Tak Cuma Beras, Harga Gula Juga Naik Rata-Rata Rp 500 per Kg

Harga gula, bahan pokok yang harganya diawasi pemerintah tetapi yang pasokannya banyak bergantung pada impor, mulai merangkak naik, antara lain akibat kenaikan harga harga global, serta kekhawatiran akan dampak El Nino.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Sep 2023, 14:21 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2023, 14:21 WIB
Ilustrasi Gula
Ilustrasi gula (dok. Pixabay.com)  

Liputan6.com, Jakarta - Harga beras mengalami kenaikan yang cukup tinggi dalam beberapa minggu ini. Ternyata kenaikan harga beras ini tak sendiri. Komoditas lain yaitu gula juga ikut mengalami kenaikan harga. 

Gula yang merupakan bahan pokok yang harganya diawasi pemerintah tetapi yang pasokannya banyak bergantung pada impor, mulai merangkak naik. Kenaikan ini mengikuti global, serta kekhawatiran akan dampak El Nino.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Hasran menjelaskan, kenaikan harga gula di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga gula dunia, kenaikan biaya produksi terkait pupuk dan tenaga kerja.

"Selain itu juga karena kekhawatiran dampak El Niño pada panen tebu tahun 2023-2024 serta penetapan harga beli di tingkat petani oleh pemerintah yang lebih tinggi,” Ujar dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/9/2023).

Harga gula telah terpantau naik di atas harga acuan penjualan ditingkat konsumen yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional yang sebesar Rp 14.500 -15.500 tergantung wilayahnya. Harga gula rata-rata sudah naik sebesar Rp 500 per kilogram di tingkat konsumen.

Indonesia masih banyak bergantung pada impor untuk pasokan gulanya dan harga gula di pasaran internasional sudah meningkat dalam dua bulan terakhir akibat penurunan produksi di beberapa negara produsen utama seperti India, Thailand dan Brazil.

Tahun 2023 ini kebutuhan gula dalam negeri diperkirakan sebanyak 6 juta ton sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu mensuplai sebanyak 2,2 juta to hingga perlu dipenuhi melalui pengadaan dari luar negeri dan ketergantungan pada impor ini terus meningkat sejak tahun 2014.

 

Lahan Tebu Terus Menyusut

Gula dan Karbohidrat Olahan
Ilustrasi Gula dan Karbohidrat Olahan Credit: pexels.com/Sharon

Sementara itu produksi dalam negeri juga cenderung berkurang seiring dengan penurunan luas lahan tebu di Indonesia.

Kenaikan harga pupuk di pasar internasional juga berandil dalam peningkatan harga gula sementara kekhawatiran bahwa El Niñol akan mempengaruhi panen tebu di tahun 2023-2024 membuat pasar merespon dengan peningkatan harga sejak dini.

Badan Pangan Nasional juga telah meningkatkan harga pembelian di tingkat petani sebesar 100 rupiah menjadi Rp 12.500 per kilogram merespon kenaikan harga gula internasional.

Untuk mengamankan pasokan gula dalam negerinya, pemerintah perlu meningkatkan produksi, termasuk dengan produktivitas yang lebih baik melalui penggunaan teknologi modern, penggunaan beni tebu berjengang serta penataan varietas.

Diversifikasi Sumber Impor

Pemerintah juga sebaiknya melakukan diversifikasi sumber impor gula. Saat ini sebagian besar impor gula Indonesia berasal dari Thailand, India, dan Brazil, produsen-produsen yang kini sedang mengalami penurunan  produksi.

Diversifikasi sumber impor dapat menyasar negara-negara penghasil gula lainnya seperti Mexico, Pakistan, Amerika Serikat, Columbia, Guatemala, dan Filipina. Diversifikasi ini dapat menjadi solusi ketika negara sumber impor utama mengalami penurunan produksi.

Infografis Gula Indonesia
Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya