Permintaan Minyak Mentah China Bakal Jatuh Lebih dari 50%, Ini Penyebabnya

Permintaan minyak mentah China akan berada di antara 250 ribu barel per hari hingga 350 ribu barel per hari. Artinya, jumlah ini kurang dari setengah permintaan pada 2019.

oleh Divina Aulia Rachmani diperbarui 02 Mar 2024, 12:35 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2024, 10:30 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Penurunan permintaan minyak dari China ini karena sektor utama negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini masih berjuang untuk pulih dari resesi. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan konsultan politik dan ekonomi Eurasia Group menyebutkan bahwa permintaan minyak mentah dari China pada 2024 ini akan jatuh menjadi setengah dibanding dengan permintaan sebelum krisis Covid 2019. Penurunan permintaan minyak ini karena sektor utama negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini masih berjuang untuk pulih dari resesi.

Eurasia Group melihat, dua sektor yang menjadi pendorong utama permintaan minyak yaitu industri konstruksi dan otomotif di China tengah menghadapi masalah. Kedua sektor ini tampaknya masih berat untuk bisa menciptakan pertumbuhan yang signifikan.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (2/3/2024), perusahaan tersebut memperkirakan bahwa permintaan minyak mentah China akan berada di antara 250 ribu barel per hari hingga 350 ribu barel per hari. Artinya, jumlah ini kurang dari setengah permintaan pada 2019. Pertumbuhan permintaan tidak akan kembali ke 1 juta barel per hari yang yang pernah terjadi di antara 2015 hingga 2020.

Mengingat tingkat utang China yang membengkak, demografi yang menyusut, dan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang berkurang, konsultan percaya bahwa pertumbuhan di masa depan ke tingkat sebelum pandemi tidak mungkin terjadi. Bahkan meskipun pasar properti China pulih.

Dalam sebuah pernyataan, Eurasia Group menyatakan bahwa peningkatan permintaan bahan bakar tambahan di China, yang menjadi andalan industri minyak dunia selama dua dekade terakhir, tidak lagi terjadi.

Dalam laporan yang diterbitkan oleh International Energy Agency, China akan kehilangan posisinya sebagai pendorong utama permintaan minyak dunia hingga tahun 2030. India akan mengambil alih posisi tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pembelian Besar-besaran

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Para analis dari JPMorgan mengatakan dalam sebuah catatan baru-baru ini bahwa China mengambil keuntungan dari jatuhnya harga minyak untuk mengimpor minyak mentah murah dalam jumlah yang signifikan, yang mengakibatkan konsumsi minyak negara ini mencapai titik tertinggi sepanjang masa yaitu 16,03 juta barel per hari pada tahun lalu.

Menyusul penghapusan pembatasan yang diberlakukan oleh Covid, terjadi peningkatan jumlah perjalanan penumpang domestik, yang berkontribusi pada rekor angka tersebut.

Di sisi lain, faktor pendukung yang menyebabkan rekor pertumbuhan permintaan pada tahun 2024 mulai memudar, menurut JPMorgan. Perusahaan mengantisipasi peningkatan 530.000 barel per hari tahun ini karena China terus berada di jalur "pertumbuhan berkualitas rendah".

"Perlambatan ekonomi negara ini membebani pertumbuhan permintaan bensin dan terutama permintaan diesel," ujar Linda Giesecke, Direktur Produk Olahan Rapidan Energy, dalam sebuah wawancara dengan CNBC. Ia juga menyebutkan bahwa elektrifikasi armada mobil China juga membatasi pertumbuhan konsumsi bensin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya