Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen secara tahunan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memandang angka ini masih dalam posisi yang cukup tinggi.
Diketahui, angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu tak berbeda jauh dengan pertumbuhan di kuartal I-2024 sebesar 4,91 persen. Meski, angka itu terpantau melambat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal II 2023 sebesar 5,22 persen, dan kuartal II-2022 sebesar 5,52 persen.
Baca Juga
"Jadi pertama untuk konsumsi ini sebetulnya yang kemarin dari Q1 lebih rendah daripada Q2, jadi itu sebetulnya ada kenaikan dan Pertumbuhan konsumsi itu 4,9 persen itu angka yang tinggi," kata Menko Airlangga dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/8/2024).
Advertisement
Dia mengamini angka itu masih di bawah besara pertumbuhan ekonomi nasional 5,05 persen. Menurutnya, tidak semua sektor bertumbuh sebesar angka tersebut.
Â
Â
"Memang di bawah angka pertumbuhan nasional. Tidak semua sektor di atas pertumbuhan nasional. Pertumbuhan di sektor pengolahan ataupun manufaktur pun di bawah daripada sektor pertumbuhan ekonomi nasional," paparnya.
Â
Dia mencatat, ada beberapa sektor yang tumbuh di atas pertumbuhan ekononomi nasional. Misalnya, konstruksi, hingga makanan dan minuman. Dia menegaskan hal ini menjadi sesuatu yang normal.
"Hanya beberapa sektor yang meloncat di atas itu termasuk konstruksi, mamin dan yang lain. Jadi itu sebuah hal yang normal, namun kita lihat seluruhnya itu positif," tegasnya.
Masih Tinggi Dibandingkan Negara Lain
Lebih lanjut, Airlangga menegaskan angka tumbuhnya konsumsi rumah tangga 4,93 persen itu masih lebih tinggi dari negara lain. Pada saat yang sama, kontribusinya pun masih menjadi paling besar terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Tentu kalau kita bandingkan, negara kita dibandingkan negara lain. Secara relatif angka itu pun tinggi, dan kontribusinya pun masih dominan, konsumsi masih 54,53 persen dari total PDB," ucapnya.
"Nah konsumsi ini tentu kemarin kita didorong oleh bulan Ramadan, Idul Fitri, dan kegiatan mobilitas dari masyarakat. termasuk juga kegiatan-kegiatan di hotel, restoran, dan cafe," sambung Menko Airlangga.
Warga Masih Suka Belanja, Sri Mulyani Yakin Ekonomi Indonesia Tak Lunglai
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati, yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2024 masih akan berada di atas 5 persen.
"Kami memperkirakan untuk triwulan ke II berarti antara April, Mei, Juni, yang sudah selesai, akan tumbuh di 5,0 persen atau bahkan sedikit di atas 5 persen year on year," kata Sri Mulyani konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024).
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 tercatat 5,11 persen secara tahunan (year-on-year). Faktor pendukung pertumbuhan tersebut karena konsumsi masih terjaga dengan baik dan investasi juga meningkat.
"Apa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 yang 5,11 persen. Kita semuanya sudah mengetahui, yaitu konsumsi masih terjaga dengan baik dan investasi yang mulai pick up," ujarnya.
Hal serupa juga diproyeksikan pada kuartal II-2024. Konsumsi rumah tangga dan investasi diharapkan tetap tumbuh positif, lantaran kedua hal itu masih menjadi faktor yang memberikan kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi.
Â
Advertisement
Ekspor Indonesia
Di sisi lain, Menkeu mencatat ekspor Indonesia untuk barang diperkirakan meningkat, terutama dikuartal II-2024 untuk ekspor produksi manufaktur dan ekspor pertambangan.
"Terutama, kedua tujuan negara emerging yang sekarang memiliki peran yang makin besar, yaitu India dan Tiongkok. Kedua negara ini merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dan kita diuntungkan bahwa India memiliki pertumbuhan ekonomi yang sehat dan relatif tinggi," ujarnya.
Kedepannya, Menkeu melihat peningkatan aktivitas perekonomian domestik masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2024. Menurutnya, diperlukan langkah-langkah untuk menjaga perekonomian domestik.
"Oleh karena itu, untuk kita dari fiskal kebijakan untuk perlaksanaan APBN 2024, terutama dari sisi belanja pemerintah, akan terus difokuskan untuk menjaga stabilitas harga, karena tadi akan sangat-sangat menentukan daya beli masyarakat dan dari sisi konsumsi yang menjadi motor penggerak penting di dalam pertumbuhan," pungkasnya.Â