Ketahuilah, Ini Tipe Karyawan yang Dihindari Banyak Bos di Kantor!

Orang yang antikolaboratif dapat menjadi rekan kerja yang sangat menyebalkan meskipun mereka hebat dalam pekerjaan mereka, di atas kertas yang sering kali berkontribusi dengan moral yang rendah.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 05 Okt 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2024, 05:00 WIB
illustrasi pemberian dokumen
illustrasi karyawan yang memberikan dokumen copyright/freepik

Liputan6.com, Jakarta - Kamu mungkin pernah bekerja dengan seseorang yang selalu paling berisik dalam rapat, berbicara di belakangmu dan rekan teman kerjamu, atau mencari lebih banyak pujian dalam sebuah proyek daripada yang seharusnya atau banyak orang menyebutnya sebagai penjilat.

Menurut CEO dan salah satu pendiri perusahaan rintisan produk pembersih ramah lingkungan Blueland, Sarah Paiji Yoo, sifat yang ada dalam karyawan seperti ini merupakan tipe orang antikolaboratif. Ia mencoba menghindari sifat seperti ini saat merekrut karyawan baru.

“Saya suka memimpin sebagai pemimpin yang terbuka dan kolaboratif. Dan saya pikir itu adalah suatu keharusan bagi setiap anggota tim yang kami rekrut,” jelas Paiji Yoo, dikutip dari CNBC, Sabtu (5/10/2024).

Orang yang antikolaboratif dapat menjadi rekan kerja yang sangat menyebalkan meskipun mereka hebat dalam pekerjaan mereka, di atas kertas yang sering kali berkontribusi dengan moral yang rendah, produktivitas yang terhambat, dan hubungan kerja yang rusak.

“Kami ingin mempekerjakan orang yang tidak datang dan berkata, 'Saya ahli dalam hal ini dan dengan demikian, saya harus dapat membuat keputusan akhir,” kata Paiji Yoo yang saat ini masih berusia 40 tahun.

“Orang yang memahami bahwa serangkaian masukan yang berbeda, sering kali, menghasilkan hasil yang lebih baik.”

Orang yang suka bekerja sama tidak hanya tampak lebih ramah di tempat kerja, menurut seorang pakar kepemimpinan dan rekan terhormat di Harvard Law School, Heidi K. Gardner.

Mereka memiliki "keunggulan kompetitif yang besar" atas rekan kerja mereka, karena mereka biasanya "memberikan hasil yang lebih berkualitas, dipromosikan lebih cepat, lebih diperhatikan oleh manajemen senior," tulis Gardner untuk CNBC Make It .

Menurut Gardner, menjadi kolaborator tidaklah mudah, ​​tetapi tujuan utamanya sederhana yaitu menyatukan orang untuk memecahkan masalah dan mempelajari sesuatu yang baru.

“Pola pikir yang selalu saya miliki adalah, 'Orang itu berpikir berbeda dari saya. Mereka mengetahui sesuatu yang berbeda yang tidak saya ketahui, dan saya dapat belajar banyak dari mereka.'” tambah dia.

Jangan Terkesan Transaksional

Tahun 2019, Sarah Paiji Yoo mendirikan Blueland yakni sebuah perusahaan produk pembersih ramah lingkungan. Kemudian Paiji Yoo tampil di acara "Shark Tank" di stasiun TV ABC untuk memperkenalkan idenya kepada para investor.

Bersama Syed Naqvi, yang sekarang menjadi Kepala Inovasi, mereka mendapatkan kesepakatan dengan investor Kevin O'Leary. O'Leary setuju untuk memberikan dana sebesar USD 270 ribu sekitar USD 4,2 miliar sebagai imbalan atas 3% dari perusahaan, ditambah royalti 50 sen sekitar 7.900 rupiah per produk yang terjual sampai O'Leary mendapatkan kembali investasinya.

Pada tahun 2022, Blueland berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar USD 35 juta sekitar USD 544 miliar dari para investor, dan total penjualannya telah melebihi USD 100 juta sekitar USD 1,55 triliun.

Paiji Yoo menyoroti pentingnya menjaga hubungan baik dengan O'Leary sebagai contoh kolaborasi yang sukses, meskipun O'Leary dikenal memiliki kepribadian yang sensitif.

Untuk menghindari kesan bekerja hanya demi keuntungan atau kepentingan pribadi (transaksional), Paiji Yoo menyarankan agar kita tidak hanya menghubungi rekan kerja saat kita membutuhkan sesuatu. Sebaliknya, kita harus membangun hubungan dengan mereka secara terbuka dan dengan niat baik agar kerja sama yang baik dapat terjalin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya