Dampak Gangguan IT CrowdStrike, AirAsia Harus Hubungi 500 Ribu Penumpang

AirAsia pun berhasil mengoperasikan lebih dari 99% penerbangannya selama periode gangguan IT CrowdStrike.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Jul 2024, 20:11 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 20:11 WIB
Semarak! Penerbangan Perdana AirAsia Indonesia Makau-Jakarta
Semarak! Penerbangan Perdana AirAsia Indonesia Makau-Jakarta (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - AirAsia memastikan bahwa seluruh sistem yang sebelumnya terdampak dari gangguan IT global sejak Jumat 19 Juli 2024 sudah kembali normal dan dapat berjalan dengan lancar melayani seluruh penerbangan. mulai Senin ini, AirAsia telah beroperasi secara normal.

AirAsia Group menjelaskan bahwa pada 19-21 Juli lalum pihaknnya telah menghubungkan lebih dari 500.000 penumpang melalui 3.000 penerbangan ke tujuan sejak gangguan IT global yang mempengaruhi sistem kontrol keberangkatan / Departure Control Systems (DCS). Peristiwa itu sempat menyebabkan keterlambatan penerbangan akibat proses check-in manual selama dua hari.

Dijelaskannya, proses check-in manual ini melibatkan prosedur kepatuhan regulasi dan imigrasi yang teliti untuk memprioritaskan keselamatan, keamanan, dan persyaratan penerbangan maskapai, sehingga banyak penumpang mengalami antrian panjang karena mereka harus diverifikasi secara individu.

Dengan volume penerbangan dan penumpang selama akhir pekan, hal ini berkontribusi pada keterlambatan penerbangan. AirAsia pun berhasil mengoperasikan lebih dari 99% penerbangannya selama periode tersebut.

CEO AirAsia Aviation Group, Bo Lingam menjelaskan, AirAsia bersyukur dapat menghubungkan lebih dari setengah juta penumpang ke 130 jaringan destinasi ketika dunia sedang terdampak akibat gangguan IT global.

"Berkat adanya rencana keberlanjutan bisnis yang kuat dan keputusan tepat waktu untuk beralih ke proses check-in manual, para penumpang dapat melanjutkan perjalanan mereka dengan aman," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (22/7/2024). 

 

"Namun, hal ini berarti kami harus mengatasi penundaan penerbangan yang terjadi akibat proses check-in manual yang lebih lama dan teliti," tambah dia.

 

AirAsia lebih lanjut menyampaikan, rencana keberlanjutan bisnisnya berfokus untuk mendukung keberlanjutan maskapai dalam setiap skenario, selama ada kepatuhan terhadap langkah-langkah keselamatan dan keamanan yang telah ditetapkan.

"Kami memiliki sistem, staf, dan proses yang memungkinkan kami untuk beralih ke mode check-in manual dengan cepat, serta penanganan yang kuat untuk mendukung seluruh penumpang kami," jelas Bo.

Perkuat Kapasitas Operasional

(Dok AirAsia)
(Dok AirAsia)

Selama tiga hari tersebut, AirAsia memperkuat kapasitas operasionalnya di berbagai bagian untuk memenuhi lonjakan permintaan dan memastikan penumpang mencapai tujuan, ungkap maskapai itu.

Selain mengerahkan seluruh staf daratnya, AirAsia juga dengan cepat mengerahkan ratusan relawan Allstars (staf AirAsia) untuk mendukung situasi tersebut, sambil bekerja sama dengan otoritas bandara.

"Yang paling penting, kami merasa terhormat atas kepercayaan dan kerja sama dari seluruh penumpang yang telah mendukung proses check-in manual kami. AirAsia mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan pengertian seluruh penumpang selama gangguan global ini. Menghadapi insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya juga memerlukan upaya bersamadari semua pihak," tutur Bo.

Melihat adanya pengalaman gangguan IT global, AirAsia menghimbau para penumpang yang melakukan perjalanan dalam beberapa hari ke depan disarankan untukterus memantau status penerbangan mereka dengan memeriksa email dan nomor kontak yang terdaftar untuk update penerbangan terbaru atau di airasia.com/flightstatus.

Insiden CrowdStrike Ganggu Operasional Maskapai, Citilink dan AirAsia Paling Terdampak

Pesawat Citilink Indonesia. (Dok Citilink)
Pesawat Citilink Indonesia. (Dok Citilink)

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, menjelaskan terkait gangguan IT CrowdStrike-Microsoft yang berdampak pada banyak operasional penerbangan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Budi mengatakan kejadian ini memberikan dampak tetapi tidak masif dan maskapai yang terdampak adalah Low Cost Carrier (LCC) seperti Citilink dan AirAsia. Menurutnya akibat kejadian itu operasional di maskapai harus dilakukan secara manual.

“Terutama di Citilink dan AirAsia yang paling terkena. Sempat satu hari itu harus manual. Tapi besoknya kita sudah recovery. ,” kata Budi kepada wartawan di kawasan Kota Tua, Jakarta, Minggu (21/7/2024).Budi menambahkan, melihat kepada kejadian yang serupa seperti yang terjadi sebelumnya ketika suatu sistem imigrasi terganggu, ia menyarankan selain menggunakan teknologi yang terbaik, backup juga harus dilakukan. 

“Harus ada backupnya tidak bisa mengandalkan hanya 1 sistem saja. Kemarin Alhamdulillah besoknya langsung recover,” jelas Budi. 

Gangguan Sistem IT Global

Dilansir dari kanal Lifestyle Liputan6.com, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencermati pemberitaan beberapa bandara di luar negeri yang mengalami gangguan sistem IT global, seperti bandara Amerika Serikat (AS), Belanda, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. 

Kepala Bagian Kerja Sama Internasional, Humas dan Umum Ditjen Hubud Mokhammad Khusnu mengatakan bahwa di Indonesia, gangguan IT terjadi di beberapa sistem check-in milik beberapa maskapai. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya