar di Indonesia. Pada kemitraan tersebut, CKB Logistics bertindak sebagai kontraktor dalam memenuhi manajemen rantai pasok yang meliputi kegiatan pergudangan, konsolidasi, pengiriman barang, layanan transhipment, serta manajemen logistik global.

“Kemitraan strategis yang dijalankan CKB Logistics dengan perusahaan tambang bijih terbesar di Indonesia tentunya menjadi sinergi yang dapat menggairahkan sektor nikel di Indonesia. Kami meyakini kemitraan ini akan membawa beragam keterampilan, mengurangi beban kerja antar perusahaan, serta memperluas jangkauan bisnis,” papar Iman.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukti Kepatuhan

Nikel
Ilustrasi Nikel

CKB Logistics pun sudah terakreditasi sebagai perusahaan Authorized Economic Operator (AEO) yang menjadi bukti kepatuhan perusahaan terhadap peraturan kepabeanan atau cukai, mempunyai sistem pengelolaan data perdagangan, kemampuan keuangan, sistem konsultasi dan kerja sama, serta komunikasi yang baik. Atas capaian tersebut, CKB Logistics berkomitmen untuk melahirkan inovasi baru yang menunjang kinerja industri nikel.

Sejak didirikan pada Mei 1997, CKB Logistics menyediakan solusi rantai pasok untuk seluruh aspek industri pertambangan untuk pengiriman alat berat khusus, hasil galian dan muatan, serta manajemen pelabuhan dan transportasi bahan baku. CKB Logistics turut menjadi perusahaan penyedia jasa layanan logistik terpadu nasional dengan terlibat pada jasa pengiriman kargo domestik dan internasional melalui jalur udara, laut, dan darat.


Hilirisasi Nikel Bikin Masa Depan Indonesia Cerah

Nikel sulfat (Foto:PT Trimegah Bangun Persada Tbk/NCKL)
Nikel sulfat (Foto:PT Trimegah Bangun Persada Tbk/NCKL)

Sejak bergulirnya program hilirisasi sumber daya alam, terutama logam nikel di tanah air, beberapa multiplier effect mulai terlihat pada ekonomi nasional.

Juru bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif menjelaskan, saat ini, berdasarkan data Kemenperin, terdapat 34 smelter yang sudah beroperasi dan 17 smelter yang sedang dalam kontruksi.

Investasi yang telah tertanam di Indonesia sebesar USD11 miliar atau sekitar Rp165 Triliun untuk smelter Pyrometalurgi, serta sebesar USD2,8 Miliar atau mendekati Rp40 Triliun untuk tiga smelter Hydrometalurgi yang akan memproduksi MHP (Mix Hydro Precipitate) sebagai bahan baku baterai.

Selama masa konstruksi, kehadiran smelter tersebut menyerap produk lokal. Saat ini, smelter tersebut mempekerjakan sekitar 120 ribu orang tenaga kerja.  Dilihat dari lokasi, smelter tersebar di berbagai provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, serta Banten.

“Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut dengan meningkatnya PDRB di daerah lokasi Smelter berada,” kata Febri, ditulis Minggu (13/8/2023).Besarnya multiplier effect smelter nikel ini dapat dilihat dari nilai tambahnya. Kemenperin menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat jika diproses di dalam negeri atau menghilirkan proses barang mentah.

Febri menyampaikan, apabila nilai nikel ore mentah dihargai USD30/ton, ketika menjadi Nikel Pig Iron (NPI) harganya akan naik 3,3 kali mencapai USD90/ton. Sedangkan bila menjadi Ferronikel, akan naik 6,76 kali atau setara USD203/ton.

 


Hilirisasi Lagi

Smelter Harita Nickel. Grup Harita yang menjalankan usaha tambang nikel dikabarkan akan gelar IPO. (Foto: laman Harita Nickel)
Smelter Harita Nickel. Grup Harita yang menjalankan usaha tambang nikel dikabarkan akan gelar IPO. (Foto: laman Harita Nickel)

Ketika hilirisasi berlanjut dengan menghasilkan Nikel Matte, maka nilai tambahnya juga akan naik menjadi 43,9 kali atau USD3.117/ton. Terlebih, sekarang Indonesia sudah punya smelter yang menjadikan MHP sebagai bahan baku baterai dengan nilai tambah sekitar 120,94 kali (USD3.628/ton).

“Apalagi, jika ada ada pabrik baterai yang mengubah ore menjadi LiNiMnCo, maka nilai tambahnya bisa mencapai 642 kali lipat,” papar Febri.

Hal ini tentu akan menambah pemasukan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak lain yang nilainya triliunan rupiah. Dari sini saja sudah terbukti, seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden, jika kita mengekspor bahan mentah, angkanya Rp17 Triliun, dibandingkan dengan ekspor produk hasil hilirisasi nikel yang mencapai Rp510 Triliun. Sehingga penerimaan negara dari pajak akan jauh lebih meningkat.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya