Air Jadi Kunci Dongkrak Produksi Pertanian Hadapi Cuaca Ekstrem El Nino

Air adalah kebutuhan utama meningkatkan produksi pertanian di saat Indonesia, juga dunia menghadapi cuaca ekstrem El Nino yang cukup panjang.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Mar 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2024, 09:30 WIB
Kementan Permudah Penebusan Pupuk Subsidi
Ilustrasi petani bekerja di sawah. (Dok. Kementan)

Liputan6.com, Jakarta Air adalah kebutuhan utama meningkatkan produksi pertanian di saat Indonesia, juga dunia menghadapi cuaca ekstrem El Nino yang cukup panjang. Terjadinya perubahan iklim sebagai dampak kerusakan lingkungan dan rendahnya keandalan air irigasi sekitar 10,7 % dari luas areal irigasi permukaan yang airnya dijamin oleh waduk.

Guna mengatasi kendala tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pihaknya segera melakukan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam menyiapkan air melalui perbaikan irigasi di sejumlah daerah.

"Nanti kami berkoordinasi dengan Kementerian PUPR, karena ke depan, kita sedang menyiapkan sarana produksi yang selalu tersedia dan harga yang menguntungkan para petani, karena itu yang diinginkan petani," katanya.

Diketahui, KemenPUPR melalui Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] didukung pembiayaan dari Bank Dunia dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang ditandangani pada Juli 2018 mengembangkan Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] pada 24 kabupaten di 10 provinsi.

Target SIMURP, peningkatan pelayanan irigasi dan penguatan akuntabilitas pengelolaan skema irigasi, dengan indikator keberhasilan yakni area yang terfasilitasi dengan layanan irigasi/drainase baru atau direhabilitasi dan persentase intensitas pertanaman (IP).

Kementerian Pertanian RI merupakan pelaksana Program SIMURP bersama KemenPUPR, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas], Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri.

Mentan Amran menambahkan saat ini pihaknya tengah fokus pada pembangunan dan optimasi lahan rawa mineral yang tersebar di sejumlah provinsi.

"Termasuk lahan food estate yang ada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Ada pun komoditas yang ditanam pada program tersebut di antaranya padi dan jagung," katanya lagi.

 

Kebijakan Kementan

Project Manager SIMURP Kementan
Project Manager SIMURP Kementan, Sri Mulyani [kanan] bersama Tim Monitoring dari lembaga dan kementerian [L/K] pelaksana Program SIMURP meninjau pengembangan bangunan Pintu Air Kiri Rey 16 di Kabupaten Katingan, Kalteng. (Istimewa)

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa keberhasilan kebijakan Kementan memerlukan sinergi antara seluruh insan pertanian didukung oleh stakeholders terkait.

"Untuk itu diperlukan langkah awal dalam upaya peningkatan wawasan dan pemahaan serta penyamaan persepsi dalam upaya mencapai swasembada padi dan jagung,” katanya.

Daerah IrigasiDiketahui, SIMURP meliputi dua komponen utama yakni Komponen A berupa rehabilitasi/revitalisasi sistem irigasi dan drainase pada 12 DI permukaan dan dua Daerah Irigasi Rawa [DIR] pada sembilan provinsi atau meliputi enam Balai Besar Wilayah Sungai [BBWS] dan tiga Balai Wilayah Sungai [BWS] yang mencakup luas lahan 98.935 hektar.

Sementara Komponen B berupa modernisasi DI pada DI Jatiluhur tepatnya di Saluran Induk Tarum Timur dan Saluran Induk Tarum Utara, dengan luas layanan irigasi sekitar 176.175 hektar. Selain dua komponen utama, SIMURP juga didukung Komponen C, yakni komponen manajemen proyek.

DI dan DIR Komponen A meliputi DI Premium di Sulawesi Selatan BBWS Pompengan Jeneberang di Kabupaten Takalar; BBWS Citarum dan BBWS Cimanuk Cisanggarung di Indramayu dan Cirebon [Jabar]; BBWS Serayu Opak di Purworejo, Banjarnegara dan Purbalingga [Jateng]; BBWS Brantas di Jember [Jatim]; BWS NT I di Lombok Tengah [NTB]; BWS Sumatera II di Deli Serdang dan Serdang Bedagai [Sumut]; BBWS Pompengan di Pangkajene Kepulauan dan Bone [Sulsel]. Sementara utk DIR meliputi BBWS Sumatera VIII di Banyuasin dan Musi Banyuasin [Sumsel]; BBWS Kalimantan I di Katingan [Kalteng].

Kejar Target Swasembada, Kementan Sulap Lahan Rawa Jadi Ladang Produksi Beras dan Jagung

Memanfaatkan Lahan Pertanian dengan Berinovasi di Masa Pandemi
Petani menyiapkan lahan persawahan sebelum ditanami bibit padi di Tangerang Selatan, Jumat (15/10/2020). Lahan pertanian yang terbatas bisa dimanfaatkan dengan menanam tanaman pangan yang berusia pendek dan memiliki nilai ekonomis. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Saat ini, Kementerian Pertanian RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) kembali memanfaatkan dan mengembangkan lahan rawa sebagai alternatif peningkatan produksi padi.

Program yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tersebut merupakan salah satu upaya untuk mendukung swasembada pangan di Indonesia.

"Salah satu program untuk mencapai swasembada pangan dapat dilakukan melalui optimalisasi lahan rawa dalam peningkatan produksi pangan," katanya dikutip Jumat (8/3/2024).Tentunya, kata Mentan, program ini perlu melibatkan dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, penyuluh dan petani muda.

Hal senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi bahwa Kementan melalui peran  BPPSDMP, terus mengupayakan berbagai usaha demi menyukseskan optimalisasi lahan rawa.

"Selain itu, krisis pangan menyebabkan hukum ekonomi berlaku, di mana permintaan pangan tinggi sedangkan suplai terbatas," katanya.

Demi menyukseskan hal di atas, Dedi Nursyamsi, melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Selatan, untuk melakukan koordinasi dalam 'Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi dan Jagung di Kalsel'.

Bertempat di SMK-PP Negeri Banjarbaru, kegiatan diawali pertemuan dengan perwakilan dari beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Kalsel, di antaranya BBPP Binuang, BSIP Kalsel, BSIP Lahan Rawa Kalsel, dan SMKPP Negeri Banjarbaru.

 

Krisis Pangan

Kementan
Ilustrasi lahan pertanian/Istimewa.

Kepala BPPSDMP Kementan mengajak pemangku kepentingan dan pelaku di sektor pertanian untuk mengatasi krisis pangan global melalui optimalisasi lahan pertanian yaitu pemanfaatan lahan rawa.

Dedi Nursyamsi menyerukan untuk bahu membahu mengatasi krisis pangan yang terjadi dewasa ini, karena adanya konflik dan El Nino yang terjadi sejak Februari 2023.

“Gara-gara El Nino, stok beras turun signifikan, padahal di tahun-tahun sebelumnya, kita bisa menghasilkan 32,5 juta ton," katanya.

 

infografis hari tani nasional
jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya