CEO Bakrie Group: Perdamaian dan Stabilitas ASEAN Landasan yang Tak Bisa Dianggap Remeh

Anindya Bakrie mengatakan bahwa saat ini ada banyak faktor pendorong utama di ASEAN, salah satunya di sisi permintaan dan penawaran.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Sep 2023, 14:15 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2023, 14:15 WIB
CEO Bakrie Group Anindya Bakrie dalam acara ASEAN Business & Investment Summit ke 2 di Sultan Hotel, Jakarta Senin (4/9/2023). (Tasha/Liputan6.com)
CEO Bakrie Group Anindya Bakrie dalam acara ASEAN Business & Investment Summit ke 2 di Sultan Hotel, Jakarta Senin (4/9/2023). (Tasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Bakrie Group, Anindya Bakrie mengatakan bahwa perdamaian dan stabilitas negara di ASEAN merupakan landasan yang tidak bisa dianggap remeh.

"Kita memiliki hampir 650 juta penduduk di kawasan ini, tentu saja merupakan suatu nilai tambah, namun juga merupakan tantangan jika kita tidak dapat mengembangkannya," kata Anindya Bakrie dalam acara ASEAN Business & Investment Summit ke-2 di Sultan Hotel, Jakarta Senin (4/9/2023).

"Kita sudah melihat apa yang terjadi di belahan dunia lain yang tidak memiliki stabilitas karena pertumbuhannya hanya terpusat pada subkelompok," sambungnya.

Anindya melanjutkan bahwa saat ini ada banyak faktor pendorong utama di ASEAN, salah satunya di sisi permintaan dan penawaran.

"Dari sisi permintaan setidaknya kita bisa melihat permintaan konsumen yang semakin meningkat. Yang jelas mereka jauh lebih konsumtif namun pada saat yang sama mereka ingin produktif. dan efisien," paparnya.

"Dari sisi permintaan, saya rasa ASEAN nanti akan menjadi pusat produksi yang serius, tapi bukan hanya manufaktur bernilai tambah, tapi sudah bisa naik ke pemasok," tambahnya.

Anindya melihat ke belakang sepuluh tahun lalu, ketika Indonesia tidak terbayangkan bisa membuat bahan baterai untuk industri kendaraan listrik.

"Ini adalah percakapan yang mungkin bahkan tidak ada, bukan? Tapi sekarang kita bisa melakukannya dan saya yakin Anda tahu bahwa negara lain seperti Vietnam sudah semakin didorong oleh kendaraan listrik," dia menyoroti.

"Jadi masih butuh modal, masih butuh teknologi lagi, masih butuh kebijakan. Di sinilah saya pikir kita perlu bekerja sama. Sebagai ASEAN, persaingan adalah hal yang baik, namun kolaborasi jauh lebih penting," kata dia.

Dengan itu, dari mana ASEAN harus mulai? Anindya mengungkapkan, kawasan ini bisa memulai dengan mendorong permintaan pada elektrifikasi transportasi umum, dalam hal ini bus listrik.

"Kita juga melihat peluang di sisi pasokan karena (Indonesia) juga merupakan penambang, namun kali ini kita harus fokus pada mineral seperti nikel oksida, kobalt, tembaga, dan sebagainya. Jadi untuk sisa tahun 2030 ke depan adalah bagaimana menghubungkan titik-titik tersebut. Dan kita memang tidak bisa melakukannya tanpa bantuan masyarakat (swasta)," tambahnya.

Terbongkar, Ini Keistimewaan Negara-Negara ASEAN

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga bertemu dengan Asisten Menteri Urusan Luar Negeri Australia Tim Watts di sela Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-55, di Semarang, Jawa Tengah. (Dok Kemendag)
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga bertemu dengan Asisten Menteri Urusan Luar Negeri Australia Tim Watts di sela Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-55, di Semarang, Jawa Tengah. (Dok Kemendag)

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan (Wamedag) Jerry Sambuaga mengungkapkan salah satu keistimewaan yang dimiliki kelompok negara ASEAN. Ketertarikan ini, tentang bagaimana organisasi regional itu tidak pernah bias pada forum investasi dan perdagangan di kawasan.

“Apa yang membuat ASEAN lebih atraktif ? Kita bisa menjadi lebih atraktif karena kita tidak pernah bias, kita tidak pernah mengklaim dan kita selalu respect akan kehormatan juga kedaulatan negara lain,” ungkap Jerry usai acara ASEAN Investment Forum Day 2 di Sultan Hotel, Jakarta, pada Minggu (3/9/2023).

Jerry membandingkan, Uni Eropa terbilang bias dalam menetapkan definisi yang baik dan buruk terhadap lingkungan seperti deforestasi termasuk produk-produk hasil alam seperti CPO.

“Disana (forum) saya sampaikan bahwa mereka sangat bias terkait definisi apa yang baik untuk lingkungan san apa yang tidak, produk mana yang boleh masuk, produk mana yang tidak dan produk mana yang didiskriminasi produk mana yang tidak,” ujarnya.

 

Positive Message

Sementara itu, menurut Jerry, negara ASEAN tidak bias, bahkan selalu menghargai seluruh pemahaman bersama dan konektivitas yang membuat ASEAN mempunyai lebih banyak manfaat bagi negara lain.

Didukung oleh prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan antara negara kawasan, Jerry yakin bahwa ASEAN di masa mendatang dapat memimpin perdagangan luar negeri, ditambah peran penting dalam merespon isu geopolitik.

“Adanya dinamika di internal masing-masing itu biasa, di mana pun seperti itu tapi yang saya maksudkan stabilitas di dalam kawasan. Itu menurut saya yang bisa kita tunjukkan positive message terhadap dunia internasional bahwa ASEAN adalah salah satu leading sector,” imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya