BI Ramal The Fed Turunkan Suku Bunga Lagi, Kapan?

The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 50 bps ke kisaran 4,75%-5,00% pada September 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Sep 2024, 16:15 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 16:15 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia memproyeksikan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga lebih besar lagi hingga akhir tahun 2024. Sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 50 bps ke kisaran 4,75%-5,00% pada September 2024.

"FFR ini akan turun lebih cepat dan lebih besar dibandingkan perkiraan kita sebelumnya," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juli Budi Winantya, dalam Taklimat Media di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (24/9/2024).

Proyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan pada tiga indikator utama, yakni perekonomian global yang cenderung melambat, sehingga semakin jelas bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga.

"Perekonomian global, dinamika dari ekonomi global ini intinya adalah bahwa ekonomi dunia cenderung melambat," kata Juli.

Sesuai Waktunya

Sebagaimana pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menurut Juli, kejelasan pergerakan Fed Fund Rate ini sesuai dengan waktunya.

Padahal, jika dilihat pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya, BI memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga The Fed akan berlangsung lebih lama.

"Ini yang disampaikan Pak Gubernur. Salah satu alasan BI-rate diturunkan adalah karena kejelasan pergerakan FFR, sesuai dengan timing-nya dan juga terkait dengan usahanya. Di RDG BI bulan lalu, kita belum melihat ada kepastian, namun pada RDG September ini semakin jelas terkait dengan penurunan suku bunga," ujarnya.

 

Indikator Selanjutnya

The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Indikator kedua yang menjadi dasar proyeksi Bank Indonesia adalah inflasi global yang cenderung menurun, terutama inflasi di negara maju, termasuk Amerika Serikat.

"Inflasi cenderung menurun. Ini menggambarkan bahwa inflasi di negara maju menurun, terutama di Amerika Serikat, dan mengarah pada sasaran jangka panjang," ujar Juli.

Selanjutnya, indikator ketiga adalah penilaian Bank Indonesia terhadap penurunan suku bunga The Fed, yaitu penurunan penyerapan tenaga kerja di Amerika Serikat yang cenderung turun.

"Tiga hal tadi yang mendasari penilaian kita bahwa FFR ini akan turun lebih cepat dan lebih besar, dimulai September ini," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya