Apresiasi Para Petani Lokal, Program Optimasi Lahan Rawa di Merauke Tunjukkan Perkembangan Signifikan

Program yang dilakukan oleh para petani di Merauke mampu memberikan perkembangan signifikan lewat produktivitas yang meningkat.

oleh Wuri Anggarini pada 28 Sep 2024, 15:07 WIB
Diperbarui 28 Sep 2024, 15:11 WIB
Apresiasi Para Petani Lokal, Program Optimasi Lahan Rawa di Merauke Tunjukkan Perkembangan Signifikan
Para petani lahan rawa di Merauke. (c) istimewa

Liputan6.com, Jakarta Hasil perkembangan signifikan terlihat dari program oprimasi lahan rawa yang dijalankan di Merauke, Papua Selatan. Lewat penerapan mekanisasi dan praktik pertanian modern yang dijalankan, program ini mampu meningkatkan produktivitas yang signifikan.

 

Apresiasi Para Petani Lokal, Program Optimasi Lahan Rawa di Merauke Tunjukkan Perkembangan Signifikan
Peneliti BRIN, Dr. Ir. Syahyuti, M.Si. 

Dalam kunjungannya ke Distrik Kurik, Dr. Ir. Syahyuti, M.Si, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan pandangannya terhadap kemajuan program tersebut sekaligus mengapresiasi para petani lokal yang memiliki kemampuan luar biasa.

"Alhamdulillah, saya berkesempatan bertemu dengan para petani dan penyuluh di Kurik, Merauke. Seorang petani bersama istrinya mampu mengelola 13 hektare lahan berkat mekanisasi penuh. Daerah ini benar-benar menjadi calon pusat pertanian masa depan," ungkap Syahyuti.

Distrik Kurik Jadi Sorotan karena Pertanian yang Lebih Maju

Sebagai informasi, Distrik Kurik sudah menerapkan metode pertanian modern sejak tahun 1980-an. Daerah tersebut kini jadi sorotan karena tingkat mekanisasi yang lebih maju dan produktivitasnya yang melampaui wilayah lain. Beras dari Kurik kini diekspor ke seluruh Merauke dan Papua Selatan, membuktikan efisiensi metode pertanian yang diterapkan di sana.

“Dengan mekanisasi di Distrik Kurik, Merauke, para petani mampu mengelola hingga 5 hektare lahan per individu, berkat penggunaan alat dan teknik canggih di setiap tahap proses pertanian,” lanjut Syahyuti.

Penggunaan alat mesin pertanian tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga mengurangi biaya produksi, mulai dari pengolahan tanah dengan traktor hingga panen dengan combine harvester.

“Pengolahan tanah menggunakan traktor TR 4, misalnya, memerlukan biaya Rp 1,5 hingga Rp 1,8 juta per hektare. Petani yang memiliki traktor TR 2 sendiri dapat menekan biaya lebih jauh, hanya membayar untuk bahan bakar solar,” tambahnya.

Penerapan Metode Lain yang Lebih Efisien

Selain mekanisasi, banyak petani di Merauke masih menggunakan metode tabur benih, yang terbukti efisien di daerah tersebut. Mereka juga telah beralih dari penyiangan manual ke penggunaan herbisida, yang menghemat tenaga kerja dan waktu.

“Dengan biaya hanya Rp 150.000 per hektare, meskipun membutuhkan benih lebih banyak (50-80 kg/ha), metode ini sangat efisien,” jelas Syahyuti.

Harapan Baru Sebagai Lumbung Pangan

Program optimasi lahan rawa di Merauke ini memberikan harapan baru untuk menjadikan wilayah paling timur Indonesia ini sebagai lumbung pangan. Hasil panen para petani biasanya langsung dijual ke penggilingan, dengan harga beras medium yang stabil, mencapai Rp 10.000 per kilogram dalam dua tahun terakhir.

Petani di Kurik mampu menghasilkan 6-7 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, jauh di atas rata-rata nasional. Setelah digiling, hasilnya sering mencapai 4 ton beras per hektare, dengan rendemen sekitar 60%. Ini setara dengan pendapatan bruto sekitar Rp 40 juta per hektare per musim, dengan keuntungan bersih antara Rp 20 juta hingga Rp 25 juta setelah dikurangi biaya produksi.

Syahyuti menegaskan, "Produktivitas di sini sangat luar biasa. Dengan manajemen yang baik dan investasi mekanisasi yang berkelanjutan, Merauke memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam strategi ketahanan pangan Indonesia."

Terus Mendapatkan Dukungan Pemerintah

Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Hermanto menegaskan bahwa upaya pemerintah dalam program optimasi lahan mencakup perbaikan saluran irigasi dan pemberian fasilitasi bantuan alat mesin pertanian untuk petani dan kelompok tani.

“Pemerintah juga akan mendampingi mulai dari pengembangan budidaya padi, pemanfaatan alsintan, dan sebagainya. Harapan kami, setelah lahan dioptimalkan, petani dapat menanami dan mengelola lahan tersebut secara berkelanjutan,” ujar Hermanto.

Pendampingan kepada petani akan melibatkan penyuluh pertanian di Kabupaten Merauke serta memberikan bimbingan teknis mengenai mekanisasi pertanian.

“Dengan lahan yang luas untuk budidaya pertanian, namun terbatasnya sumber daya manusia di Merauke, penggunaan alat mesin pertanian menjadi sangat penting. Kehadiran alat ini mempercepat proses olah tanah, tanam hingga panen,” jelas Hermanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya