BUMN Kereta Gandeng CRRC Cifang, Kerja Sama Impor KRL hingga Pemeliharaan

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menuturkan, kerja sama yang telah terjalin antara industri kereta api Indonesia dengan CRRC Qingdao Sifang telah mencakup berbagai aspek.

oleh Arief Rahman H diperbarui 29 Agu 2024, 20:50 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2024, 20:50 WIB
BUMN Kereta Gandeng CRRC Cifang, Kerja Sama Impor KRL hingga Pemeliharaan
Dua BUMN sektor kereta api menggandeng perusahaan asal China, CRRC Qingdao Sifang. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Dua BUMN sektor kereta api menggandeng perusahaan asal China, CRRC Qingdao Sifang. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut kerja sama ini akan memperkuat industri kereta api nasional.

Dua BUMN itu merupakan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dan PT Industri Kereta Api (Persero). Keduanya meneken nota kesepahaman (MoU) dengan CRRC Qingdao Sifang tentang Pendalaman Kerjasama Dalam Sarana Perkeretaapian di Indonesia.

"Kami menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak dari Tiongkok, khususnya CRRC Qingdao Sifang, atas dukungan dan kerja sama yang sangat baik dalam mendukung pengembangan industri perkeretaapian di Indonesia,” ungkap pria yang karib Tiko, dalam keterangannya, Kamis (28/8/2024).

Tiko mengatakan, kerja sama yang telah terjalin antara industri perkeretaapian Indonesia dengan CRRC Qingdao Sifang telah mencakup berbagai aspek. Mulai dari pengadaan untuk KAI berupa KRL dan KCIC serta kereta cepat hingga perawatan dan pemeliharaan kereta api.

CRRC Sifang jadi pemasok KRL baru yang akan digunakan KAI Commuter. Perusahaan ini juga memasok rangkaian kereta cepat yang digunakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Selain itu, CRRC Qingdao Sifang juga telah berkontribusi dalam mendukung transportasi di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) melalui pengadaan Autonomous Rail Transit (ART).

"Hal ini adalah bukti nyata dari sinergi yang kuat antara industri kereta api di Indonesia dan CRRC Qingdao Sifang yang merupakan perusahaan berskala global dalam memenuhi kebutuhan transportasi yang semakin meningkat di Indonesia,” tambah Tiko.

MoU ditandatangani Direktur Perencanaan Strategis dan Pengelolaan Sarana KAI John Robertho, Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) Roppiq Lutzfi Azhar dan Presiden CRRC Qingdao Sifang Ma Lijun di Qingdao, China, 29 Agustus 2024. Penandatanganan MoU ini juga disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN RI Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dan Chairman CRRC Qingdao Sifang Tian Xuehua.

Butuh Sarana

Dua BUMN sektor kereta api menggandeng perusahaan asal China, CRRC Qingdao Sifang. (Foto: Istimewa)
Dua BUMN sektor kereta api menggandeng perusahaan asal China, CRRC Qingdao Sifang. (Foto: Istimewa)

Sementara itu, Vice President Public Relations KAI Anne Purba mengatakan selaras dengan peningkatan jumlah pelanggan kereta, kebutuhan pengadaan sarananyapun juga akan semakin meningkat. 

"Volume penumpang kereta api pada triwulan I 2024 yaitu sebanyak 11.379.196 penumpang, terdiri dari 9.778.231 penumpang KA jarak jauh dan 1.600.965 penumpang KA lokal. Angka tersebut meningkat 11% dibanding triwulan I 2023 sebanyak 10.252.247 penumpang," ungkap Anne. 

Anne menilai, dibutuhkan kerjasama global agar dapat terwujud dalam waktu yang jauh lebih cepat. MoU antara CRRC Qingdao Sifang dengan KAI dapat menjadi langkah awal yang baik dalam menciptakan peluang-peluang baru yang akan memberikan manfaat besar bagi para pihak.

"Kerja sama ini tidak hanya bertujuan untuk menciptakan transportasi massal yang andal tetapi juga untuk meningkatkan aksesibilitas publik, menghemat energi, mengurangi emisi, memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, dan dalam jangka panjang dapat mengembangkan ekosistem perkeretaapian Indonesia," ujar Anne. 

 

 

 

KAI Minta Modal Negara Rp 1,8 Triliun, Mau Borong KRL dari China

FOTO: Kapasitas Penumpang KRL Jabodetabek Naik Jadi 80 Persen
Sejumlah penumpang menunggu kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (19/5/2022). PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) membuat aturan baru tentang perjalanan KRL di wilayah Jabodetabek, yakni menambah kapasitas penumpang menjadi 80 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengajukan permintaan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,8 triliun untuk anggaran tahun 2025. Dana ini akan digunakan untuk mendukung pengadaan kereta rel listrik (KRL) di wilayah Jabodetabek, termasuk pembelian 11 rangkaian kereta baru dari luar negeri.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta pada hari Selasa, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT KAI, Salusra Wijaya, menyatakan bahwa suntikan dana ini sangat penting untuk menggantikan kereta komuter yang sebagian besar sudah berusia lebih dari 30 tahun, serta untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang.

"Saat ini, cadangan kereta sudah habis terpakai dan beberapa kereta sudah tidak dapat dioperasikan lagi, sehingga penggantian dan penambahan kereta ini sangat mendesak," ujar Salusra dikutip dari ANTARA, Selasa (7/9/2024).

Menurut catatan KAI, sepanjang tahun 2023, rata-rata jumlah pengguna komuter Jabodetabek pada hari kerja mencapai 830 ribu orang per hari. Hingga Juni 2024, rata-rata pengguna harian meningkat menjadi 987 ribu. Diperkirakan, jumlah penumpang akan terus naik setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan sebesar 6 persen per tahun antara 2024 hingga 2027.

Salusra menegaskan bahwa penambahan kereta sangat diperlukan untuk menghindari kelebihan kapasitas, baik di stasiun maupun di dalam kereta.

 

Borong KRL dari China

KA di Statiun Bandung
Sejumlah penumpang KA di Statiun Bandung. (sumber foto: Humas PT KAI Daop 2 Bandung)

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artriviyanto, menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan armada KRL Jabodetabek pada 2024.

Saat ini, KCI hanya memiliki 108 rangkaian kereta, dengan 17 rangkaian di antaranya harus menjalani perawatan dan peremajaan. Akibatnya, pada akhir tahun 2024, hanya akan tersedia 89 rangkaian, sementara kebutuhan operasional mencapai 101 rangkaian.

Kekurangan 12 rangkaian ini berpotensi menimbulkan penumpukan penumpang dan ketidaknyamanan bagi para pengguna KRL.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Asdo mengatakan bahwa KCI akan mengimpor tiga rangkaian kereta baru dari China pada semester I-2025. Selain itu, delapan rangkaian kereta impor lainnya akan tiba pada semester II-2025, juga dari China.

KCI juga akan menerima 12 rangkaian kereta baru dari INKA pada semester II-2025, dan empat rangkaian lagi pada tahun 2026. Selain itu, KCI akan melakukan retrofit dua rangkaian kereta di dalam negeri yang akan siap pada semester II-2025.

"Kami menghadapi krisis kekurangan sarana pada semester II-2024 dan semester I-2025, dan kami berkomitmen untuk menyelesaikan krisis ini pada tahun 2025," ungkap Asdo.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya