Ekspor Batik Indonesia Capai Rp 283 Miliar di 2023, Saatnya Masuk Pasar Digital?

Ekspor batik Indonesia pada 2023 berjumlah USD 17,5 juta atau sekitar Rp 283 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Apr 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2024, 20:20 WIB
Perajin batik sedang membatik dengan teknik tulis pada Minggu (21/2/2021) di Kawasan Sentra Batik Laweyan Solo.
Perajin batik sedang membatik dengan teknik tulis pada Minggu (21/2/2021) di Kawasan Sentra Batik Laweyan Solo. (Liputan6.com/Laudia Tysara)

Liputan6.com, Jakarta UMKM Batik Perlu Ekosistem yang Kondusif dalam Pasar Digital Pemerintah mengapresiasi keterlibatan swasta dalam mengembangkan UMKM Batik. Deputi Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi Hanung Harimba mengungkapkan, peran swasta sangat dibutuhkan dalam mendukung UMKM batik mulai dari pendampingan manajemen usaha, pemasaran usaha hingga kemitraan.

“Kampanye Melokal dengan Batik yang dilakukan Tokopedia dan Shop | Tokopedia sangat membantu UMKM batik dalam melakukan inkubasi, konsultasi pengembangan usaha batik serta mengembangkan bisnis batik lokal dalam platform e-commerce,” kata Hanung dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).

Hanung menambahkan, ekosistem yang kondusif dalam pasar digital sangat diperlukan. Ini karena batik mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap ekspor Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor batik Indonesia pada 2023 berjumlah USD 17,5 juta atau sekitar Rp 283 miliar (kurs 16.226 per USD). Jumlah ini belum sebesar di masa sebelum pandemi. Namun, angka tersebut memperlihatkan potensi industri batik yang sangat besar. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke negara-negara: Amerika Serikat (porsi 74,75%), Jerman (3,61%), Singapura (3,23%), Malaysia (2,82%), dan Kanada (1,92%).

Shop | Tokopedia Fashion Category Lead Desey Muharlina Bungsu mengungkapkan, kampanye Melokal dengan Batik merupakan salah satu upaya Tokopedia dan Shop | Tokopedia untuk mendukung perkembangan industri batik sekaligus memperkenalkan batik secara lebih luas kepada masyarakat.

Kata Desey, program ini juga membantu UMKM batik lokal untuk memasarkan produk mereka serta memberikan kemudahan akses pinjaman modal usaha dari mitra keuangan terhubung.

“Jadi, UMKM batik lokal yang bergabung dalam program Melokal dengan Batik tidak kami pungut komisi alias nol persen. Mereka yang bergabung dengan program ini akan kami bantu terkait pendanaan yang menghubungkan UMKM dengan lembaga keuangan. Selain itu, Tokopedia dan Shop | Tokopedia juga menggandeng Institut Seni Indonesia untuk membuatkan beberapa disain yang menarik untuk UMKM batik lokal,” kata Desey.

 

 

UMKM Batik Lokal

Motif-motif hasil kreasi perempuan di Batik Kebon Indah.
Motif-motif hasil kreasi perempuan di Batik Kebon Indah. (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu)

Bukan itu saja, kata Desey, UMKM batik lokal yang tergabung dengan Melokal dengan Batik akan dibantu kampanye pemasaran produk agar bisa meningkatkan penjualan. Kata dia, langkah ini ternyata terbukti efektif dalam meningkatkan pemesanan UMKM batik lokal sebesar hampir 2,5 kali lipat.

Marketing Manager Batik Arkanza Oki Dwiyanto memuji kampanye Melokal dengan Batik yang dilakukan oleh Tokopedia dan Shop | Tokopedia. Kata dia, Batik Arkanza awalnya hanya berjualan dari garasi rumah dengan dua orang karyawan. Kini, Batik Arkanza telah tersedia secara online melalui Tokopedia dan Shop | Tokopedia dan berhasil mempekerjakan 50 karyawan.

“Saya bisa belajar banyak dari program Melokal dengan Batik. Awalnya produk batik Arkanza dijual secara konvensional dan kini sudah bisa di e-commerce. Bukan itu saja, motif batik Arkanza juga semakin banyak dan konsep brand juga naik. Kini kami mulai masuk ke anak muda,” ujar Oki.

 

Kategori Mikro

Bantuan BRI untuk Batik Kebon Indah berupa permodalan dan CSR.
Bantuan BRI untuk Batik Kebon Indah berupa permodalan dan CSR. (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu)

Kepala bidang usaha Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Riesta Karentina menjelaskan, 60 persen dari 64,5 juta UMKM batik masuk kategori mikro. UMKM batik mikro ini perlu bantuan untuk membangun ekosistem agar bisa semakin tumbuh berkembang.

“Tantangan UMKM batik itu ada dua, pertama aspek legalitas dan yang kedua manajerial. Masalah legalitas yang paling sering ditemukan antara lain kasus hak intelektual dan juga hak merek, sedangkan masalah manajerial yaitu bagaimana UMKM mikro bisa dikelola dengan baik hingga bisa mencari pasar sendiri,” jelas Riesta.

Riesta juga berterima kasih kepada para enabler seperti Tokopedia atas bantuannya untuk UMKM batik lokal.

Infografis Sentra Batik di berbagai daerah di Indonesia
Infografis Sentra Batik di berbagai daerah di Indonesia. (Dok: Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya