Badai PHK Belum Usai, Platform Perjalanan Online Expedia Pangkas 1.500 Karyawan

Platform perjalanan online asal Amerika Serikat, Expedia mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 pekerjanya secara global.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Feb 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2024, 12:00 WIB
Ilustrasi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK. Foto: Freepik
Ilustrasi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK. Platform perjalanan online asal Amerika Serikat, Expedia mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 pekerjanya secara global. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Platform perjalanan online asal Amerika Serikat, Expedia mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 pekerjanya secara global.

Jumlah tersebut setara 9 persen dari total tenaga kerja Expedia, sebagai bagian dari restrukturisasi organisasi dan teknologi.

Mengutip US News, Selasa (27/2/2024) restrukturisasi ini dilakukan setelah Expedia memperingatkan awal bulan ini bahwa pendapatan akan berkurang pada tahun 2024 karena harga tiket pesawat turun. Adapun pengunduran diri CEO Expedia, Peter Kern.

"Bisnis ini terus mengevaluasi alokasi sumber daya yang tepat untuk memastikan pekerjaan yang paling penting terus diprioritaskan," kata juru bicara Expedia Group.

Perusahaan juga telah mengurangi ekspektasi pendapatannya untuk 2024, sebuah tanda bahwa permintaan diperkirakan akan tumbuh lebih lambat tahun ini.

Pekan lalu, Booking Holdings memperkirakan pertumbuhan pemesanan kuartal pertama 2024 dan setahun penuh lebih lambat karena permintaan perjalanan di AS menjadi normal.

Total biaya sebelum pajak dan pengeluaran tunai yang terkait dengan tindakan restrukturisasi diperkirakan antara USD 80 juta dan USD 100 juta atau setara Rp 1,5 triliun kata Expedia.

Diwartakan sebelumnya, pembuat perangkat lunak manajemen restoran asal AS, Toast juga melakukan PHK massal terhadap 550 karyawan, atau sekitar 10 persen dari tenaga kerjanya.

PHK di Toast merupakan salah satu upaya penghematan biaya USD 45 juta hingga USD 55 juta sebagian besar untuk kuartal pertama, dan penghematan tahunan sebesar USD 100 juta.

Sempat Bernilai USD 5,7 Miliar, Kini Vice Media Terpaksa PHK Ratusan Karyawan

Ilustrasi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK. Foto: Freepik/master1305
Ilustrasi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK. Foto: Freepik/master1305

Perusahaan media Amerika-Kanada, Vice Media berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan pekerjanya.

Melansir BBC, Minggu (25/2/2024) PHK di Vice Media terkait dengan pemberhentian penerbitan konten di Vice.com, menurut memo dari kepala eksekutif perusahaan itu, Bruce Dixon.

Dixon mengatakan Vice berencana untuk "bermitra dengan perusahaan media mapan untuk mendistribusikan konten digital kami".

Perusahaan media termasuk Channel 4, Los Angeles Times, dan Business Insider juga memangkas pekerjaan tahun ini.

 Dixon mengatakan "tidak lagi hemat biaya bagi kami untuk mendistribusikan konten digital seperti yang kami lakukan sebelumnya," kata Dixon dalam memo tersebut.

"Sayangnya, ini berarti kami akan mengurangi tenaga kerja kami, menghilangkan beberapa ratus posisi," ungkapnya.

Dikatakan juga, pengumuman PHK akan dilakukan dalam beberapa pekan mendatang.

Pada Mei 2023, Vice Media mengajukan kebangkrutan di AS dan dibeli oleh Fortress Investment Group.

Sebelum mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11, sebuah prosedur untuk menunda kewajiban perusahaan AS kepada kreditornya, Vice telah melakukan PHK seiring penutupan program TV andalannya.

Diluncurkan pada tahun 1994 sebagai majalah pinggiran bernama Voice of Montreal oleh Shane Smith, Gavin McInnes dan Suroosh Alvi, Vice Media beroperasi di lebih dari 30 negara.

Perusahaan ini bernilai USD 5,7 miliar pada tahun 2017 dan pernah digembar-gemborkan sebagai bagian dari perusahaan garda depan yang akan mendisrupsi lanskap media tradisional dengan konten yang modern, dan berfokus pada kaum muda yang mencakup media cetak, acara, musik, online, TV, dan fitur film.

Produsen Truk Listrik California PHK 10% Karyawan

Ilustrasi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK. Foto: Freepik/drazen zigic
Ilustrasi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK. Foto: Freepik/drazen zigic

Pembuat truk dan SUV listrik yang berbasis di California, Amerika Serikat, Rivian mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 10 persen karyawannya.

PHK di Rivian terjadi di tengah kerugian triwulanan dan pasar kendaraan listrik di AS yang semakin kompetitif.

"Bisnis kami menghadapi lingkungan makroekonomi yang menantang, termasuk suku bunga yang tinggi secara historis dan ketidakpastian geopolitik, dan kami perlu membuat perubahan yang terarah sekarang untuk memastikan masa depan kami yang menjanjikan," tulis pendiri dan CEO Rivian, RJ Scaringe dalam sebuah pesan email kepada karyawan, dikutip dari CNN Business, Jumat (23/2/2024).

Diketahui, Rivian memiliki total 16,700 karyawan tetapi tidak mengungkapkan berapa banyak dari mereka yang dianggap sebagai karyawan bergaji.

Dalam dua kesempatan berbeda, produsen EV itu telah memberhentikan 6 persen tenaga kerjanya karena perusahaan berupaya mengurangi kerugiannya.

Penjualan kendaraan listrik belum berkembang secepat tahun lalu, dan produsen mobil menyalahkan tingginya suku bunga sebagai penyebab perlambatan tersebut.

Pada saat yang sama, Tesla secara agresif juga memangkas harga kendaraannya, sehingga memberikan tekanan pada produsen mobil lain. Ford, misalnya, baru-baru ini mengumumkan akan memangkas harga Mustang Mach-E, pesaing langsung SUV Tesla Model Y.

Rivian Laporkan Kerugian di Akhir 2023

Pada kuartal keempat 2023, Rivian melaporkan kerugian sebesar USD 1,5 miliar atau setara Rp. 23,3 triliun, dibandingkan kerugian sekitar USD 1,7 miliar atau Rp. 26,5 triliun pada periode yang sama tahun 2022.

Perusahaan memproduksi 57,000 kendaraan tahun lalu dan mengirimkan 50.000 unit kendaraan ke pelanggan.

Dalam surat pemegang sahamnya, Rivian mengatakan pihaknya memperkirakan pengiriman akan sama tahun ini meskipun mereka memperkirakan akan mencapai laba kotor yang moderat pada akhir tahun 2024.

Rivian akan meluncurkan model baru yang lebih kecil dan lebih murah, yaitu SUV R2S dan pikap R2T pada bulan Maret mendatang, tetapi kendaraan tersebut diperkirakan baru akan diproduksi pada tahun 2026.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya