Tak Main-main, Volume Transaksi Agen BRILink Capai Rp 1.400 Triliun di 2023

Komisi atau uang fee yang diperoleh BRI dari volume transaksi agen BRILink tersebut mencapai Rp 1,6 triliun. Adapun, uang fee yang diperoleh agen BRILink mencapai 2 sampai 3 kali lipat dari setoran fee untuk BRI.

oleh Tim Bisnis diperbarui 07 Mar 2024, 13:14 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 12:00 WIB
Dirut BRI, Sunarso.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, perkembangan bisnis agen warung BRILink sangat pesat. Hal ini terlihat dari volume transaksi agen BRILink mencapai 1.427 triliun 2023. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menggelar BRI Microfinance Outlook 2024 pada 7 Maret 2024. Mengusung tema Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth.

Dalam pidato pembuka, Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, perkembangan bisnis agen warung BRILink sangat pesat. Hal ini terlihat dari volume transaksi agen BRILink mencapai 1.427 triliun 2023.

"Sekarang volume transaksi di agen BRILink di warung-warung itu, setahun mencapai Rp 1.400 triliun bisa dibayangkan," ujarnya, Kamis (7/3/2024).

Komisi atau uang fee yang diperoleh BRI dari volume transaksi agen BRILink tersebut mencapai Rp 1,6 triliun. Adapun, uang fee yang diperoleh agen BRILink mencapai 2 sampai 3 kali lipat dari setoran fee untuk BRI.

"Agen itu terima dua sampai tiga kali lipat. Artinya yang diterima di warung itu sekitar Rp 3 triliun tiap tahun," ungkapnya.

Atas capaian tersebut, saat ini banyak masyarakat berlomba-lomba untuk menjadi agen BRILink. Mengingat, adanya perputaran uang yang cukup besar dan masih berpotensi untuk tumbuh lebih besar.

"Itu yang membuat masyarakat antusias untuk menjadi agen brilink," bebernya.

Sunarso berharap tingginya volume transaksi di agen BRILink tersebut dapat menggerakkan ekonomi masyarakat hingga UMKM. Sehingga, berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketegangan geopolitik global.

"Saya kira itu salah satu strategi BRI untuk pembangunan ekonomi nasional yang tidak hanya tumbuh, tapi harus merata," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Jokowi Semringah, 740 Ribu Agen BRILink Mampu Libas Rentenir

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024, di Jakarta, Kamis (7/3/2024). (Arief/Liputan6.com)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024, di Jakarta, Kamis (7/3/2024). (Arief/Liputan6.com)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku semringah dengan langkah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang bisa melayani masyarakat di tingkat bawah. Bahkan disebut bisa mengambil alih peran yang kerap jadi tempat rentenir.

Hal ini berhasil dilakukan melalui peran dari agen BRILink yang tersebar di banyak daerah di Indonesia. Kepala Negara mengapresiasi langkah digitalisasi yang berhasil menyentuh masyarakat kecil.

"Saya senang tadi yang disampaikan pak Dirut BRI, bahwa digital banking sampai ke bawah itu betul-betul berjalan di BRI," kata Jokowi dalam BRI Microfinance Outlook 2024, di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Dia mengatakan, ada 740 ribu agen BRILink di warung-warung kecil di masyarakat. Angka ini menurutnya bukan jumlah yang kecil.

Lebih lagi, ada catatan transaksi jumbo secara akumulasi dari seluruh agen BRILink tadi.

"Bapak ibu bayangkan mengelola 740 ribu warung BRILink, agen BRILink, bukan sesuatu yang mudah, dengan transaksi setiap tahun tadi pak Dirut menyampaikan, Rp 1.400 triliun," tuturnya.

Kemudahan akses keuangan bagi masyarakat bawah ini dinilai Jokowi sebagai terobosan positif. Biasanya, akses ini dikuasai oleh rentenir yang berdampak negatif ke masyarakat.

"Urusan yang kecil-kecil, yang sebelumnya itu diurusi rentenir-rentenir dan diurusi oleh bank nidel dimana-mana, sekarang diambil alih oleh BRI, ini juga yang harus ktia apresiasi," tegasnya.

 

BRI Microfinance Outlook 2024: Direktur ADB hingga Harvard University Bahas Inklusi Keuangan

Direktur ADB Hingga Peneliti Harvard University Akan Bicara Soal Inklusi Keuangan di BRI Microfinance Outlook 2024
BRI Microfinance Outlook 2024 berlangsung 7 Maret 2024.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggelar BRI Microfinance Outlook 2024 pada 7 Maret 2024. Mengusung tema Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth, BRI Microfinance Outlook 2024 menghadirkan berbagai pembicara internasional. Diantaranya Asian Development Bank (ADB) Country Director for Indonesia Jiro Tominaga, Managing Director of the KIT Knowledge Unit, Mayada El-Zoghbi, hingga Research Affiliate at Harvard University Beatriz Armendariz.

Sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar di Indonesia, BRI berkomitmen terus mendorong inklusi keuangan guna mendorong pembangunan ekonomi negara, salah satunya melalui gelaran BRI Microfinance Outlook 2024.

Dalam BRI Microfinance Outlook 2024, Jiro Tominaga akan berbicara mengenai “Fostering Inclusive Growth Worldwide: Strategies for Equal Economic Opportunities”. Ia akan membahas terkait program dan kebijakan yang berhasil mewujudkan perekonomian inklusif dalam skala global. ADB sendiri memiliki visi mendorong inklusi keuangan di negara negara Asia yang sejalan dengan pembahasan pada BRI Microfinance Outlook 2024.

Pertumbuhan Berkelanjutan

BRI Microfinance Outlook 2024
BRI Microfinance Outlook 2024/Istimewa.

Sementara itu, Research Affiliate at Harvard University Beatriz Armendariz akan mengupas topik tentang “Global Inclusive Development: Theoritical Perspectives and Frameworks” yang akan membahas terkait kontribusi keuangan mikro terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif.

Beatriz merupakan peneliti yang berfokus pada ekonomi pembangunan, keuangan internasional dan ekonomi mikro termasuk keuangan mikro. Selain menjadi Research Affiliate at Harvard University, ia juga menjadi Associate Professor of Economics, University College London.

Tahun ini, BRI Microfinance Outlook 2024 mengusung tema terkait inklusi keuangan karena dalam tiga dekade terakhir sejak tahun 1993, Indonesia telah berada dalam kelas negara berpendapatan menengah. Gill & Kharas (2007) menyebut kondisi ini sebagai jebakan pendapatan menengah/middle income trap, yaitu situasi di mana suatu negara bertahan dalam kelas pendapatan menengah pada waktu yang lama dan gagal untuk menuju negara berpendapatan tinggi.

Sejumlah aspek pembangunan yang cenderung mandek, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada kisaran 5% per tahun, pertumbuhan kredit per tahun yang tidak pernah lebih dari 15%, rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang relatif rendah, kontribusi industri yang cenderung menurun, dan tingkat kemiskinan ekstrem yang persisten di angka 1,7% (LPEM FEB UI, 2023).

Visi BRI

Berkaitan dengan hal itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa karena peran krusial inklusi keuangan tersebut perseroan menetapkan visi untuk menjadi "The Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion" di tahun 2025.

“Salah satu visi "Champion of Financial Inclusion" ini dimiliki BRI karena perusahaan memandang pentingnya peningkatan inklusi keuangan dilakukan agar kesejahteraan masyarakat terutama pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat meningkat dalam hitungan tahun,” ujarnya.

Melalui visi tersebut, Sunarso menekan BRI sebagai grup perbankan berupaya menjadi institusi jasa keuangan yang berperan dalam peningkatan serta perluasan nilai bagi seluruh lapisan masyarakat. Penciptaan nilai itu bukan hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga berupa kontribusi sosial terhadap lingkungan.

  

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya