Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif was-was harga minyak dunia melambung hingga USD 100 per barel. Harga minyak ini terjadi ketika pasokan terganggu di masa pandemi Covid-19.
Dia mengaku masih menunggu perkembangan ke depan terkait dampak konflik Iran-Israel pada rantai pasok dunia. Dia menilai, dampak pasokan itu yang paling terasa.
Baca Juga
"Mungkin nanti ya kargo-kargo yang berada di terusan Suez, selat Hormuz itu bisa terganggu. Kalau itu terganggu pasti suplai terganggu ini yang bisa menyebabkan kekurangan produksi," ucap Arifin usai rapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Advertisement
"Biaya logistik naik, minyak dinaikin, logistik naik, aduh kita berharap jangan sampai seperti kaya Covid dulu itu di atas USD 100 (per barel)," ia menambahkan.
Arifin berharap, tidak ada eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Dia khawatir jika konflik memanas, akan mengganggu arus rantai pasok yang akhirnya mengerek harga minyak dunia.
"Jangan sampai eskalasi berkelanjutan makanya semua negara-negara berupaya supaya jangan terjadi eskalasi berkelanjutan," ungkapnya.
Arifin mencatat, kenaikan harga minyak dunia bisa membebani kas negara dari kewajiban subsidi dan kompensasi energi. Maka, diperlukan upaya penghematan melalui sejumlah program.
Misalnya mengurangi konsumsi energi fossil seperti BBM. Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menyoroti upaya tersebut.
"Kita harus antisipasi ini melihat skenario yang mungkin terjadi, mengambil alternatif untuk bisa meredam (dampak kenaikan harga minyak)," ia menambahkan.
Beban Subsidi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap besaran beban subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung pemerintah dari kenaikan harga minyak dunia. Tak tanggung-tanggung, ada biaya jumbo atas hitungannya.
Arifin menghitung, ketika harga mingak dunia naik USD 1/barel maka beban subsidi dan kompensasi pemerinrah bisa naik Rp 3,5-4 triliun. Belum lagi jika ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Kalau harga minyak naik 1 dollar (per barel) itu bisa naik sekitar Rp 3,5-4 triliun untuk kompensasi dan subsidi. Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dolar, Rp 100 juga cukup besar," ungkap Arifin di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Dia mengatakan, melihat besarnya pengaruh kenaikan harga minyak dunia dan beban keuangan negara tadi, masyarakat perlu hemat energi. Utamanya menghemat penggunaan energi fosil seperti BBM.
"Makanya kita harus hemat energi, efisiensi energi ini harus terus di canangkan di kerjain dan diprogramkan," tegasnya.
Advertisement
Lakukan Efisiensi
Dia mengaku cukup sulit untuk menjaga alokasi subsidi BBM tidak bengkak ketika ada kenaikan harga minyak dunia. Lantaran, harga minyak dan kurs atau nilai tukar menjadi variabel yang tak bisa diatur.
"Jadi kita harus lakukan satu efisensi apa yang bisa kita lakukan, kemudian alternatif energi, apa energi yang bisa kita manfaatkan di dalam negeri untuk bisa menggantikan itu, dampak (bengkaknya subsidi) itu bisa kita redam," kata dia.
"Tapi itu enggak bisa dalam waktu pendek, tapi program itu sudah ada. sudah kita programkan dan juga dijalankan dan mungkin kecepatannya ditambah," ia menambahkan.
Rudal Irak Serang Israel, Kementerian ESDM Bikin Simulasi Dampaknya ke Harga Minyak
Sebelumnya, konflik geopolitik di Timur Tengah semakin memanas. Semula konflik yang terjadi hanya antara Palestina dengan Israel. Namun kemudian meluas setelah Israel menyerang Konsulat Iran di Damaskus Suriah. Ratusan rudal Iran serang Israel pada akhir pekan lalu.
Tentu saja konflik ini akan berdampak luas ke dunia. Seperti diketahui, Iran merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia. Jika Israel menyerang kilang yang dimiliki oleh Iran maka kemungkinan besar pasokan minyak dunia bakal berkurang.
Namun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menjamin harga bahan bakar minyak (harga BBM) tidak berubah hingga Juni 2024 meskipun konflik geopolitik di Timur Tengah semakin memanas.
“Ya, harga BBM masih seperti itu (tidak berubah sampai Juni),” ujar Tutuka dalam Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter, Senin (15/4/2024).
Tutuka mengatakan bahwa saat ini pemerintah masih menunggu respons Israel terhadap serangan Iran. Ia menilai, kecenderungan dunia tidak ingin harga minyak yang terlalu tinggi.
“Ini faktor yang sangat kuat untuk pertimbangan lebih jauh tentang eskalasi,” kata dia.
Meskipun demikian, Kementerian ESDM sudah melakukan simulasi-simulasi dampak eskalasi konflik di Timur Tengah terhadap harga minyak, berikut berbagai parameter seperti kurs, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia, serta faktor-faktor lainnya.
“Itu (simulasi) yang akan kami sampaikan untuk pihak terkait, kemudian diharapkan bisa jadi pengambilan keputusan,” ujar Tutuka.
Advertisement