BUMN Perindo Raup Potensi Pendapatan Rp 96 Miliar dari Perusahaan Raksasa China

PT Perindo telah memperkuat jaringannya dengan menandatangani nota kesepahaman dengan enam perusahaan China yang menjanjikan potensi pendapatan yang signifikan pada acara prestisius World Seafood Shanghai 2023.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Sep 2023, 18:15 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2023, 18:15 WIB
Pasar Ikan
Pasar Ikan (dok: Perum Perindo)

Liputan6.com, Jakarta PT Perikanan Indonesia telah memperkuat jaringannya dengan menandatangani nota kesepahaman dengan enam perusahaan China yang menjanjikan potensi pendapatan yang signifikan pada acara prestisius World Seafood Shanghai 2023.

Acara internasional yang berlangsung dari 23-25 Agustus 2023 di Shanghai New International Expo Centre ini, menjadi titik temu bagi 1.400 peserta dari 36 negara.

Di antara peserta tersebut, PT Perindo mencatat sejarah dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar Tiongkok, seperti Shanggang-Edi China Trading Co. Ltd. dan Shanghai Seafirst Co., Ltd. untuk perdagangan ikan.

Sejumlah kesepakatan yang mencapai angka miliaran rupiah per bulan meliputi:

  • MOU dengan Shanggang Edi-China Trading Co., Ltd. untuk menyuplai udang vaname seberat 108 ton ton atau 4 kontainer per bulan untuk disuplai oleh PT Perikanan Indonesia. Kontrak ini memiliki valuasi ekspor sebesar Rp 11,5 miliar per bulannya.
  • Permintaan dari Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Service Co., Ltd. untuk impor Yellowfin Tuna dan Cakalang dari Indonesia sebanyak 6 kontainer per bulan dengan kapitalisasi Rp 4,4 miliar per bulan.
  • Kerja sama dengan Matrix Resources Co. Ltd, anak perusahaan dari Lygend Resources, untuk mengimpor 3.000 ton ikan Cakalang dan Yellowfin Tuna dari hasil produksi PT Perikanan Indonesia dengan kapitalisasi Rp 80 miliar per bulan.

Tak hanya itu, hasil kesepakatan dengan Lygend Resources & Technology Co. menyatakan mereka akan menghimpun konsorsium pemilik kapal tangkap perikanan di Shippu Town yang berukuran 100-300 GT untuk beroperasi di Indonesia yang dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia.

Lygend Resources juga memiliki rencana konsorsium dengan 67 pabrik pengolahan ikan di Shippu Town. Pabrik-pabrik ini memiliki kebutuhan bahan baku 700.000 ton per tahun. Bahkan beberapa perusahaan yang dikunjungi dalam lawatan PT Perikanan Indonesia ke Tiongkok bersedia membangun pabrik pengolahan ikan di Pulau Obi, Maluku Utara. 

Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia, Fajar Widisasono, menyatakan optimisme terhadap kerja sama yang dilakukan dengan berbagai perusahaan perikanan raksasa asal Tiongkok.

Selain kesepakatan bisnis, PT Perikanan Indonesia juga mengejar kerja sama dalam pengembangan pelabuhan perikanan dan program penangkapan ikan terukur dengan berbagai perusahaan Tiongkok.

Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd., misalnya, siap bekerja sama dengan 25 unit kapal baja mereka yang berukuran 150 GT. Mereka juga memiliki fasilitas pendaratan ikan di Manokwari, Papua Barat dengan luas area mencapai 3,5 hektar.

“Kami berharap lawatan ke Tiongkok dalam ajang WSS ini dapat segera ditindaklanjuti dengan kerja nyata yang membawa keuntungan bagi PT Perikanan Indonesia,” kata Fajar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Potensi Kerja Sama

Ekspor Ikan
Teten menjelaskan, produksi perikanan tangkap di Indonesia, khususnya perikanan laut, tumbuh 2,23 persen, dan perairan umum darat 2,71 persen pada 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Perindo tidak hanya memperkuat jaringannya di World Seafood Shanghai 2023, tetapi juga mendapat kesempatan emas untuk menjajaki potensi kerja sama dengan FRESHIPPO, bagian dari Alibaba Group. Dengan 423 outlet ritel dan toko online terbesar di Tiongkok, FRESHIPPO memperlihatkan potensi pasar yang besar bagi produk perikanan dari Indonesia.

