Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) bongkar dugaan terkait harga beras yang terus mahal, padahal hasil produksi beras sejak akhir 2023 masih menunjukan angka surplus.
Direktur Serealia Tanaman Pangan Kementan Mohammad Ismail Wahab mengatakan, gejala El Nino memang sangat berdampak terhadap tingkat produksi padi dan beras. Namun, produksi beras nasional pada akhir 2023 masih surplus.
Baca Juga
Surplus tersebut diperoleh dari hasil produksi beras sepanjang tahun lalu yang sebesar 30,96 juta ton. Plus tambahan alokasi impor beras sekitar 2,7 juta ton.
Advertisement
"Sehingga kita punya beras di tahun 2023 sebanyak 33,6 juta ton beras. Sementara kebutuhan di tahun 2023 hanya sekitar 30,62 juta ton. Artinya kita masih punya carry over dari 2023 untuk 2024 hampir sekitar 3 juta ton beras," kata Ismail dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024, dikutip dari YouTube Kemendagri RI, Kamis (22/2/2024).
Sementara pada awal 2024, ia melanjutkan, tambahan stok beras nasional berada di kisaran 1,31 juta ton. Itu berasal dari hasil produksi petani 910 ribu ton plus impor 400 ribu ton.
"Kalau ditambah carry over-nya, maka kita punya sekitar 4,31 juta ton beras. Artinya apa, kalau kita punya 4,31 juta ton beras, kebutuhan kita hanya 2,5 juta ton, harusnya di bulan Januari kita tidak sulit. Artinya beras itu cukup," terang Ismail.
Ismail lantas heran kenapa harga beras mahal dan stoknya langka. Padahal menurut catatannya stok beras nasional masih surplus di Januari 2024.
"Sekarang kita kurang mempunyai pencatatan terhadap logistik. Ini artinya kemana larinya ini (beras), sehingga beras kita pun sampai sekarang masih cukup mahal dan agak sedikit sulit," ucap dia.
"Karena mungkin bukan masalah tidak ada beras, tapi ada perpindahan stok beras kita yang semula ada di ritel-ritel sudah berpindah ke rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumen," imbuhnya.
Distribusi Beras
Oleh karenanya, Ismail usul agar dilakukan survei terhadap distribusi atau perpindahan beras dari tingkat produsen dan ritel menuju konsumen akhir.
"Ini perlu juga ada survei yang sangat singkat untuk mengetahui seperti apa perpindahan stok beras kita yang semula ada di tingkat produsen atau ritel, pindah kepada tingkat konsumen," ujar Ismail.
Stok Beras Menipis dan Harga Melonjak, Pengusaha Sebut Perlu Operasi Pasar
Sebelumnya, masyarakat tengah diramaikan dengan pasokan beras yang langka di supermarket. Bahkan, beberapa supermarket tidak memiliki stok beras sama sekali. Di sisi lain, ada ketersediaan beras di pasar tradisional tetapi dengan harga yang melonjak.
Sekretaris Jenderal BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Anggawira menuturkan, menurunnya stok dan kenaikan harga beras salah satu bisa disebabkan oleh aktivitas bazar yang digelar sejumlah calon legislatif selama periode Pemilu bulan lalu.
"Kalau saya lihat terkait beras itu kita kemarin habis Pilpres dan pemilihan calon legislatif ya, mungkin banyak dari para caleg itu mengadakan bazar-bazar beras murah yang menyebabkan pembelian meningkat, tapi stok langsung di masyarakat kian menipis,” ungkap Anggawira kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (22/2/2024).
Angga menyarankan, bila ketersediaan semakin menipis dan lonjakan harga beras belum menunjukkan tanda akhir, baiknya Pemerintah mulai mempertimbangkan untuk melakukan operasi pasar.
"Cadangan beras dari Bulog mungkin juga bisa langsung disalurkan,” ujar dia.
"Salah satu yang paling efektif memang dari operasi pasar, sulit cara lain untuk menurunkan harga. Juga agar harga beras bisa disesuaikan dan bisa dijual dengan harga yang terjangkau,” ia menambahkan.
Terkait alternatif lain salah satunya penambahan impor beras, Angga melihat, hal itu hanya bisa dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (BULOG).
"Karena kalau harus impor dan lain sebagainya hanya BULOG yang bisa melakukan. Tapi (dalam menjaga keseimbangan stok dan harga) bisa dilakukan oleh Pemerintah,” imbuhnya.
Advertisement
Pedagang Berdoa Guyuran Bulog Bisa Turunkan Harga Beras
Sebelumnya diberitakan, harga beras di pasar tradisional masih cukup tinggi, baik kualitas medium maupun kualitas premium. Para pedagang pun meminta pemerintah mengambil langkah tepat menurunkan harga di pasaran.
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan berharap rencana Bulog mengguyur beras ke pasaran bisa efektif. Dia ingin hal tersebut bisa menyentuh seluruh pasar di Indonesia.
"Kami kira Bulog ingin mengguyur berasnya ke pasar ya kami apresiasi, jadi pengaruhnya kita lihat ke depan jika Bulog mengguyur secara masif dan merata di seluruh pasar tradisional di seluruh Indonesia," ucap Reynaldi kepada Liputan6.com, Kamis (22/2/2024).
Dia berharap, harga beras bisa turun menjelang momen Ramadan 2024. Mengingat lagi, mendekati Ramadan biasanya harga pangan ikut merangkak naik, termasuk beras.
"Pedagang hanya berharap menjelang ramadan itu seluruh kondisi pasokan komoditas bahan pokok itu bisa dijangkau harganya kemudian pasokannya juga melimpah, terlebih panen raya," tuturnya.
"Maka pemerintah menyerap seluruh hasil pertanian dan langsung didistribusikan ke sejumlah pasar-pasar," sambung Reynaldi.
Dia meminta pemerintah bisa memaksimalkan penyerapan produk pertanian pada panen raya mendatang. Menurutnya, langkah ini sebagai cara jitu untuk menekan harga di tingkat konsumen.
"Maka penting untuk mengoptimalisasi sentra-sentra pertanian yang ada agar pemerintah mampu untuk menyerap seluruh hasil pertanian, baik itu bahan pertanian dari petani kemudian hasil pertanian holtikuktura yang lain agar dioptimalisasi sehingga harga-harga yang hari ini terpantul tinggi bisa di tekan," urainya.
Harga Beras
Reynaldi mengantongi data harga beras saat ini masih terpantau tinggi. Misalnya, beras medium yang berada di atas Harga Acuan Tertinggi (HET).
Dia mencatat, harga beras medium di pasar tradisional berkisar antara Rp 14.000 hingga Rp 14.500 per kilogram. Sementara itu, harga beras premium disebut lebih tinggi lagi.
"Beras sudah di kisaran yang medium kisaran Rp 14.000 sampai Rp 14.500. Kemudian untuk yang premium sendiri itu sudah diangka Rp 18.000 sampai Rp 19.000 per kilonya," ujar dia.
Advertisement