Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun pada hari Rabu karena penguatan dolar dan imbal hasil Treasury setelah data inflasi AS membuat investor mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga besar dari Federal Reserve minggu depan.
Dikutip dari CNBC, Kamis (12/9/2024), harga emas spot turun 0,1% menjadi USD 2.513,19 per ons.
Baca Juga
Kontrak berjangka emas AS ditutup sebagian besar tidak berubah di USD 2.542,40.
Advertisement
Harga konsumen AS naik sedikit pada bulan Agustus, tetapi inflasi yang mendasari menunjukkan sedikit kekakuan, yang dapat menghalangi The Fed untuk memberikan pemotongan suku bunga setengah poin minggu depan.
"Inflasi masih ada. Konsumen masih merasakannya. Jika mereka memangkas setengah poin, itu menandakan bahwa mereka menyerah di sini... pemotongan seperempat poin adalah sesuatu yang hampir dipaksa mereka lakukan pada titik ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Sentimen Suku Bunga
Saat ini, pasar memperkirakan peluang 87% untuk pemotongan suku bunga AS sebesar 25 basis poin, dibandingkan dengan 71% sebelum data tersebut, menurut alat CME FedWatch.
The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada setiap dari tiga pertemuan kebijakan yang tersisa di tahun 2024, menurut mayoritas ekonom dalam survei Reuters yang menemukan hanya sembilan dari 101 yang memperkirakan pemotongan setengah poin minggu depan.
"Kenaikan inti CPI kurang lebih telah memastikan pemotongan 25 basis poin minggu depan... rekor tertinggi baru (untuk harga emas) mungkin harus menunggu sedikit lebih lama," kata Tai Wong, seorang pedagang logam independen yang berbasis di New York.
Data Ekonomi AS
Pasar kini akan menantikan pembacaan indeks harga produsen AS dan klaim pengangguran awal yang akan dirilis pada hari Kamis.
Di antara logam lainnya, harga perak spot naik 0,7% menjadi USD 28,57 per ons, platinum naik 1,5% menjadi USD 951,97, dan paladium menguat 5% menjadi USD 1.013,25.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow harus mempertimbangkan untuk membatasi ekspor uranium, titanium, dan nikel sebagai balasan terhadap Barat.
Harga paladium meningkat karena perubahan peraturan ekspor, khususnya di Rusia, kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Advertisement