Mendag: AS hingga Belanda Jadi Penyumbang Surplus Neraca Perdagangan RI Maret 2024

Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD 4,47 miliar pada Maret 2024.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Apr 2024, 14:24 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2024, 14:15 WIB
Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

Liputan6.com, Jakarta Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD 4,47 miliar pada Maret 2024. Surplus neraca perdagangan ini melanjutkan tren surplus selama 47 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

“Surplus neraca perdagangan di Maret 2024 lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya yang hanya mencapai USD 0,83 miliar dan bulan yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD 2,83 miliar. Peningkatan surplus perdagangan ini didorong surplus nonmigas sebesar USD 6,51 miliar dan defisit migas USD 2,04 miliar,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Rabu (25/4/2024).

Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan, Amerika Serikat, India, Filipina, Jepang, dan Belanda menjadi negara-negara mitra dagang yang menyumbang surplus perdagangan terbesar selama Maret 2024, dengan total USD 4,58 miliar.

Penyumbang Defisit

Sementara itu, penyumbang defisit perdagangan terdalam adalah Singapura, Australia, Thailand, Arab Saudi, dan Korea Selatan yang totalnya mencapai USD 1,56 miliar.

Secara kumulatif, neraca perdagangan selama periode Januari–Maret 2024 surplus sebesar USD 7,31 miliar.

Surplus perdagangan pada periode Januari–Maret 2024 terdiri atas surplus nonmigas USD 12,41 miliar dan defisit migas USD 5,10 miliar.

Namun, surplus neraca dagang kumulatif tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 12,11 miliar.

 

Kinerja Ekspor

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemendag juga mencatat, kinerja ekspor Indonesia lanjut menguat 16,40% pada Maret 2024, sebesar USD 22,43 miliar.

Namun, capaian kali ini menandai penurunan 4,19 persen dibanding Maret tahun sebelumnya (YoY).

Peningkatan ekspor pada Maret 2024 didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 17,12 persen dan migas 5,62 persen dibandingkan Februari 2024 (MoM).

“Kinerja ekspor nonmigas Maret 2024 secara bulanan terbilang baik karena mencatatkan pertumbuhan positif pada seluruh sektor. Pada bulan Maret ini, ekspor sektor industri pengolahan naik signifikan sebesar 21,45 persen, ekspor sektor pertanian naik 16,08 persen, dan sektor pertambangan naik 2,45 persen (MoM). Peningkatan harga beberapa komoditas andalan Indonesia di pasar internasional seperti emas, minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, dan kakao turut mendongkrak ekspor nonmigas Indonesia di bulan Maret 2024,” jelas Mendag Zulkifli Hasan.

 

Impor Turun pada Maret 2024

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar, atau melemah 2,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan tersebut dipicu turunnya impor nonmigas sebesar 5,34 persen dan naiknya impor migas sebesar 11,64 persen (MoM).

Secara tahunan, nilai impor Maret 2024 lebih rendah 12,76 persen dibandingkan Maret 2023 (YoY).

Di sisi lain, pelemahan impor tersebut disebabkan penurunan permintaan impor pada seluruh golongan penggunaan barang. Kontraksi terdalam dialami impor barang modal yang nilainya turun 11,26 persen, diikuti bahan baku/penolong yang turun 0,73 persen dan barang konsumsi yang turun 0,69 persen (MoM).

Salah satu barang modal dengan penurunan impor terdalam adalah laptop, termasuk komputer pangku (notebook) dan komputer sublaptop (subnotebook), yang turun 71,60 persen (MoM). Bahan baku penolong dengan penurunan impor signifikan, antara lain, bensin (motor spirit) tanpa timbal dengan RON di atas 90 dan di bawah 97, dicampur selain etanol; peluru; gandum selain gandum durum dan biji-bijian gandum dan tidak layak untuk dikonsumsi manusia; serta kokas dan semi kokas dari batubara dan kondensat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya