Lewat Program Plasma, Petani Sawit Indonesia Makin Sejahtera

Program plasma terbukti mampu menciptakan dampak pengganda (multiplier-effect) dalam meningkatkan taraf hidup petani kelapa sawit.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Agu 2023, 20:53 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2023, 20:52 WIB
Petani sawit
Program plasma terbukti mampu menciptakan dampak pengganda (multiplier-effect) dalam meningkatkan taraf hidup petani kelapa sawit.

Liputan6.com, Jakarta Program plasma yang digulirkan oleh PT AMP Plantation, Wilmar Group terbukti mampu menciptakan dampak pengganda (multiplier-effect) dalam meningkatkan taraf hidup petani sawit di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar). 

Bendahara Koperasi Perkebunan Agro Wira Masang Maharsal Indra, mengapresiasi komitmen perusahaan dalam merealisasikan program plasma kebun sawit yang dilakukan sejak 1997 itu.

Sebab, program tersebut mampu meningkatkan taraf hidup petani plasma secara signifikan. Sawit juga telah mendorong perputaran uang di daerah menjadi besar.

"Dulu orang punya motorpun tidak. Sekarang tiap orang punya mobil, motor, bisa membeli lahan, mudah dapat pinjaman bank, tiap hari ada saja yang umroh dan anak-anak banyak yang kuliah,” ujar dia saat di temui beberapa waktu lalu. 

Tingginya pendapatan dari sawit membuat komoditas itu menjadi salah satu penopang utama perekonomian di daerah tersebut. Itu juga menyebabkan banyak petani tanaman pangan beralih ke sawit dan mendorong harga lahan melonjak tajam.

Mereka juga percaya harga komoditas emas hijau tersebut tidak akan terjun bebas, sehingga tetap akan menjadi primadona.

"Dulu orang disini tidak mau. Sekarang Sawit jadi rebutan,” ungkap Indra.

Anggota koperasi yang berjumlah 2.000 orang tersebut telah menerima hak atas kebun plasma seluas 810 hektare (ha).

Dengan menerapkan pengelolaan kebun yang baik, mereka mendapatkan yield tandan buah segar (TBS) hingga 1,5 ton per ha per bulan atau hampir setara dengan kebun milik perusahaan. Hal itu juga didukung oleh kondisi lahan yang subur.

 

 

Dampak Positif

Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Senada, Rabuman, sekretaris Koperasi Tompek Tapian Kandih menjelaskan, pihaknya juga telah merasakan dampak positif program plasma. Pada 1980-1990-an, Raboman masih menjadi karyawan perusahaan HPH (hak pengusahaan hutan).

Perekonomiannya mulai meningkat sejak awal 2000 setelah menjadi petani plasma. Selain itu, adanya perusahaan sawit yang beroperasi di daerah itu juga mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat.

"Saat ini 70 persen karyawan perusahaan dari masyakarakat lokal,” tutur Rabuman.  

Koperasi tersebut saat ini mengelola lahan plasma seluas 512 ha dan beranggotakan 256 petani sawit. Pihaknya telah melaksanakan replanting (peremajaan) dengan memanfaatkan dana BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) yang mencapai lebih dari Rp 8 miliar.

Mereka sempat mecapai puncak produksi TBS sebanyak 2-2,5 ton per ha per bulan. Namun saat ini produksi agak berkurang karena sedang masa replanting. 

 

 

 

Rasakan Manfaat

Ilustrasi CPO 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Dia berharap kemitraan tersebut dapat terus berlangsung karena petani telah menikmati manfaatnya. Tidak hanya dalam bentuk lahan plasma, tetapi juga transfer pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas.

Wiyono, manager plasma PT AMP Plantation menambahkan, pihaknya telah merealisasikan plasma kurang lebih sebesar 35 persen sejak 1992 sesuai arahan pemerintah.

Perusahaan juga memberikan pendampingan dalam penerapan pengeloaan kebun yang baik, seperti pemupukan, penggunaan bibit unggul, pencegahan penyakit, dan penyediaan infrastruktur di kebun.

“Apa yang kami sampaikan ke petani merupakan bentuk tanggung jawab dalam membantu petani sejatera,” ujar Wiyono. 

 

 

 

 

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya