Liputan6.com, Jakarta Pelabuhan dan bandara disebut jadi salah satu fasilitas pendorong kemajuan ekonomi suatu daerah. Utamanya menyasar pada daerah-daerah terpencil atau tertinggal di wilayah Indonesia.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mencatat sejumlah pelabuhan yang sudah beroperasi. Termasuk beberapa lainnya masih dalam proses pembangunan.
Baca Juga
"Keberadaan bandara dan pelabuhan di daerah 3TP (tertinggal, terluar, terdepan, dan perbatasan) akan memacu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat setempat dan membuka keterisolasian dengan wilayah sekitar," kata Djoko dalam keterangannya, Rabu (27/12/2023).
Advertisement
Dia mengatakan, pelabuhan yang terbukti sudah menggerakkan ekonomi daerah seperti di Danau Toba. Bahkan, Djoko mencatat kalau angkutan danau di Danau Toba jadi acuan implementasi hal serupa di wilayah lain.
"Angkutan danau di Danau Toba sudah bisa menjadi percontohan pengelolaan angkutan danau di tempat lain. Pengelolaan angkutan penyeberangan di Danau Toba sudah mengikuti regulasi," ungkapnya.
Djoko mengatakan, sekitar 20 pelabuhan penyeberangan di Kawasan Danau Toba dibawah pengelolaan dan pengawasan Kepala Syahbandar dan Operasi Pelabuhan Penyeberangan (KSOPP) Danau Toba.
Dari 13 pelabuhan penyebangan, sebanyak 7 pelabuhan penyeberangan sudah diresmikan (Ajibata, Simanondo, Tigaras, Muara, Marbun Toruan, Tonggin dan Balige) dan 6 sedang dibangun (Ambarita, Sipinggan, Porsea, Silalahi, Onan Rungu dan Sigapiton).
"Keramaian wisatawan tidak hanya di Kota Parapat, namun sudah berkembang ke Kota Balige dan di Pulau Samosir," ucapnya.
Â
Daerah Lain
Lebih lanjut, dia mencontohkan pelabuhan dan juga bandara di daerah terluar lainnya. Misalnya, Pelabuhan Laut Agats dan Bandara Ewer yang meningkatkan kunjungan kapal laut dan pesawat terbang.
Ada 3 kapal yang dimiliki PT Pelni singgah di Pelabuhan Agats, yaitu KM Tatamialau, KM Sirimau dan KM Leuser melayani rute Pelabuhan Pomako (Timika), Pelabuhan Agats – Pelabuhan Merauke. Berbarengan dengan itu, Pelabuhan tradisional untuk pelayaran rakyat masih beroperasi.
Sementara maskapai Lion Air melayani penerbangan komersial Timika – Ewer – Merauke. Selama ini dilayani penerbangan perintis Bandara Mopah (Merauke) - Bandara Ewer (Kab. Asmat) dan Bandara Moses Kilangin (Kab. Mimika) - Bandara Ewer (Kab. Asmat).
"Demikian juga dengan Pembangunan Bandara Letung yang terletak di Pulau Jemaja (Kab. Kepulauan Anambas, Provinsi Kep. Riau). Selain daerah perbatasan sebagai penghasil minyak dan gas juga kaya akan pesona wisata alam dan perairan," pungkas Djoko Setijowarno.
Â
Advertisement
Angkutan Perintis
Sebelumnya, pembangunan transportasi berbasis jalan disebut tak sebatas menyasar kota-kota besar. Ternyata, ada sejumlah angkutan perintis yang juga menyasar ke daerah-daerah terpencil.
Pengamat Transportasi dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno memberikan catatannya. Pembangunan transportasi di daerah identik dengan angkutan perintis.
Djoko mencatat, angkutan bus perintis telah beroperasi di 32 provinsi dengan 278 rute dan panjang trayek mencapai 32.262 km. Dilayani dengan 514 armada. Bahkan sudah ada angkutan perintis yang naik kelas menjadi komersial.
"Angkutan bus perintis yang melintas di jalan nasional beralih menjadi trayek komersial, seperti trayek Tanjung Selor – Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Semula tarifnya Rp 50 ribu, setelah dikomersialkan menjadi Rp 100 ribu," ujar dia dalam keterangannya, Rabu (27/12/2023).
Kemudian, bus perintis juga menyasar Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Misalnya di perbatasan Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Ada tiga rute layanan angkutan bus perintis yang melayani warga di perbatasan.
Rinciannya, PLBN Aruk – Sambas di Provinsi Kalimantan Barat, PLBN Skow – Jayapura Provinsi Papua dan PLBN Sota – Merauke, Provinsi Papua Selatan. Ada pula terminal angkutan barang dibangun di PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat dan PLBN Skow, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
"Juga dibangun Pelabuhan Sungai Nyamuk. Pemerintah mulai memperbaiki tata kelola Pelabuhan Sungai Nyamuk di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Kondisi pelabuhan di daerah perbatasan dengan Malaysia yang semula semrawut itu kini dibuat lebih nyaman agar pelayanan penumpang lebih optimal," bebernya.
Â
Dulunya Semrawut
Sebelumnya, kata Djoko, kondisi Pelabuhan Sungai Nyamuk semrawut. Para buruh penyedia jasa angkut berebutan mencari kosumen saat setelah kapal berlabuh. Selanjutnya, penumpang melakukan tawar menawar ongkos angkutan barang di jalan yang dilintasi penumpang.
Jalan yang sempit membuat lalu lintas Pelabuhan tersendat dan terjadi penumpukan penumpang di lintasan keluar masuk orang dan barang. Mulai April 2023, mulai dilalukan penataan.
"Selain pemugaran fisik pelabuhan, tata kelola juga dibenahi agar Pelabuhan Sungai Nyamuk menjadi tempat yang nyaman bagi penumpang dan orang-orang yang bekerja di pelabuhan itu," urainya.
Advertisement