Eropa Diramal Masuk Jurang Resesi di Kuartal Akhir 2023

PDB zona euro diramal akan berkontraksi lagi di kuartal keempat.Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Nov 2023, 10:31 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2023, 10:31 WIB
Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah survei menunjukkan ada kemungkinan besar terjadinya resesi di Eropa, menyusul penurunan kinerja bisnis zona euro bulan lalu.

Seperti diketahui, perekonomian Wropa mengalami kontraksi 0,1 persen pada kuartal III 2023, dan Indeks Manajer Pembelian Gabungan (PMI) akhir untuk bulan Oktober menunjukkan bahwa blok tersebut memasuki kuartal terakhir tahun 2023 dalam kondisi yang tidak menguntungkan.

Melansir US News, Selasa (7/11/2023) PMI HCOB yang disusun oleh S&P Global, dan dipandang sebagai panduan kesehatan ekonomi secara keseluruhan, turun menjadi 46,5 pada bulan Oktober dari 47,2 pada bulan September.

Ini merupakan angka terendah sejak November 2020 ketika pembatasan COVID-19 diperketat di sebagian besar wilayah Wropa.

Angka tersebut juga berada di bawah angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi selama lima bulan berturut-turut dan sesuai dengan perkiraan awal.

"PMI final yang dirilis hari ini mengkonfirmasi perkiraan awal dan konsisten dengan perkiraan kami bahwa PDB zona euro akan berkontraksi lagi di kuartal keempat," kata Adrian Prettejohn dari Capital Economics.

"Prospeknya juga terlihat sangat lemah, dengan PMI pesanan baru yang jatuh ke level terendah sejak September 2012, tidak termasuk bulan-bulan awal pandemi, sementara ekspor juga sangat lemah," bebernya.

Survei serupa juga menunjukkan aktivitas manufaktur Eropa mengalami penurunan lebih lanjut pada Oktober 2023, di mana pesanan mengalami kontraksi pada tingkat yang paling tajam sejak tahun 1997.

Hal serupa juga terjadi pada sektor jasa dan indeks bisnis baru, yang merupakan ukuran permintaan, berada pada titik terendah sejak awal tahun 2021 karena konsumen yang berhutang merasa terbebani oleh kenaikan harga dan meningkatnya biaya pinjaman.

Aktivitas jasa di Jerman, negara perekonomian terbesar di Eropa, kembali mengalami kontraksi pada Oktober 2023 karena permintaan terus melemah, sementara di Perancis kembali menyusut.

Penurunan aktivitas jasa juga terjadi di Italia dengan kontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Namun Spanyol melawan tren tersebut dan sektor jasanya tumbuh sedikit lebih cepat pada bulan lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bank Sentral Eropa Pertahankan Suku Bunga

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Bulan lalu, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga tidak berubah pada rekor tertinggi, mengakhiri kenaikan suku bunga berturut-turut sebanyak 10 kali berturut-turut.

Namun, ECB menegaskan bahwa pembicaraan pasar mengenai penurunan suku bunga masih terlalu dini.

Para pengambil kebijakan diperkirakan akan menyambut melemahnya tekanan harga yang ditunjukkan dalam survei PMI, karena indeks harga input dan output turun dari pembacaan bulan September.


Negara Perekonomian Terbesar di Eropa Masuk Bayang-Bayang Resesi

Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

Ekonomi Jerman sedikit turun pada kuartal III 2023. Penurunan ini meningkatkan risiko resesi di negara dengan perekonomian terbesar di Eropa.

Mengutip CNN Business, Selasa (31/10/2023) produk domestik bruto Jerman mencatat kontraksi 0,1 persen pada periode Juli hingga September 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya ketika tumbuh 0,1 persen menurut Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis).

 Penurunan belanja konsumen mendorong penurunan ini.

Di sisi lain, investasi perusahaan pada mesin dan peralatan memberikan kontribusi positif terhadap PDB, menurut Destatis.

“Perekonomian Jerman sekali lagi berada di ambang resesi teknis,” kata Claus Vistesen, kepala ekonom zona euro di Pantheon Macroeconomics.

Sebagai informasi, resesi teknis merupakan penurunan produksi selama dua kuartal berturut-turut.

Perekonomian Jerman telah mendekati resesi selama hampir satu tahun. PDB negara itu menyusut dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 sebelum stagnan pada kuartal pertama tahun ini. Perkiraan awal menunjukkan penurunan output selama dua kuartal berturut-turut.

Para ekonom mengatakan kondisi ini sepertinya tidak akan membaik dalam waktu dekat, karena sektor manufaktur di Jerman sedang bergulat dengan lemahnya permintaan di Tiongkok, tingginya biaya energi, dan kenaikan suku bunga.

Perusahaan-perusahaan di sektor ini kehilangan pekerjaan pada tingkat tercepat dalam tiga tahun terakhir, karena pesanan baru menurun dan kepercayaan diri tetap “sangat negatif,” menurut data survei bulan Oktober yang diterbitkan minggu lalu.

"Perekonomian Jerman kini terjebak dalam lumpur," kata Vistesen, seraya menyebutkan bahwa perekonomian Jerman diragukan akan pulih pada kuartal keempat. "Risikonya cenderung ke bawah pada awal tahun 2024," kata dia.


Ekonom Prediksi Eropa Bakal Stagnasi

Jerman Catat Rekor 80.000 Kasus COVID-19 Baru Sehari
Orang-orang mengenakan masker yang menjadi mandat di stasiun kereta bawah tanah di pusat kota Essen, Jerman, Rabu (12/1/2022). Jerman pada Rabu melaporkan lebih dari 80.000 kasus corona covid-19 dalam sehari yang merupakan tertinggi sejak pandemi. (AP Photo/Martin Meissner)

Meskipun perekonomian Jerman mungkin terkena dampak paling parah, aktivitas bisnis di negara Eropa lainnya juga lesu dan para ekonom memperkirakan periode stagnasi, atau bahkan resesi ringan, akan terjadi di wilayah tersebut.

Pekan lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunganya.

Langkah ini menghentikan kenaikan bunga sebanyak 10 kali berturut-turut menyusul penurunan tajam inflasi zona euro pada bulan September.

Presiden ECB Christine Lagarde memperingatkan bahwa risiko terhadap pertumbuhan “masih condong ke sisi negatifnya” dan mengatakan perang Israel-Hamas berarti prospek harga energi yang "kurang dapat diprediksi".

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya