Liputan6.com, Jakarta kelebihan pasokan minyak dunia berpotensi membatalkan upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC+, untuk menopang harga dengan memangkas produksi.
Hal itu diungkapkan oleh Badan Energi Internasional (IEA).
Baca Juga
Mengutip CNN Business, Kamis (13/6/2024) IEA mengatakan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan produksi minyak dunia, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan negara-negara Amerika lainnya akan meningkatkan cadangan kapasitas dunia ke tingkat yang terlihat selama pandemi.Â
Advertisement
Perkiraan IEA menunjukkan pasokan minyak dunia akan melampaui permintaan sebesar 8 juta barel per hari pada tahun 2030.
"(Itu) merupakan surplus yang sangat besar dan mungkin merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah," kata Fatih Birol, direktur eksekutif IEA.
"(Surplus tersebut) dapat mengubah strategi manajemen pasar OPEC+ saat ini yang bertujuan untuk mendukung harga," ungkap IEA dalam laporannya, seraya menambahkan bahwa kelebihan tersebut dapat mengakibatkan lingkungan harga yang lebih rendah.
IEA juga memperkirakan, pertumbuhan permintaan minyak global akan melambat secara progresif selama sisa dekade ini, dengan permintaan mencapai puncaknya pada tahun 2029 sebelum mengalami kontraksi sedikit pada tahun berikutnya.
Disebutkan juga, percepatan penerapan teknologi energi ramah lingkungan, termasuk meningkatnya penjualan kendaraan listrik, akan menjadi salah satu alasan utama lambatnya pertumbuhan permintaan minyak.
Seperti diketahui, OPEC+ telah membatasi produksi minyak selama sekitar dua tahun dalam upaya mencegah munculnya surplus pasokan besar yang dapat menekan harga dan merugikan perekonomian negara-negara anggotanya yang bergantung pada minyak.
Pengurangan produksinya berjumlah sekitar 5,7% dari pasokan minyak mentah dunia.
Awal bulan ini, kelompok tersebut setuju untuk memperpanjang pengurangan besar produksi minyak mentah hingga tahun 2025, namun juga mengatakan akan mulai secara bertahap mengurangi beberapa pemotongan mulai tanggal 1 Oktober mendatang.
Â
Harga Minyak Dunia Turun Anjlok dalam 2 Bulan Terakhir
Meskipun ada pemotongan produksi dari negara OPEC, harga minyak dunia cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan minyak global, telah anjlok hampir 9% sejak mencapai level tertinggi dalam lima bulan pada awal April 2024, dan diperdagangkan pada USD 83 per barel pada hari Rabu.
Harga minyak Brent sempat mencapai USD 91 pada awal April 2024 ketika dugaan serangan udara Israel terhadap kedutaan Iran di Suriah menimbulkan kegelisahan di pasar minyak.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate, patokan AS, juga turun 9% dan diperdagangkan pada USD 79 per barel pada hari Rabu. Harganya turun dari hampir USD 87 per barel pada awal April 2024.
Advertisement
Harga Minyak dan Harga Gas Global Naik, Cek Harganya di Sini
Harga Minyak Mentah Berfluktuasi: Pertaruhan Pasokan Ketat Lawan Sinyal The Fed dan Data Stok AS yang Lemah
Harga minyak mentah berjangka naik pada hari Rabu didorong oleh perkiraan para pedagang akan pasokan yang lebih ketat di akhir tahun.
Namun, kenaikan tersebut dibatasi oleh indikasi Federal Reserve untuk hanya melakukan satu penurunan suku bunga tahun ini dan data persediaan minyak AS yang mengecewakan.
Departemen Energi AS memperkirakan permintaan global naik 1,1 juta barel per hari (bpd) tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 900.000 bpd. Peningkatan permintaan ini mengindikasikan potensi defisit pasokan, sementara produksi dunia diperkirakan naik 800.000 bpd di tahun 2024.
Harga minyak mentah sempat naik hampir 2% di awal hari, tetapi kemudian turun setelah AS melaporkan kenaikan 3,7 juta barel dalam persediaan minyak mentah untuk minggu lalu. Angka ini jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan satu juta barel.
Â
Persediaan Bensin
Persediaan bensin juga naik sebesar 2,6 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan analis sebesar 891.000 barel. Permintaan bahan bakar tercatat meningkat 94.000 bpd menjadi sekitar sembilan juta bpd secara total.
Namun, rata-rata harian permintaan bahan bakar masih lesu, yaitu 1,5% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun musim liburan musim panas telah dimulai.
Harga minyak semakin tertekan setelah Federal Reserve mengindikasikan hanya akan melakukan satu penurunan suku bunga tahun ini. Ini berbalik dari perkiraan sebelumnya yang mencapai tiga kali penurunan suku bunga pada bulan Maret lalu. The Fed beralasan bahwa kemajuan dalam pengendalian inflasi masih "terbatas".
Advertisement