Perbandingan Asumsi Makro RAPBN 2025 dengan APBN 2024, Banyak yang Turun?

APBN 2025 memproyeksikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) di angka USD 82 per barel. Adapun nilai ini masih sama seperti asumsi ICP dalam APBN 2024.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Agu 2024, 16:20 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2024, 16:20 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Penyampaian RUU APBN 2025 dan Nota Keuangan, 16 Agustus 2024
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Penyampaian RUU APBN 2025 dan Nota Keuangan, 16 Agustus 2024

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membacakan asumsi makro RAPBN 2025 saat menyampaikan keterangan pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2025 beserta Nota Keuangan dalam Sidang Paripurna DPR RI tentang RAPBN 2025, Jumat (16/8/2024).

Patokan ini akan digunakan oleh pemerintahan baru di bawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto dalam mengawal nilai tukar rupiah atau kurs rupiah, harga minyak mentah Indonesia, hingga target lifting minyak dan gas bumi (migas).

Adapun kurs alias nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2025 diperkirakan akan berada di kisaran Rp 16.100 per dolar AS. Angka ini lebih tinggi dibandingkan nilai tukar rupiah saat ini yang sudah berada di bawah level Rp 16.000.

Sementara untuk suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun dipatok di 7,1 persen. "Pemerintah akan selalu responsif terhadap dinamika moneter dunia," imbuh Jokowi.

Di sisi lain, APBN 2025 juga memproyeksikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) di angka USD 82 per barel. Adapun nilai ini masih sama seperti asumsi ICP dalam APBN 2024.

Penurunan target juga terjadi pada lifting minyak, dimana dalam APBN 2024 diperkirakan mencapai 600 ribu barel per hari. Dalam APBN 2024, target lifting minyak sempat dipatok di angka 635 ribu barel per hari.

Pun juga untuk target lifting gas bumi di APBN 2025 yang dipatok 1,005 juta barel setara minyak per hari. Adapun dalam APBN 2024 angkanya ditargetkan sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.

Lengkap! Asumsi Makro Ekonomi Indonesia 2025: Inflasi Dipatok 2,5 Persen

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Penyampaian RUU APBN 2025 dan Nota Keuangan, 16 Agustus 2024.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Penyampaian RUU APBN 2025 dan Nota Keuangan, 16 Agustus 2024.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sejumlah asumsi makroekonomi dalam Rancangan Undang-Undang APBN 2025 dan Nota keuangan. Besaran inflasi dipatok cukup rendah dengan target pertumbuhan ekonomi stabil di angka 5,2 persen.

Target itu disampaikan untuk dijalankan oleh pemerintahan perdana Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Penyusunan RAPBN 2025 didasarkan pada asumsi dasar sebagai berikut: inflasi akan dijaga pada kisaran 2,5 persen. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5,2 persen," kata Jokowi dalam Penyampaian RUU APBN 2025 dan Nota Keuangan di Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh permintaan domestik. Pada saat yang sama, daya beli masyarakat juga bakal dijaga.

"Dengan kondisi ekonomi global yang masih relatif stagnan, pertumbuhan ekonomi kita akan lebih bertumpu pada permintaan domestik. Daya beli masyarakat akan dijaga ketat dengan pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan subsidi," paparnya.

Nilai Tukar Rupiah

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Masih soal asumsi makroekonomi, nilai tukar Rupiah diperkirakan berada di Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS). Lalu, suku bunga SBN 10 tahun diperkirakan berada di 7,1 persen.

"Pemerintah akan selalu responsif terhadap dinamika moneter dunia," tegasnya.

Kemudian, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan berada pada 82 dolar AS per barel.

"Lifting minyak diperkirakan mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya