Liputan6.com, Jakarta Harga minyak Brent dan harga minyak mentah berjangka AS berakhir dengan kerugian kecil setelah sesi perdagangan yang tidak menentu. Hal ini di mana harga minyak turun lebih dari USD 1 per barel pada perdagangan Jumat.
Penyebabnya, para pedagang mencoba untuk merekonsiliasi sinyal beragam untuk permintaan minyak di tahun mendatang.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berakhir turun 15 sen atau 0,21% menjadi USD 71,43.
Advertisement
Pasar anjlok di awal sesi setelah survei manufaktur Federal Reserve Bank di New York menunjukkan penurunan pesanan baru selama tiga bulan, yang bisa menjadi tanda melemahnya permintaan minyak di tahun mendatang.
“Apa yang memulai aksi jual ini adalah penurunan tajam angka manufaktur di New York,” kata Analis di Price Futures Group, Phil Flynn.
“Pasar ini tampaknya sedikit lebih sensitif terhadap setiap berita utama baru. Mereka masih belum yakin kami telah menemukan dasar dari pasar ini," ungkap Flynn.
Pedagang juga terguncang oleh komentar Presiden Bank Sentral New York John Williams pada hari Jumat tentang harapan penurunan suku bunga di tahun mendatang.
“Kami tidak benar-benar membicarakan penurunan suku bunga saat ini,” kata Williams dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
Penurunan Suku Bunga
Sementara itu, terkait pertanyaan mengenai penurunan suku bunga, “Saya pikir masih terlalu dini untuk memikirkan hal tersebut," katanya.
Pada hari Kamis, Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga yang dimaksudkan untuk mengekang inflasi kemungkinan besar akan berakhir, namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih lanjut.
Dolar jatuh ke level terendah dalam empat bulan pada hari Kamis setelah bank sentral AS setelah komentar Powell, melihat tanda-tanda penurunan biaya pinjaman akan terjadi pada tahun 2024. Indeks USD secara umum stabil pada hari Jumat.
Kurs Dolar AS
Melemahnya kurs dolar AS membuat minyak dalam mata uang dolar lebih murah bagi pembeli asing.
Konsumsi minyak dunia akan meningkat sebesar 1,1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, kata IEA dalam laporan bulanannya.
Meskipun peningkatan tersebut sebesar 130.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya, perkiraan tersebut kurang dari setengah perkiraan permintaan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebesar 2,25 juta barel per hari.
OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, pada akhir November menyepakati pemotongan sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari yang berlangsung sepanjang kuartal pertama.
“Pasar pada umumnya dan minyak pada khususnya mencoba untuk memahami apa yang terjadi,” kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC. “Semua orang mencoba merasakan apa yang mereka inginkan.”
Advertisement
Jumlah Rig Pengeboran
Sinyal bullish lainnya untuk pasar minyak pada hari Jumat adalah lebih rendahnya jumlah rig pengeboran dari perusahaan teknologi energi Baker Hughes.
Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun 3 rig menjadi 623 rig dalam sepekan hingga 15 Desember.
Baker Hughes mengatakan jumlah rig minyak AS turun 2 menjadi 501 pada minggu ini, sementara rig gas tidak berubah pada 119. Hal ini membuat jumlah rig turun dari angka tertinggi pascapandemi sebesar 784 pada Desember 2022 karena penurunan harga minyak dan gas.