Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo meminta Pertamina dan Pelindo bisa bergerak cepat merealisasikan kerja sama membangun Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT). Mengingat, pembangunan ini akan mengambil lokasi di tengah laut di lahan reklamasi Pelindo.
Hal ini disampaikan Kartika alias Tiko dihadapan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi Saputra, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono, dan Direktur Utama Pertamina International Shipping Yoki Firnandi.
Baca Juga
"Jadi ini saya rasa satu kerjasama yang luar biasa dan di titipan saya tentu pak Arif, pak Salyadi, pak Yoki ini kesempatan nanti ya jangan sampai setelah Head of Agreement, speednya melambat," kata dia dalam sambutannya di Menara BRIlian, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Advertisement
Kepastian Investasi
Salah satu yang paling utama menurutnya adalah mengenai kepastian investasi. Itu tertuang dalam Final Investment Desicion (FID) sebagai gambaran kebutuhan dana.
"Kita tahu bahwa nanti yang paling utama adalah bagaimana FID untuk kebutuhan spek teknis daripada pelabuhan ini bisa segera diselesaikan sehingga Pak Arif dan pak Pras (Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo) bisa segera kerja untuk melakukan infrastrukturnya," ungkapnya.
Diketahui, terminal BBM ramah lingkungan JIGT ini akan dibangun di lahan reklamasi milik Pelindo yang sudah dijalankan sejak 2019-2020 lalu. Dia berharap, pengkerasan lahan reklamasi itu bisa dilakukan lebih cepat.
"Tapi kita untuk infrastruktur menunggu DED (Detail Engineering Design) atau FID, user yang akan menentukan spek daripada instrukturnya tentu kita kebut, tadi Pak Arif menyampaikan tadinya dipikir 2025, kalau bisa 2024 awal pun sudah bisa selesai pengerasannya sehingga bisa langsung di overlay dengan perkembangan berikutnya," bebernya.
Â
Ditarget Mulai Dibangun 2024
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menargetkan lahan reklamasi sebagai lokasi JIGT bisa mulai dibangun pada pertengahan 2024 mendatang.
"Dan saat ini Pelindo sudah mulai reklamasi, diharapkan di tahun depan mungkin, maksimal mungkin mid (pertengahan) 2024 lahan tersebut sudah siap," kata dia.
Dengan pembangunan yang dilakukan di tengah laut, Arif meyakini jarak aman atau buffer zone dari terminal BBM itu bisa lebih aman. "Bahwa lokasinya itu di (lahan milik) Pelindo, yang tadi terkait buffer zone, ini lokasi di tengah laut, artinya mungkin dari teman-teman Pertamina jauh lebih paham, jauh lebih safe dibanding tempat-tempat yang lain, karena lokasinya di tengah laut, ada jalan khusus sampai ke situ," urai dia.
Â
Advertisement
Bangun Jakarta Integrated Green Terminal
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) bersama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menjalin kerja sama untuk membangun terminal BBM ramah lingkungan. Proyek ini disebut sebagai Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT).
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan awal atau head of agreement (HoA) antara Pelindo dan Pertamina International Shipping (PIS).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan JIGT nantinya akan menampung BBM dengan berbagai jenis sampai 6,3 juta barel. Dengan begitu, ini dinilai bisa jadi infrastruktur strategis.
"Tentunya ktia berbahagia hari ini ada penandatanganan Head of Agreement (HoA) daripada pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) yang berkapasitas 6,3 juta barel yang akan menjadi infrastruktur yang sangat strategis untuk pengembangan energi terbarukan kedepan," ujarnya dalam sambutannya, di Menara BRIlian, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan, JIGT akan jadi terminal BBM yang mencakup banyak produk. Mulai dari BBM standar hingga produk-produk BBM ramah lingkungan.
Diantaranya, gasoline oil, biofisesel, Fame, LPG, LNG, Amonia, Using Cooking Oil (UCO), hingga hydrogen fuel. Nantinya pembangunan akan dilakukan secara modular.
"Jadi ini akan menjadi Terminal Green yang produknya Green dan dikelola secara Green dan diharapkan menjadi flagship untuk Pertamina maupun Pelindo," terangnya.
Â
Proyek Strategis
Pada kesempatan yang sama, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi Saputra menilai proyek ini jadi proyek strategis. Mengingat di dalam menjalankan transisi energi energi tengah mengalami trilema yang menyangkut availability, affordability, dan sustainability.
"Project ini adalah sangat strategis untuk Pertamina untuk menjalankan transisi ini, karena, satu teknologinya akan sangat canggih saya dengar tentunya diharapkan efisien. Kapasitas juga akan jauh lebih besar yang ketiga dioperasionalkan dengan cara yang sangat ramah lingkungan," ungkapnya.
"Ini semuanya sangat perfect dan juga tentunya sangat Fit dengan strategi daripada Pertamina untuk mengembangkan bisnis ke depan," sambungnya.
Advertisement