Dalam kunjungan ke kantor pusat FRESHIPPO, PT Perindo didampingi oleh Ms Tang Xia, Purchase Director of FRESHIPPO dan diberikan gambaran tentang permintaan masyarakat Tiongkok akan produk perikanan. Dengan satu stock-keeping unit (SKU) ikan Salmon saja, FRESHIPPO mencatat omset sebesar Rp 2 triliun per bulan. 

“Adanya pelarangan impor ikan dari Jepang ke Tiongkok memberikan peluang emas bagi Indonesia untuk mengekspor ikan. FRESHIPPO mengungkapkan harapannya agar PT Perikanan Indonesia dapat segera mengekspor yellowfin tuna (sashimi grade) untuk dipasarkan melalui jaringan retail dan online mereka. Ikan yellowfin tuna yang dibutuhkan oleh FRESHIPPO harus sudah dalam bentuk slice (ready to eat), sehingga ini selaras dengan kebijakan perusahaan untuk mengekspor produk ikan yang bernilai tambah,” ungkap Fajar. 

PT Perikanan Indonesia berencana untuk memenuhi permintaan FRESHIPPO ini melalui kantor Cabang Ambon, Bitung, Bali, dan Unit Lampulo Aceh.

 


Tingkatkan Pertumbuhan Perusahaan dan Ekonomi Indonesia

Ekspor Ikan
Suasana nelayan saat bongkar muat ikan di TPI Muara Karang, Jakarta, Selasa (1/8/2023). Pada 2023, PT Perikanan Indonesia gencar melakukan ekspor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Fajar menyoroti kebutuhan untuk mempererat hubungan dengan mitra bisnis di Tiongkok. Dengan beragam kolaborasi strategis ini, PT Perikanan Indonesia semakin menegaskan posisinya sebagai pemain utama di industri perikanan global dan berjanji untuk terus meningkatkan kontribusinya dalam ekonomi nasional melalui peningkatan pangsa ekspor dan kolaborasi bisnis yang kuat di kancah internasional.

"Kami berharap ajang ini tidak sekadar menjadi seremoni belaka. Harapan kami, inisiatif ini dapat segera diterjemahkan menjadi tindakan konkret yang memberikan manfaat bagi PT Perikanan Indonesia serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya. "Dengan kolaborasi yang tepat, kita dapat membawa kemajuan yang signifikan bagi industri dan masyarakat kita," tambahnya.

Sumberdaya perikanan Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu yang terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk mendongkrak perekonomian nasional.

Kekayaan laut yang dimiliki oleh Indonesia merupakan aset yang tak ternilai harganya, dan memanfaatkannya dengan benar tentu akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi.

 

 


Tantangan Utama

Ekspor Ikan
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki melihat ada potensi kerja sama yang dapat digarap antara Indonesia dan Jepang di bidang pengolahan hasil perikanan saat bertemu sejumlah perusahaan perikanan terbesar di Jepang, termasuk Marusen Suisan dan Nagasaka Unagi Farm. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sektor perikanan adalah pemasaran dan distribusi produk perikanan ke pasar internasional. Dalam hal ini, kerja sama dengan mitra internasional, khususnya Tiongkok yang merupakan salah satu pasar ikan terbesar di dunia, menjadi langkah strategis.

Ini tidak hanya membantu dalam peningkatan volume ekspor, tetapi juga dalam memperkenalkan standar dan kualitas produk Indonesia di pasar global.

"Diharapkan dengan kerja sama ini, Indonesia tidak hanya akan mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga mampu meningkatkan reputasi di mata dunia sebagai negara yang bertanggung jawab dan komitmen dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya alamnya," tutur Fajar.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, dukungan penuh dari pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat tentu menjadi hal yang penting. Melalui sinergi yang kuat antar semua pihak yang terlibat, optimisme untuk melihat Indonesia sebagai pemain utama di industri perikanan dunia di masa depan bukanlah sekadar angan-angan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya