Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI menyebut kondisi likuiditas perusahaan tetap solid. Hal itu tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di atas industri, yakni 13,21 persen.
"Tidak bisa dipungkiri karena inflasi di global, domestik cenderung naik terutama di US, kemudian bank sentral AS (the Fed) menaikan fed rate dan kemudian berimbas kemana-mana dan kemudian imbasnya ke nilai tukar dan untuk memanage nilai tukar kita BI menaikan BI rate menjadi 6 persen dampaknya apa? Di market pasti ada pengetatan likuiditas," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja keuangan BRI kuartal III 2023, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga
Meski demikian, DPK dari BRI masih tumbuh dengan solid hingga September 2023. Selain itu, rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) BRI masih berada di level 87,76 persen.
Advertisement
"Angka ini sedikit di bawah LDR industri artinya likuiditas BRI secara umum baik dari sisi pertumbuhan dana maupun dari sisi rasio kredit terhadap dana memang lebih baik dari industri jadi kalau industri 6,24 persen dan BRI 13,21 persen, kalau LDR (industri) 88,51 persen, LDR BRI 87,76 persen artinya likuiditas BRI longgar dibandingkan rata-rata industri," kata dia.
Adapun, BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 44,21 triliun hingga September 2023. Laba tersebut meningkat 12,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 39,31 triliun.
"Total aset BRI Group Rp 1.851,97 triliun pertumbuhan aset diiringi perolehan laba selama sembilan bulan sampai September 2023 membukukan laba Rp 44,21 triliun," katanya.
Ditopang Pendapatan Bunga
Raihan laba tersebut ditopang oleh pendapatan bunga (interest income) sebesar Rp 131,89 triliun per kuartal III 2023 atau naik 14,4 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 115,252 triliun.
Meski demikian, pada periode tersebut beban bunga BRI turut meningkat menjadi Rp 30,69 triliun dari kuartal III 2022 sebesar Rp 18,74 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih senilai Rp 101,19 triliun atau naik 4,9 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 96,50 triliun.
Adapun total kredit BRI mencapai Rp 1.250,7 1 triliun hingga September 2023. Angka itu meningkat dari kuartal III 2022 sebesar Rp 1.139,07 triliun.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 1.290,29 triliun atau naik 13,21 persen dengan CASA sebesar Rp 821,14 triliun.
Advertisement
Laba Bersih BRI Tembus Rp 44,21 Triliun hingga Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 44,21 triliun hingga September 2023. Angka tersebut meningkat 12,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 39,31 triliun.
"Total aset BRI Group Rp 1.851,97 triliun pertumbuhan aset diiringi perolehan laba selama sembilan bulan sampai September 2023 membukukan laba Rp 44,21 triliun," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja keuangan BRI kuartal III 2023, Rabu (25/10/2023).
Raihan laba tersebut ditopang oleh pendapatan bunga (interest income) sebesar Rp 131,89 triliun per kuartal III 2023 atau naik 14,4 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 115,252 triliun.
Meski demikian, pada periode tersebut beban bunga BRI turut meningkat menjadi Rp 30,69 triliun dari kuartal III 2022 sebesar Rp 18,74 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih senilai Rp 101,19 triliun atau naik 4,9 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 96,50 triliun.
Adapun total kredit BRI mencapai Rp 1.250,7 1 triliun hingga September 2023. Angka itu meningkat dari kuartal III 2022 sebesar Rp 1.139,07 triliun.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 1.290,29 triliun atau naik 13,21 persen dengan CASA sebesar Rp 821,14 triliun.
Penyaluran Kredit
Sebelumnya diberitakan, tengah tantangan dan ketidakpastian perekonomian global karena meningkatnya tensi geopolitik dunia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil menjaga kinerja keuangan yang impresif hingga akhir kuartal III 2023.
Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari aset yang secara konsolidasian meningkat 9,93 persen year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp 44,21 triliun atau tumbuh 12,47 persen yoy.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI.
"Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir September 2023 BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 12,53 persen yoy menjadi Rp1.250,72 triliun. Pencapaian ini masih selaras dengan proyeksi BRI, dimana hingga akhir tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit berada di level 10-12 persen yoy,” kata Sunarso dalam pemaparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan III 2023 pada Rabu (25/10/2023).
Dia bilang, seluruh segmen kredit BRI tercatat tumbuh positif. Khusus penyaluran kredit UMKM juga tercatat tumbuh 11,01 persen dari semula Rp935,86 triliun di akhir kuartal III 2022 menjadi Rp1.038,90 triliun di akhir kuartal III 2023, sehingga porsi kredit UMKM BRI terhadap total kredit mencapai 83,06 persen.
Advertisement
Penguatan ESG
Kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak positif terhadap pendapatan bunga perseroan. Hingga akhir September 2023 tercatat pendapatan bunga BRI telah mencapai Rp138,63 triliun atau tumbuh 13,91 persen yoy.
Sunarso menuturkan, keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit tersebut juga diiringi dengan penguatan terhadap aspek Environmental, Social & Governance (ESG) secara komprehensif dalam kegiatan bisnis perseroan.
"Hingga akhir kuartal III 2023, kredit ESG BRI mampu tumbuh 11,89 persen menjadi sebesar Rp750,91 triliun, sehingga porsinya mencapai 66,1 persen dari total portofolio kredit. Angka tersebut semakin memperkokoh BRI sebagai bank dengan portofolio kredit berkelanjutan terbesar di Indonesia,” kata dia.
Keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit tersebut juga diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. BRI berhasil menurunkan Loan at Risk (LAR), di mana hingga akhir kuartal III 2023 LAR BRI tercatat sebesar 13,80 persen. Angka tersebut membaik atau menurun apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada September 2022 yang sebesar 18,68 persen.
"Kami optimistis di tahun depan LAR BRI dapat kembali pada kondisi pra-pandemi, yakni di kisaran 9-11 persen”, ungkapnya.
Jaga Kualitas Kredit
Upaya BRI dalam menjaga kualitas kredit juga berdampak terhadap Credit Cost BRI yang membaik, dari semulai 3,02 persen pada kuartal III 2022 menjadi 2,44 persen pada kuartal III 2023. Sebagai bagian dari soft landing strategy, BRI juga tetap menyediakan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir kuartal III 2023 tercatat NPL Coverage BRI mencapai sebesar 228,65 persen.
"Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK sebesar Rp1.290,29 triliun atau tumbuh 13,21 persen yoy. Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (CASA) dengan porsi mencapai 63,64 persen atau sebesar Rp821,14 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari Giro BRI yang tumbuh sebesar 28,12 persen yoy.
Kinerja Giro BRI tersebut tak terlepas dari strategi perseroan yang fokus pada optimalisasi value chainmelalui wholesale transaction banking dan digitalisasi wholesale transaction banking dengan platform Qlola yang mengintegrasikan berbagai fitur unggulan, yaitu Cash Management, Trade Finance, Supply Chain Management, Foreign Exchange (Forex), Investment Services, dan Financial Dashboard.
Fee-based Income (FBI) BRI Group juga tercatat tumbuh 12,19 persen yoy menjadi senilai Rp15,56 triliun. Pencapaian FBI BRI tersebut sejalan dengan volume transaksi Super Apps BRImo yang tumbuh sebesar 66,87 persen yoy atau mencapai Rp2.984 triliun dan jumlah pengguna yang mencapai 29,8 juta user.
Disamping itu,pertumbuhan fee-based income BRI juga didorong meningkatnya bisnis AgenBRILink, yaitu agen layanan bank dengan model bisnis sharing economy bersama masyarakat, yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 698 ribu agen dengan total nilai transaksi yang meningkat 7,97 persen menjadi sebesar Rp1.040 triliun.
.
Advertisement
Rasio BOPO
Sunarso menambahkan, dari sisi operasional, transformasi digital yang terus dilakukan perseroan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan CIR (Cost to Income Ratio) yang secara konsisten semakin membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Rasio BOPO membaik dari semula 68,36 persen menjadi 68,07 persen dan CIR membaik dari semula 42,55 persen menjadi 41,28 persen,” imbuhnya.
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank yang terjaga dilevel 87,76 persen dan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 27,48 persen atau jauh di atas ketentuan regulator.
Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, maka akan semakin memperkuat kemampuan BRI dalam mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank, serta akan semakin memperkokoh pertumbuhan bisnis BRI melalui penyediaan jasa layanan keuangan, pembiayaan dan pemberdayaan UMKM