Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim tidak hanya menjadi isu satu atau dua negara tetapi telah menjadi isu yang diperhatikan dunia. Selama ini Indonesia turut berkontribusi menindaklanjuti isu perubahan iklim melalui berbagai kebijakan nasional dan internasional, salah satunya ikut aktif dalam Konferensi Tingkat Tinggi Conference of the Parties ke 28 (KTT COP28) yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, 30 November hingga 12 Desember 2023.
Presiden Joko Widodo dalam Leaders’s Event yang membahas tentang Transforming Food System In The Face Of Climate Change, Jumat (1/12), menjabarkan sejumlah upaya yang telah dilakukan Indonesia guna menurunkan emisi karbon dan menyampaikan komitmen Indonesia dalam memperbaiki pengelolaan forest and other land use (FOLU), serta mempercepat transisi energi menuju energi baru terbarukan.
Presiden menyampaikan terkait keunggulan lahan Indonesia yang luas dan subur dengan didukung oleh sejumlah faktor lainnya yakni 30% penduduk dalam usia produktif, sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari sektor pertanian yang didukung dengan ekosistem pendukung yang memadai, dan konektivitas infrastruktur juga telah dibangun secara masif.
Advertisement
Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk kesejahteraan pertanian skala kecil maupun food estate skala besar yang didukung pendanaan dan transfer teknologi tinggi sehingga diharapkan dapat menyuplai kebutuhan global.
Oleh karena itu, Indonesia menekankan bahwa kolaborasi global harus diperkuat melalui investasi di bidang pertanian dan peternakan karena produk pertanian dan peternakan juga dapat menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan.
Indonesia sangat mendukung inisiatif kehadiran UEA dalam mendorong kolaborasi internasional yang berpusat pada pertanian berkelanjutan, rantai pasok, ketahanan, dan aksi iklim. Presiden Joko Widodo juga berharap agar inisiatif ini dapat membuahkan hasil nyata untuk menciptakan dunia yang lebih sejahtera.
Pada kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo didampingi oleh sejumlah Menteri dan delegasi Indonesia lainnya yakni Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera. Hadir juga sebagai pembicara, pemimpin negara lain, antara lain Perdana Menteri Italia, Perdana Menteri Samoa, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.
Perlu diketahui bahwa sebanyak 134 negara, termasuk Indonesia, dalam rangkaian KTT COP28 yakni pada tanggal 1 Desember 2023, juga telah melakukan penandatanganan mendukung Emirates Declaration on Sustainable Agriculture, Resilient Food System and Climate Action. Deklarasi ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan sistem pangan terhadap perubahan iklim, mengurangi emisi global dan memerangi kelaparan global yang sejalan dengan tujuan SDGs.Â
Pertamina Tegaskan Komitmen NZE 2060 di Hadapan Forum COP-28 di Uni Emirat Arab
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan kembali komitmen Pertamina dalam mendukung Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission 2060. Demikian disampaikannya pada ajang Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP-28) yang berlangsung di Uni Emirat Arab (UEA).Â
Pada sesi diskusi di Paviliun Indonesia, Nicke Widyawati menjelaskan bahwa Indonesia dihadapkan pada trilema energi, dengan tiga isu utama, yaitu keamanan energi, kesetaraan energi, dan keberlanjutan energi. Untuk menghadapi ketiga isu tersebut, Pertamina telah mengembangkan tiga inisiatif strategis yang komprehensif yakni dekarbonisasi pada operasional Perusahaan (scope 1), membangun bisnis baru rendah karbon (Scope 2), dan penerapan program penyeimbangan karbon (Scope 3).
Indonesia sebagai negara berkembang, kata Nicke, memiliki target pertumbuhan ekonomi yang stabil dimana energi adalah katalis untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, sebagai BUMN, Pertamina menempatkan keamanan energi sebagai prioritas utama.
"Namun, kami juga harus mengelola keseimbangan untuk kesetaraan energi, yang mencakup aksesibilitas dan keterjangkauan energi, dan keberlanjutan energi dalam mengurangi emisi karbon dalam operasi kami, baik untuk scope satu, dua, dan tiga," ujar Nicke.
Nicke menilai bahwa Indonesia tidak bisa mengatakan bahwa kita harus mengembangkan energi terbarukan dan mengalihkan semua bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Karena hal itu akan membahayakan keamanan energi. Oleh sebab itu, katanya, Pertamina memiliki tiga strategi tentang bagaimana kami mengelola keberlanjutan sambil mempertahankan keamanan energi dan memperkuat kesetaraan energi.
Â
Advertisement
Produksi Minyak dan Gas
Pertama, Pertamina harus mempertahankan bisnis utama, minyak dan gas karena, Pemerintah Indonesia memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak dan gas hulu dari sekarang 700 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Tapi harus dilakukan dengan cara yang berbeda yang disebut Green Operation.
Terkait hal ini, ujar Nicke, Pertamina menjalankan tiga inisiatif yakni efisiensi energi, karena efisiensi energi sangat penting dan lebih mudah mengurangi emisi.Â
"Jadi, kontribusinya sekitar 39% dalam mengurangi emisi. Itulah mengapa kita fokus pada efisiensi energi dalam operasi kita: hulu, pengolahan, dan hilir."
Berikutnya, pengurangan metana. Saat ini, kita hanya fokus pada pengurangan CO2, padahal sebenarnya, metana memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menghancurkan lingkungan, lebih buruk dibandingkan emisi CO2. Itulah sebabnya, targetnya adalah 7,6% pengurangan Methana dan emisi karbon (CO2) sebesar 5,5% dan flare reduction dan pemanfaatannya sebesar 16.7%.
"Dari tiga inisiatif tersebut, Pertamina, sampai tahun lalu, berhasil mengurangi 31% emisi dalam operasi internal kami," ujarnya.Â
Â