Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Pasokan Meningkat

Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak merosot pada Jumat, 30 Agustus 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Agu 2024, 08:41 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2024, 08:41 WIB
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Pasokan Meningkat
Harga minyak melemah pada Jumat, 30 Agustus 2024 seiring investor mempertimbangkan harapan kenaikan pasokan OPEC+ mulai Oktober 2024.(Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melemah pada Jumat, 30 Agustus 2024 seiring investor mempertimbangkan harapan kenaikan pasokan OPEC+ mulai Oktober 2024.

Hal ini bersamaan dengan berkurangnya harapan pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada September 2024 seiring data yang menunjukkan belanja konsumen yang kuat. Mengutip CNBC, Sabtu (31/8/2024), harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober ditutup melemah USD 1,14 atau 1,43 persen ke posisi USD 78,80 per barel. Harga minyak Brent merosot 0,3 persen selama sepekan dan 2,4 persen pada Agustus 2024.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup melemah USD 2,36 atau 3,11 persen menjadi USD 73,55. Harga minyak WTI susut 1,7 persen dalam sepekan dan tergelincir 3,6 persen pada Agustus 2024.

The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+, akan melanjutkan rencana kenaikan produksi minyak mulai Oktober 2024. Hal ini seiring penghentian produksi di Libya dan janji pemangkasan oleh beberapa anggota untuk mengompensasi kelebihan produksi mengimbangi dampak dari lesunya permintaan, demikian disampaikan sumber kepada Reuters.

“OPEC+ berbicara tentang melanjutkan pengurangan pemangkasan produksi adalah berita utama yang benar-benar mengecewakan kita hari ini,” ujar Analis Price Futures Group, Phil Flynn.

Sementara itu, investor menanggapi data baru yang menunjukkan belanja konsumen Amerika Serikat (AS) meningkat pesat pada Juli yang menunjukkan ekonomi tetap kokoh pada awal kuartal III dan menentang pemangkasan suku bunga the Fed 50 basis poin. Suku bunga lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

“Peningkatan inflasi yang moderat itu pada dasarnya dapat memperkuat kita hanya akan mendapatkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin dan mereka yang mengharapkan setengahnya harus menunggu,” ujar Analis Flynn dari Price Futures Group.

Di sisi lain, National Oil Corporationa Libya menuturkan, penutupan ladang minyak baru-baru ini telah menyebabkan hilangnya sekitar 63 persen dari total produksi minyak Libya. Hal ini karena faksi timur dan barat yang terus bersaing.

Harga Minyak Dunia Kembali Perkasa Terdampak Sentimen Libya, Dipatok Jadi Segini

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Sebelumnya, harga minyak mentah berjangka di Amerika Serikat (AS) naik hampir dua persen pada perdagangan Kamis, 29 Agustus 2024. Harga minyak kembali bangkit setelah koreksi selama dua hari berturut-turut karena Libya konfirmasi gangguan besar dalam produksi minyaknya.

Mengutip CNBC, Jumat (30/8/2024), produksi di Libya turun 1,5 juta barel selama tiga hari terakhir dengan total kerugian USD 120 juta, menurut National Oil Corporation milik anggota OPEC tersebut.

Perusahaan konsultan Rapidan Energy prediksi gangguan produksi di Libya akan mencapai 900.000 hingga 1 juta barel per hari dan berlangsung selama beberapa minggu.

Sementara itu, Iran berencana mengurangi produksi minyak dari 4,25 juta barel per hari pada Juli menjadi sekitar 3,9 juta barel per hari pada September, demikian menurut sumber kepada Reutrs.

Irak telah produksi lebih dari kuotanya sebesar 4 juta barel per hari berdasarkan perjanjian dengan OPEC dan sekutunya, menurut Reuters.

Berikut harga energi pada penutupan perdagangan Kamis, 29 Agustus 2024:

-Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober tercatat USD 75,91 per barel, naik USD 1,39 atau 1,87 persen. Year to date atau sejak awal tahun, harga minyak WTI telah melesat 5,9 persen.

-Harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober tercatat USD 79,94 per barel, mendaki USD 1,29 atau 1,64 persen. Year to date, harga minyak Brent menguat 3,7 persen.

-Harga bensin RBOB untuk kontrak September tercatat USD 2,24 per gallon, naik 3 sen atau 1,49 persen. Year to date, harga bensin melejit 6,9 persen.

-Harga gas alam untuk kontrak September tercatat USD 2,13 per ribuan kaki kubik, naik 4 sen atau 0,19 persen. Year to date, harga gas alam melemah 15 persen.

 

 

Sentimen Harga Minyak Dunia

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

“Penurunan produksi minyak mentah Libya, meningkatnya ancaman perang lebih luas di Timur Tengah, dan penyimpanan minyak mentah EIA pada level terendah dalam delapan bulan, semuanya menjadi pendorong bagi minyak mentah,” ujar Direktur Mizuho Securities, Bob Yawger.

Ia menuturkan, investor minyak mentah harus berhati-hati. “Semakin lama reli minyak mentah, dan semakin tinggi harganya, semakin besar kemungkinan OPEC+ akan menambahkan lebih dari 500 ribu ke pasar mulai Oktober,” ujar dia.

Pemerintah yang berseteru di Libya terkunci dalam pertikaian politik. Pemerintaah timur di Benghazi yang tidak diakui secara internasional telah mengancam akan menutup semua produksi dan ekspor minyak karena pemerintah barat yang didukung PBB di Tripoli berupaya mengganti kepala bank sentral anggota OPEC tersebut.

Libya memproduksi sekitar 1,2 juta barel per hari dengan sebagian besar minyak mentahnya diekspor ke pasar global. Analis Kpler Matt Smith menuturkan, harga minyak AS mungkin akan memperoleh manfaat paling besar dari gangguan itu. Hal ini karena merupakan pengganti terbaik bagi pembeli Eropa yang perlu mengganti pasokan Libya yang hilang.

Minyak mentah AS melonjak lebih dari 3 persen pada Senin, 26 Agustus 2024 karena gangguan di Libya, tetapi kemudian kembali turun seiring tingkat gangguan itu tidak jelas dan permintaan yang melambat di China bebani pasar.

Harga minyak AS diperdagangkan dalam kisaran USD 71-USD 80 per barel. Harga telah naik seiring risiko gangguan pasokan di Timur Tengah karena meningkatnya ketegangan antara Israel, Iran dan Hizbullah.

Namun, keuntungan karena risiko geopolitik telah cepat memudar karena permintaan yang melemah di China. Hal ini karena melonjaknya penjualan kendaraan listrik dan ekonomi yang lesu.

 

Harga Minyak Mentah Bisa Turun hingga USD 73,5 per Barel, Ini Penyebabnya

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Sebelumnya, harga minyak mentah diprediksi stabil pada perdagangan hari ini setelah mengalami goncangan yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga minyak adalah penarikan persediaan minyak mentah AS, kekhawatiran penurunan permintaan China, serta gangguan pasokan Libya.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan,harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tercatat naik tipis sebesar 8 sen atau 0,1%, menjadi USD 74,60 pada perdagangan Kamis pagi.

Meskipun demikian, kontrak minyak ini telah mengalami penurunan lebih dari 1% pada hari Rabu sebelumnya.

"Penurunan ini terjadi setelah data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun hanya sebesar 846.000 barel menjadi 425,2 juta barel, lebih rendah dari ekspektasi para analis yang memproyeksikan penurunan sebesar 2,3 juta barel," jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis (29/8/2024).

Penarikan persediaan yang lebih kecil dari yang diharapkan ini menambah tekanan pada harga minyak, terutama di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut atas permintaan dari China, sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, kondisi ekonomi China memiliki dampak signifikan terhadap pasar minyak global.

Ketidakpastian terkait permintaan dari negara ini membuat para pelaku pasar cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil posisi.

Namun, tidak semua faktor fundamental memberikan tekanan ke bawah pada harga minyak. Gangguan pasokan dari Libya menjadi salah satu elemen yang menahan penurunan harga lebih lanjut.

Sejumlah ladang minyak di Libya telah menghentikan produksi di tengah perebutan kendali atas bank sentral negara itu. Diperkirakan, gangguan produksi ini mencapai antara 900.000 hingga 1 juta barel per hari selama beberapa minggu mendatang.

Masalah di sisi pasokan ini menambah ketidakpastian di pasar, terutama karena produksi Libya telah berkurang lebih dari setengahnya minggu ini akibat pertikaian politik yang semakin memanas.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya