Pedagang Rugi, Harga Minyak Dunia Turun karena Ekonomi China Belum Pulih

Penurunan harga minyak dunia ini terjadi karena harapan kenaikan permintaan China memudar. Di awal sesi, kedua tolok ukur harga minyak dunia sebenarnya telah naik sebanyak USD 1.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Agu 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2023, 08:00 WIB
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Artphoto_studio
Selasa (22/8/2023), harga minyak mentah Brent turun 34 sen atau 0,4% menjadi USD 84,46 per barel. Sedangkan harga minyak mentah WTI AS berakhir di USD 80,72 per barel dengan kerugian 53 sen atau 0,65%. Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Artphoto_studio

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah yang menjadi patokan perdagangan dunia yaitu Brent dan West Texas Intermediate (WTI) AS bergerak melemah pada perdagangan Senin. Penurunan harga minyak dunia ini terjadi karena harapan kenaikan permintaan China memudar.

“Sepertinya (pemulihan Tiongkok) tidak akan terjadi,” kata analis Again Capital John Kilduff.

“Sangat diragukan mereka akan membeli saat ini. Mereka sudah membeli banyak minyak mentah untuk disimpan di awal tahun. Mereka menggunakan banyak minyak mentah.” tambah dia.

Mengutip CNBC, Selasa (22/8/2023), harga minyak mentah Brent turun 34 sen atau 0,4% menjadi USD 84,46 per barel. Sedangkan harga minyak mentah WTI AS berakhir di USD 80,72 per barel dengan kerugian 53 sen atau 0,65%.

Di awal sesi, kedua tolok ukur harga minyak dunia ini sebenarnya telah naik sebanyak USD 1.

“Ini adalah pertempuran antara pemotongan produksi Saudi versus penghancuran permintaan,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Securities USA, Robert Yawger.

Kenaikan harga minyak mentah selama musim panas didorong oleh keseimbangan yang ketat antara pasokan minyak mentah dan permintaan yang tinggi, terutama di musim mengemudi saat musim panas di AS, yang berakhir pada awal September.

Pada saat yang sama, negara pengekspor minyak atau OPEC yang dipimpin oleh Arab Saudi, ditambah Rusia telah memangkas produksi agar lebih sesuai dengan permintaan, terutama dari China. Namun sayangnya langkah pemotongan produksi tersebut belum memenuhi ekspektasi untuk pemulihan permintaan pascapandemi.

Arab Saudi mengatakan bulan ini produksinya akan tetap sekitar 9 juta barel per hari. Pemotongan produksi sekitar 1 juta barel akan terus berlanjut hingga bulan September.

Pekan lalu, kedua harga acuan minyak dunia untuk pengiriman bulan depan turun 2%, menghentikan kenaikan beruntun tujuh minggu di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi China yang lamban. Sementara kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut juga membayangi prospek permintaan minyak mentah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Keputusan Bank Sentral China

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 10 basis poin dan membiarkan suku bunga lima tahun tidak berubah. Itu adalah kejutan bagi analis yang mengharapkan pemotongan 15 basis poin untuk keduanya karena pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah diperlambat oleh kemerosotan properti yang memburuk, pengeluaran yang lemah, dan pertumbuhan kredit yang jatuh.

Pengiriman Arab saudi yang merupakan negara pengekspor utama minyak dunia turun 31% dari Juni. Sementara Rusia, dengan minyak yang menawarkan harga diskon tetap menjadi pemasok terbesar raksasa di China.

Para analis memperkirakan impor minyak mentah China dari Arab Saudi diperkirakan akan tetap tertekan hingga kuartal ketiga.

 


Pelemahan Dolar AS

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock

China memanfaatkan rekor persediaan yang terkumpul awal tahun ini karena penyulingan mengurangi pembelian setelah harga didorong di atas USD 80 per barel oleh pemotongan pasokan yang diterapkan oleh kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia.

"Kami masih melihat neraca minyak yang ketat untuk sisa tahun ini, yang menunjukkan bahwa harga masih memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi," kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING.

Dolar AS yang lebih lemah membuat pembelian minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, berpotensi meningkatkan permintaan.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya