Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia naik lebih dari 1 persen pada perdagangan senin seiring melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan harga emas dunia ini terjadi setelah data tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan para analis dan ekonom.
Data pekerjaan AS yang melemah ini memicu ekspekstasi pelaku pasar mengenai penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS atau the Federal Resserve (The Fed) pada akhir tahun ini.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Selasa (7/5/2024), harga emas dunia di pasar spot naik 1,04% menjadi USD 2.325,44 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni juga naik 1,13% menjadi USD 2.334,70 per ounce.
Advertisement
“Penurunan yang kita lihat selama beberapa minggu terakhir ini kemungkinan besar sudah cukup rendah dan akan membuka pintu bagi harga emas untuk melanjutkan tren kenaikannya,” kata analis komoditas TD Securities Daniel Ghali.
Harga emas telah anjlok lebih dari 1,5% pada minggu lalu.
Data pada hari Jumat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS pada bulan April melambat lebih dari yang diperkirakan. Sementara kenaikan upah tahunan turun di bawah 4% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
Meskipun emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan dan membebani dolar, yang merupakan harga emas.
Dolar AS melemah pada hari Senin, setelah mendekati level terendah dalam sebulan pada hari Jumat, menyusul laporan ketenagakerjaan.
“Kami terus memperkirakan dua kali penurunan suku bunga tahun ini, pada bulan Juli dan November,” tulis Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
Harga emas juga mendapat dukungan dari ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah, dengan operasi militer Israel di Rafah yang menambah lapisan ketidakpastian pada pasar.
Sedangkan harga logam mulia lainnya menguat, dengan perak spot naik 2,4% menjadi USD 27,19 per ounce, platinum naik sekitar 0,6% menjadi USD 960,95 dan paladium bertambah 3,6% menjadi USD 979,95.
Harga Emas Dunia Berpotensi Lesu, Ini Faktor Pendorongnya
Sebelumnya, harga emas diprediksi merosot dalam jangka pendek pada pekan ini. Hal itu seiring aksi ambil untung seiring laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan dan permintaan di Asia diprediksi turun.
Mengutip laman Kitco, ditulis Senin (6/5/2024), berdasarkan survei emas mingguan Kitco News terbaru menunjukkan analis pesimistis dengan prospek emas dalam jangka pendek. Sedangkan pelaku pasar masih melihat harga emas berpotensi turun atau sideways.
15 analis wall street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Setelah dua minggu konsolidasi ke bawah, sebagian besar melihat emas semakin merosot dalam waktu dekat. Hanya empat ahli atau 27 persen prediksi harga emas menguat pada pekan ini. Sedangkan lima analis mewakili 33 persen prediksi harga emas turun. Enam ahli atau 40 persen responden melihat emas terus diperdagangkan sideways.
Sementara itu, 217 suara diberikan dalam jajak pendapat online Kitco, dengan hanya sebagian investor Main Street yang prediksi harga menguat dalam waktu dekat.
102 pelaku pasar mewakili 47 persen prediksi harga emas menguat pekan ini. Sebanyak 61 responden atau 28 persen prediksi harga emas merosot, sedangkan 54 responden atau 25 persen perkirakan logam mulia akan mengalami tren sideways pada pekan ini.
Analis riset Senior FXTM Lukman Otunuga menuturkan, sinyal bearish untuk emas batangan dalam beberapa hari mendatang. "Harga emas mulai memerah, merealisasikan keuntungan awal dari laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang suram,” tutur dia.
Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day termasuk di antara mereka yang masih percaya pada emas untuk pekan ini.
"Ketahanan emas dalam menghadapi penundaan penurunan suku bunga, terutama oleh Federal Reserve dan beberapa bank sentral lainnya, sangat kuat dan jitu,” ujar Day.
Ia menuturkan, siapa pun yang membeli emas terutama adalah bank sentral global dan China membeli karena alasan selain faktor ekonomi yang akan menyebabkan harga emas lebih tinggi. "Pembelian ini sebagian besar tidak bergantung pada harga dan kemungkinan akan terus berlanjut,” ujar dia.
Advertisement
Permintaan di Asia Berkurang
Sedangkan Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex, Marc Chandler melihat harga emas akan turun pekan ini seiring permintaan Asia akan berkurang.
"Emas terkonsolidasi dalam beberapa hari terakhir dan kuncinya adalah apakah itu pola konsolidasi atau turun. Saya prediksi harga emas akan turun lagi menuju USD 2.250-USD 2.260,” tutur dia.
Chandler menuturkan, peningkatan dukungan terhadap yuan dapat semakin melemahkan permintaan ritel China terhadap emas. Ia menambahkan, saham di Hong Kong dan China menguat selama 1,5 minggu terakhir dan hal ini dapatmengurangi urgensi mencari emas bagi sebagian investor. “Pemulihan yen juga dapat memperlambat permintaan lokal,” tutur dia.
Sementara itu, Head of Currency Strategy Forexlive.com, Adam Button menuturkan, permintaan China akan meningkat setelah pedagang domestik kembali. “(pedagang-red) di China kembali dari liburan dan kemungkinan akan melanjutkan pembelian,” ujar dia.
Adapun pekan ini cenderung sepi rilis data ekonomi. Hal yang menjadi sorotan utama adalah lelang obligasi bertenor 10 tahun pada Rabu pekan ini. Selain itu, kebijakan moneter Bank of England atau bank sentral Inggris dan lelang obligasi pemerintah AS bertenor 30 tahun pada Kamis pekan ini. Kemudian ada rilis sentimen konsumen Preliminary University of Michigan pada Jumat pekan ini.
Chandler mencatat tidak ada indikator utama dalam kalender ekonomi pekan ini. Ia akan mengamati pasar obligasi negara untuk mendapatkan petunjuk mengenai potensi arah pasar.
Kisaran Harga Emas
"Setelah FOMC dan data ketenagakerjaan, pekan ini terlihat tenang, tetapi pasokan treasury dalam jumlah besar dengan tagihan dan pengembalian dana kuartalan,” tutur dia.
Di sisi lain, Senior Market Analyst Barchart.com, Darin Newsom menuturkan, harga emas untuk pengiriman Juni telah menyelesaikan tren penurunan jangka pendek pada Jumat pekan lalu.
"Ini berarti pembalikan bullish mungkin terjadi Senin. Pasar secara teknik juga mengalami oversold dalam jangka pendek,” ujar Newsom.
Ia menurunkan target harga emas dalam jangka pendek di posisi USD 2.268 untuk Juni, mendekati USD 2.300 pada Jumat pekan ini.
Newsom membandingkan posisi emas saat ini dengan komoditas lainnya. “Ini mengingatkan saya pada coklat. Kakao naik sangat tinggi karena faktor fundamental sehingga kehabisan pembeli dan merosot,” ujar dia.
"Harga emas mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa. Dan walaupun akan selalu ada ketegangan di Timur Tengah, akan selalu ada semacam pertanyaan mengenai mata uang di seluruh dunia, dan inflasi tidak kunjung hilang,” ia menambahkan.
Advertisement
Faktor Lainnya
Ia menuturkan, hal itu memberikan beberapa sinyal teknis jangka pendek yang bearish, sehingga itu yang terjadi pada awal pekan ini.
Namun, Newsom menekankan kalau masih banyak faktor jangka menengah dan panjang yang mendukung permintaan emas.
“Kami masih mengalami inflasi. Sepertinya suku bunga masih berpotensi turun setidaknya sekali pada tahun ini, hal ini akan melemahkan dolar AS dan menciptakan lebih banyak inflasi,” ujar dia.
Faktor lainnya ketegangan di Timur Tengah masih berlangsung. Selain itu, Amerika Serikat semakin dekat dengan pemilihan umum (pemilu) berikutnya. “Semakin banyak kekacauan di dunia yang akan terus kita saksikan dengan harapan dapat pengaruhi pemilu itu. Jadi emas masih akan berdampak,” kata dia.
Seiring hal itu, Newsom menuturkan, prospek emas dalam jangka panjang tidak berubah. “Ini mungkin masih merupakan lindung nilai terbaik terhadap segala sesuatu yang terjadi,” kata dia.
Sementara itu, Analis Senior Kitco Jim Wyckoff menuturkan, secara teknikal, harga emas masih menguat.