Kontaminasi Timbal Tingkat Tinggi Ditemukan pada Alat Makanan di Negara Berpenghasilan Rendah, Termasuk Indonesia

Ratusan juta orang mengalami peningkatan kadar timbal dalam darah karena paparan sumber timbal rumah tangga yang terus-menerus dan dalam jangka panjang meningkatkan risiko kesehatan yang serius sepanjang rentang hidup.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Sep 2023, 21:02 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2023, 20:50 WIB
Kantung mata
Pure Earth, sebuah organisasi nirlaba internasional, mengumumkan studi global Rapid Market Screening (RMS) mengenai sumber kontaminasi timbal di lebih dari 5.000 sampel barang konsumsi dan produk makanan di 25 negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs). (Daniel Kampua/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pure Earth, sebuah organisasi nirlaba internasional, mengumumkan studi global Rapid Market Screening (RMS) mengenai sumber kontaminasi timbal di lebih dari 5.000 sampel barang konsumsi dan produk makanan di 25 negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs).

Dalam survei ini ditemukan tingkat prevalensi yang tinggi dari timbal yang melebihi Baku Mutu, berdasarkan pedoman kesehatan masyarakat atau standar peraturan pada peralatan makan berbahan logam (52%), peralatan makan keramik (45%), berbagai jenis cat (11% hingga 48%), mainan (13%), dan kosmetik (12%).

Temuan ini mendukung data Bank Dunia yang diterbitkan hari ini di Lancet Planetary Health yang menunjukkan adanya risiko kesehatan yang serius akibat paparan timbal.

Presiden Pure Earth, Richard Fuller, yang juga menjabat sebagai penasihat bagi laporan Bank Dunia ini, mengatakan, Studi RMS Pure Earth dan laporan Lancet Planetary Health menunjukkan bahwa polusi timbal tidak mengenal batas.

Meskipun kontaminasi timbal yang parah telah terdokumentasikan dengan baik di titik-titik lokasi beracun yang meracuni komunitas lokal di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMIC), penelitian ini menunjukkan bahwa ratusan juta orang mengalami peningkatan kadar timbal dalam darah karena paparan sumber timbal rumah tangga yang terus-menerus dan dalam jangka panjang meningkatkan risiko kesehatan yang serius sepanjang rentang hidup.

"Lebih banyak orang meninggal karena penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh paparan timbal dibandingkan karena kolesterol.” kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (13/9/2023).

“Studi RMS Pure Earth dan laporan Bank Dunia ini harus menjadi peringatan bagi pejabat kesehatan masyarakat dan dokter di seluruh dunia, terutama ahli jantung,” kata Ana Navas-Acien, profesor dan Wakil Ketua Penelitian di Departemen Ilmu Kesehatan Lingkungan di Columbia Mailman School of Public Health.

“Data menunjukkan bahwa tingkat paparan timbal harus dipertimbangkan ketika penyakit kardiovaskular muncul dan upaya remediasi mungkin diperlukan untuk membantu memberikan perawatan terbaik bagi pasien, termasuk menghilangkan atau mengurangi secara signifikan paparan terhadap produk timbal yang mungkin ada di rumah.” tambah dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rekomendasi

Cantik Menggunakan Sendok
Ilustrasi perawatan wajah dengan menggunakan sendok makan

Untuk studi RMS, peneliti mengumpulkan dan menganalisis lebih dari 5.000 produk konsumen dan makanan dari 70 pasar di 25 negara.2

Secara keseluruhan, dari 5.010 produk rumah tangga dan sampel makanan yang dianalisis, hasil studi RMS menunjukkan 18% memiliki kadar timbal melebihi Baku Mutu untuk berbagai jenis produk. Laporan ini juga mencakup prevalensi kontaminasi timbal di atas Baku Mutu untuk setiap jenis produk, di 25 negara.

Tujuh poin rencana aksi dirinci dalam laporan ini, dimulai dengan rekomendasi untuk memperluas pengawasan kadar timbal dalam darah dan penilaian sumber kontaminasi di rumah, kemudian merinci strategi untuk menghilangkan timbal dari produk konsumen yang umumnya terkontaminasi.

Misalnya, ada beberapa negara yang merupakan produsen utama produk eyeliner kohl dengan konsentrasi timbal yang tinggi. Produk-produk ini dibeli oleh konsumen di seluruh dunia melalui pengecer e-commerce.

Untuk mengatasi paparan yang meluas ini, Pure Earth merekomendasikan untuk melakukan penelusuran ke sumbernya, melacak produk yang terkontaminasi hingga ke fasilitas produksinya, lalu bekerja sama dengan pemerintah dan produsen untuk menghilangkan penggunaan timbal.

Upaya menghilangkan timbal dalam produk konsumen dapat berdampak global. Pendekatan ini mampu mengatasi kontaminasi timbal kromat yang meluas pada rempah-rempah di Georgia dan Bangladesh.

 


Indonesia Termasuk

Drew McCartor, Direktur Eksekutif Pure Earth menyatakan, sekarang sudah jelas bahwa timbal adalah polutan kimia yang paling merusak kesehatan masyarakat global. Meskipun demikian, Pure Earth melihat sedikitnya kesadaran publik, sumber daya, dan tindakan masyarakat.

"Kita tidak bisa membiarkan generasi demi generasi anak-anak terus menderita kerusakan otak permanen dan kematian dini akibat logam ini. Penggunaan logam ini harus dihapus dari semua penggunaan yang tidak penting. Tidak ada alasan untuk terus membiarkan timbal ada dalam makanan, rempah-rempah, cat, peralatan masak, mainan, atau produk lainnya yang dapat menyebabkan paparan. Solusinya ada dan harus diprioritaskan.”

Sementara itu, Direktur Yayasan Pure Earth Indonesia Budi Susilorini mengatakan, berdasarkan pengalaman tim Pure Earth dalam melaksanakan seluruh Program Timbal di berbagai negara, termasuk di Indonesia, ternyata anak-anak merupakan kelompok rentan yang dapat terpapar timbal. Timbal merupakan racun yang mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan manusia.

 


Sumbernya Beragam

Sumbernya beragam, termasuk daur ulang aki bekas dan tanah serta produk yang terkontaminasi timbal, seperti cat dan peralatan masak dari logam. Yayasan Pure Earth Indonesia melaporkan data tersebut kepada Pemerintah Indonesia yang memberikan tanggapan positif.

Berkoordinasi dengan Pemerintah Indonesia dan didukung oleh Vital Strategies, Yayasan Pure Earth Indonesia saat ini sedang melaksanakan program untuk memperkuat sistem kesehatan guna mengurangi paparan timbal.

"Upaya ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dan memperbaiki fasilitas penunjang, namun juga dapat memantau paparan timbal sejak dini, mengidentifikasi sumber, pengobatan yang diperlukan serta pencegahan yang dapat dilakukan. Dengan cara ini, kita bisa bersama-sama memberikan kesempatan yang lebih baik kepada anak-anak Indonesia untuk mencapai hidup yang lebih sehat.”

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya