Liputan6.com, Jakarta - Konsistensi dan pantang menyerah menjadi kunci sukses salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 tingkat provinsi, Priska Yeniriatno untuk mengembangkan usaha rumah batik yang dimulai sejak 2013.
Membangun usaha bukan sesuatu yang asing bagi Priska. Sebelum membangun rumah batik, ia telah memiliki toko konvensional tetapi bangkrut karena serbuan e-commerce. Setelah keluar dari salah satu perusahaan sebagai staf accounting, ia kembali untuk menekuni hobinya yakni membatik. Perkenalan dengan batik, saat ia kuliah di Yogyakarta. Kemudian ia mempelajari batik dan jatuh cinta.
"Batik sesungguhnya harus melalui pelilinan, dan saya baru tahu. Saya belajar dan jatuh cinta. Batik bukan berproses kepada kain, tapi kepada saya sendiri," ujar dia seperti ditulis Sabtu (8/6/2024).
Advertisement
Priska menceritakan kalau awal bukan dari cita-cita mulia tetapi karena kembali hobi membatik hingga akhirnya melestarikan batik. Kemudian ia mengenalkan batik di Singkawang, Kalimantan Barat.
"Setelah resign, saya menekuni hobi saya membatik. 2013 mulai mengenalkan batik di Singkawang. Membatik buat saya jadi meditasi, bagaimana cara saya kembalikan saya kepada diri saya," kata Priska.
Priska pun memilih batik untuk bercerita lewat motif yang ada di batik tersebut. Melalui riset, ia terinspirasi motif batik dari budaya masyarakat Singkawang dan beberapa tanaman endemik yang hampir punah seperti Anggrek dan Tengkawang Singkawang.
Seiring berjalan waktu, ia juga mengembangkan kampung batik tiga penjuru antara lain di Nyarumbkop, Sedau dan Cisadene. Kampung ini dikenal sebagai kampung ragam corak Singkawang. Kampung batik ini yang kemudian berkembang menjadi tujuan wisata.
"Jadi destinasi wisata baru, bukan kampung batik di Pekalongan semua pintu di mana-mana batik. Tapi memang potensi suatu daerah, punya potensi wisata dibuka melalui batik,” tutur Priska.
Omzet Usaha
Selain batik, Priska juga membuat produk kerajinan untuk usahanya yakni ukuran, anyaman, tenun dan lainnya. Namun, ia mengakui, produk paling diminati masih dari produk pakaian. Adapun batik yang dijualnya di kisaran Rp 300 ribu-Rp 3 juta.
Selain dalam negeri, ia juga memasarkan produk ke luar negeri yakni Malaysia, Jepang dan Norwegia. Dari usaha tersebut, Priska sudah hasilkan omzet ratusan juta. "Omzet Rp 190 juta, karena bukan hanya batik tetapi juga produk kerajinan, ada ukuran, anyaman, tenun," tutur dia.
Bagi anak muda yang ingin membangun dan mengembangkan usaha, Priska memberikan tips. Salah satunya konsistensi. Priska menuturkan, salah satu yang sulit adalah konsistensi.
Untuk mempertahankan konsistensi itu tengan melakukan apa yang disukai karena hal itu dari hati. Jadi apapun tantangan yang dihadapi mampu bertahan dan berjalan. "Konsisten apa yang dilakukan. Hal itu bisa dari yang disenangi dulu supaya bisa konsisten," kata dia.
Advertisement
Tips Bangun Usaha
Priska yakin anak muda saat ini kreatif seiring banyak ide yang didapatkan dari mana saja seiring perkembangan zaman. Untuk mengembangkan kreativitas itu dibutuhkan konsistensi. "Jadi survival kuatkan hati mulai dari yang disenangi, apa yang dilakukan sehingga bisa berjalan," ujar dia.
Konsistensi itu juga yang membuat Priska bertahan saat hadapi titik terendah. Ia ditinggalkan tim ketika membangun usaha batik di tengah permintaan mulai banyak. Meski demikian, tim tersebut tetap menjadi mitra seperti freelance.
Demikian juga saat ia membangun jejaring, konsistensi itu yang dipegangnya. "Kalau generasi sekarang banyak kreatif. Ide kreatif gampang muncul. Gen Z melek teknologi digital. Konsistensi itu susah. Konsistensi balik lagi ke diri masing-masing. Untuk mencari stakeholder, realsi, entah siapapun itu kembali lagi ke konsistensi," ujar Priska.
Setelah membangun usaha batik, Priska juga masih memiliki cita-cita untuk bangun sumber daya manusia (SDM) supaya dapat mengembangkan batik di Singkawang serta menjadi seniman rupa.