KLHK Soroti Pentingnya Kolaborasi Industri Cegah Kerusakan Lingkungan

KLHK menekankan bahwa sinergi antara berbagai pihak, termasuk masyarakat dan dunia usaha, sangat penting dalam upaya melindungi lingkungan

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Agu 2024, 21:21 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2024, 21:20 WIB
Aktivitas Penebangan Hutan secara Liar
Ilustrasi penebangan hutan/credit: unsplash.com/gryffin

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) menekankan bahwa sinergi antara berbagai pihak, termasuk masyarakat dan dunia usaha, sangat penting dalam upaya melindungi lingkungan. Kerja sama ini dianggap sebagai kunci dalam menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan.

Direktur Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut (PKEG) KLHK, Mohammad Noor Andi Kusumah, menyatakan bahwa selama satu dekade terakhir, kolaborasi telah menjadi elemen penting dalam implementasi kebijakan terkait pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Ia menekankan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengawasan lingkungan akan memberikan dampak positif, baik bagi pemerintah maupun sektor industri.

Masyarakat, yang merasakan langsung dampak pencemaran, memainkan peran kunci dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan lingkungan.

"Kita tidak bisa hanya meminta industri untuk mematuhi standar lingkungan tanpa melibatkan masyarakat. Kolaborasi dengan komunitas lingkungan sangat penting untuk memastikan efektivitas pengendalian pencemaran," ujar Mohammad Noor Andi Kusumah dalam Festival LIKE 2 di Jakarta, ditulis Senin (12/8/2024).

Butuh Pengawasan Masyarakat

Ia juga menegaskan bahwa kemitraan antara pemerintah dan masyarakat tidak hanya terbatas pada pengawasan industri.

Kehadiran masyarakat memungkinkan pengawasan langsung terhadap kinerja pemerintah dalam menerapkan kebijakan lingkungan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Komitmen Pelaku Industri

Mesin Canggih Ini Bisa Bikin Hutan 'Gundul'!
Mesin penebang pohon ini bukti kalau pekerjaan bisa semakin instan.

Selain itu, KLHK juga mengapresiasi upaya dunia industri yang semakin gencar mendorong keberlanjutan, seperti inisiatif pengurangan emisi karbon. PT Astra International Tbk, misalnya, telah meluncurkan berbagai program eco-innovations dan inovasi sosial yang mendukung keberlanjutan bisnis serta kesejahteraan masyarakat.

Manager Decarbonization Astra, Bima Krida Pamungkas, dalam diskusi di Festival LIKE 2, menyatakan bahwa kolaborasi merupakan unsur penting dalam menjalankan inovasi berkelanjutan. Astra tidak hanya bekerja sama dengan industri lain, tetapi juga dengan pemerintah dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan tersebut.

"Inovasi tidak akan bertahan tanpa kolaborasi, dan setelah itu kita perlu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi," ungkap Bima.

 


Contoh

Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi melakukan perawatan panel PLTS di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PT PLN menargetkan pengembangan lebih dari 1.000 megawatt PLTS atap yang terdiri dari inisiasi swasta dan PLN sendiri sesuai RUPTL dengan potensi tiga gigawatt untuk PLTS. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Salah satu contoh kolaborasi Astra di dunia industri adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang dilakukan bekerja sama dengan PT Indonesia Comnets Plus (PLN Icon Plus).

Selain itu, Astra juga mengembangkan energi alternatif melalui pembangunan methane capture untuk memanfaatkan gas biomethane di Astra Agro Lestari. Investasi ramah lingkungan juga dilakukan melalui United Tractors di bidang geothermal, hydropower, dan waste to energy.

"Ketahanan iklim bukan pilihan, tapi kebutuhan untuk bertahan di dunia yang terus berubah," tambah Bima.

Astra juga bekerja sama dengan masyarakat melalui program Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA), yang fokus pada pengembangan masyarakat berbasis komunitas dan peningkatan ekonomi desa.

Hingga 2023, Astra berhasil menghemat biaya produksi hingga Rp230 miliar melalui program Green Energy, termasuk penghematan energi sebesar 2.406 terajoule. Langkah-langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya Astra untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 30 persen pada tahun 2030, sesuai dengan program Astra 2030 Sustainability Aspiration.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya