Kakao Desa Nglanggeran Terbang ke Swiss, Selamatkan Warga dari Lintah Darat

Desa Nglanggeran dikenal sebagai wilayah penghasil kakao dengan lahan perkebunan seluas 10,2 hektar atau setara dengan 5.000 pohon kakao yang mampu memproduksi hingga 10 ton kakao per tahun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Mei 2024, 09:48 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 09:48 WIB
Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)
Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Liputan6.com, Yoygakarta - Warga Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta kini tak lagi berurusan dengan lintah darat alias rentenir. Desa ini telah berhasil memberdayakan warganya untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah lewat berbagai potensi yang ada di daerah tersebut, salah satunya dari penjualan kakao.

Desa Nglanggeran dikenal sebagai wilayah penghasil kakao dengan lahan perkebunan seluas 10,2 hektar atau setara dengan 5.000 pohon kakao yang mampu memproduksi hingga 10 ton kakao per tahun.

Masyarakat Desa Nglanggeran telah berhasil menghasilkan beragam produk turunan kakao, termasuk kakao fermentasi, kakao bar, dan kakao nibs. Saat ini Desa Devisa Gunungkidul telah berhasil ekspor pertama ke Swiss.

Ketua Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Desa Nglanggeran, Ahmad Nasrodin menjelaskan, Desa Nglanggeran memiliki Koperasi Amanah Boga Sejahtera untuk mengelola dana atau pembiayaan yang diperlukan warga untuk mengembangkan sumber daya atau aset yang dimiliki.

"Untuk UMKM karena kami memandang pembiayaan penting, di nglanggeran belum ada koperasi resmi, Koperasi Amanah Boga Sejahtera. Koperasi kecil ini sangat kami syukuri," kata Ahmad, Jumat (3/5/2024).

Selain dari koperasi, pembiayaan juga berasal dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP). PIP dengan program pembiayaan Ultra Mikro (UMi) berperan menyalurkan pembiayaan dan pendampingan kepada pelaku usaha ultra mikro yang belum bisa mengakses perbankan. PIP sebagai BLU Kemenkeu bertugas menjadi koordinator pendanaan pembiayaan UMi.

"Dengan hadirnya PIP, meningkatkan semua lini terutama untuk pembiayaan supaya nanti di wilayah Nglanggeran tidak ada yang terjerat rentenir. Yang paling menarik kalau butuh pupuk, pengobatan kakao, bisa akses dana di koperasi," ujar Ahmad.

 

PIP Sediakan Pendampingan

Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)
Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Debitur UMi tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk wilayah Provinsi DIY, tercatat ada 82.510 debitur dengan total pembiayaan yang disalurkan sebanyak Rp 297,4 miliar. Khusus di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, PIP telah menjangkau 16.818 debitur dengan jumlah penyaluran Rp 55,24 miliar.

“Selain pembiayaan, PIP juga menyediakan pendampingan dan pemberdayaan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan para pelaku usaha UMi. Pelatihan kewirausahaan yang diberikan oleh PIP kepada pelaku usaha UMi telah membantu 3.760 debitur, sedangkan pelatihan pendamping untuk para debitur telah menjangkau 1.190 orang. Program ini telah dilaksanakan di 20 daerah di seluruh Indonesia,” jelas Direktur Utama PIP Ismed Saputra.

 

 

Dilego Investor Swiss, Segini Harga Kakao Fermentasi Desa Nglanggeran

Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)
Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Sebelumnya, Desa Nglanggeran Kabupaten Gunung Kidul memiliki potensi yang sangat memadai untuk mendongkrak perekonomian desa tersebut.

Di sektor pariwisata, desa ini memiliki potensi agro wisata dan embung Nglanggeran, serta air terjun musiman Kedung Kandang. Di sektor UMKM, Desa Nglanggeran memiliki beberapa unggulan seperti Pawon Purba, Griya Batik, Griya Spa, dan homestay.

Selain itu, Desa Nglanggeran juga memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. Ketua Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Desa Nglanggeran, Ahmad Nasrodin mengungkapkan komoditas kakao desa ini telah diekspor ke Swiss untuk diolah menjadi coklat batangan. Akses pengiriman ke luar negeri ini didapat dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang berada di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Pembeli Swiss itu LPEI yang menjembatani. Waktu itu 1 kilo dibawa ke sana, dibuat di sana jadi coklat batangan. Ternyata merek Gunung Kidul tidak dihilangkan dalam kemasan coklatnya. Ini yang membuat saya bangga lagi,” kata Ahmad, dikutip Jumat (3/5/2024).

Sebelumnya, Ahmad mengaku para petani kakao Desa Nglanggeran sering dipermainkan oleh tengkulak dengan mematok harga tawar yang rendah.

 

Peningkatan Kapasitas

Dalam catatan Ahmad, perkebunan Desa Nglanggeran sempat terpuruk pada 2016, termasuk penjualan. Saat itu, harga kakao dijual pada harga di bawah Rp 10 ribu per kilo. Setelah dipelajari, komoditas yang cukup tahan cuaca adalah kakao yang dapat berbuah meski asupan air minim. Di wilayah ini ada 96 penanam kakao yang bertekad untuk sejahterakan masyarakat setempat lewat kakao. 

"2023 hadir LPEI dengan peningkatan SDM akhirnya kakao kita bisa ekspor. Kita ada dua buyer dari Swiss... Kakao yang hanya Rp 20 ribu per kilo di 2016, saat ini diekspor dengan harga Rp 70 ribu per kilo. Untuk sekarang kalau mau ambil kakao fermentasi harganya Rp 120 per kilo," beber Ahmad.

Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U. Norhadi menyampaikan, LPEI berfokus pada peningkatan kapasitas dan kompetensi para pelaku usaha, selain berupaya membangun ekosistem ekspor yang solid melalui dukungan kepada sektor komoditas kakao, dalam hal ini Desa Devisa Kakao Gunung Kidul.

Desa ini dikenal sebagai wilayah penghasil kakao dengan lahan perkebunan seluas 10,2 hektar atau setara dengan 5.000 pohon kakao yang mampu memproduksi hingga 10 ton kakao per tahun. Masyarakat desa telah berhasil menghasilkan beragam produk turunan kakao, termasuk kakao fermentasi, kakao bar, dan kakao nibs.

Kegiatan ini dilandasi harapan dapat membantu Desa Devisa Gunungkidul untuk memperluas akses pasar ekspor, meningkatkan kapasitas produksi, serta memenuhi persyaratan sertifikasi yang dibutuhkan oleh pasar.

"Saat ini Desa Devisa Gunungkidul telah berhasil ekspor pertama ke Swiss. Dengan adanya pendampingan dari LPEI maka harapannya warga Desa Nglanggeran mampu melakukan ekspor secara mandiri dan berkelanjutan,” ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya