Penjualan Mobil Lesu, Ternyata Ini Biang Keroknya

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyampaikan bahwa tren penurunan penjualan mobil di Indonesia dipengaruhi oleh sejumlah faktor

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Jul 2024, 20:45 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2024, 20:45 WIB
Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) buka suara terkait kian mahalnya harga mobil baru di pasar domestik. Akibat, kenaikan harga ini membuat permintaan masyarakat akan mobil baru semakin turun.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyampaikan bahwa tren kenaikan harga mobil di Indonesia dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, bahan baku mobil saat ini masih didominasi asal impor.

"Jadi, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap biaya produksi macam-macam ada raw material (bahan baku) masih banyak diimpor," kata dalam acara Diskusi bertajuk Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil di Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (10/07/2024)

Kedua, semakin mahalnya harga mobil baru di Indonesia juga disebabkan oleh biaya logistik. Dalam catatannya, biaya logistik memberikan dampak signifikan terhadap biaya produksi mobil.

Ketiga, kenaikan harga mobil baru juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik akibat perang. Dampak dari perang ini membuat gangguan rantai pasok yang ikut mengerek biaya produksi.

"Kemarin ada perang dan sebagainya Itu logistiknya jadi naik," bebernya.

Keempat, dampak kenaikan harga mobil dipicu oleh tren pelemahan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kukuh menuturkan, tren pelemahan Rupiah diluar prediksi para produsen mobil.

"Itu (pelemahan Rupiah) di luar dugaan seperti nilai tukar rata-rata para pelaku perhitungan paling tinggi Rp15.000, sekarang sudah Rp16.000 lebih dan itu cukup berat," bebernya.

 

Minta Dukungan Pemerintah

Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dia berharap, adanya dukungan pemerintah untuk meningkatkan permintaan mobil baru di pasar domestik. Misalnya memberikan insentif memberikan insentif fiskal (PPnBM) DTP yang telah memiliki sejarah sukses pada periode 2011 (penjualan domestik tertinggi).

"Kita juga sering berdiskusi dengan Pemda untuk menyesuaikan tarif pajak. Dengan pajak yang tidak terlalu tinggi ini akan mendorong volume penjualan," tandasnya.

Mengutip data GAIKINDO, angka penjualan mobil domestik berada di bawah target 1,05 juta unit sepanjang 2023. Rinciannya, penjualan mobil secara whole sales mencapai 1 juta (1.005.802) unit sepanjang 2023, turun 4 persen dibanding capaian sepanjang 2022 sebanyak 1,04 juta (1.048.040) unit.

Selain itu, penjualan secara retail sepanjang 2023 mencapai 998.059 unit. Angka ini turun 1,5 persen dibanding 2022 yang mencapai 1,01 juta (1.013.582) unit.

 

 

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya