Daftar Harga BBM Terbaru di SPBU Pertamina per 1 Oktober 2024

PT Pertamina (Persero) melakukan penurunan harga BBM non-subsidi seperti jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Okt 2024, 06:15 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2024, 06:15 WIB
Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Pertamax Jadi 14.500, Solar Jadi 6.800
Sejumlah kendaraan mengantri di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi, Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Harga BBM resmi turun mulai 1 Oktober 2024. Penyesuaian harga BBM ini dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) untuk BBM non-subsidi, seperti Pertamax Cs.

Adapun perubahan harga BBM ini berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

Perlu diketahui, Harga BBM non-subsidi Pertamina yang turun adalah harga Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Sementara harga Pertalite dan Bio Solar tetap.

Untuk area Aceh, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, misalnya, harga Pertamax turun dari Rp 12.950 per liter jadi Rp 12.100 per liter. Bagaimana yang lain?

Berikut daftar lengkap harga BBM di SPBU Pertamina berlaku 1 Oktober 2024:

Aceh, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara

  • Pertalite: Rp 10.000
  • Pertamax: Rp 12.100
  • Pertamax Turbo: Rp 13.250
  • Dexlite: Rp 12.700
  • Pertamina Dex: Rp 13.150
  • Bio Solar: Rp 6.800 

Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan, dan Sulawesi

  • Pertalite: Rp 10.000
  • Pertamax: Rp 12.400
  • Pertamax Turbo: Rp 13.550 
  • Dexlite: Rp 13.000 
  • Pertamina Dex: Rp 13.450Bio Solar: Rp 6.800 

Riau, Kepulauan Riau, dan Bengkulu

  • Pertalite: Rp 10.000
  • Pertamax: Rp 12.650
  • Pertamax Turbo: Rp 13.850
  • Dexlite: Rp 13.250
  • Pertamina Dex: Rp 13.750
  • Bio Solar: Rp 6.800 

Maluku dan Maluku Utara

  • Pertalite: Rp 10.000
  • Pertamax: Rp 12.400
  • Dexlite: Rp 13.000
  • Bio Solar: Rp 6.800 

Papua, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Tengah

  • Pertalite: Rp 10.000
  • Pertamax: Rp 12.400
  • Pertamax Turbo: Rp 13.550 
  • Dexlite: Rp 13.000
  • Bio Solar: Rp 6.800 

Papua Barat, Papua Barat Daya

  • Pertamax: Rp 12.400
  • Dexlite: Rp 13.000
  • Pertamina Dex: Rp 13.450 

 

 

Ada BBM Rendah Sulfur, Harga Pertalite Cs Siap-Siap Naik?

Petugas SPBU mengisi bahan bakar jenis pertalite kepada pengguna sepeda motor di Pamulang, Tangerang Seatan, Banten. Pemerintah masih terus menggodok aturan untuk membatasi pembelian BBM subsidi dan kompensasi di SPBU.(merdeka.com/Dwi Narwoko)
Petugas SPBU mengisi bahan bakar jenis pertalite kepada pengguna sepeda motor di Pamulang, Tangerang Seatan, Banten. Pemerintah masih terus menggodok aturan untuk membatasi pembelian BBM subsidi dan kompensasi di SPBU.(merdeka.com/Dwi Narwoko)

Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin, menyampaikan bahwa peluncuran BBM rendah sulfur tidak akan menaikan harga BBM yang tersedia di SPBU Pertamina. Dengan ini, masyarakat tetap dapat memperoleh BBM berkualitas tanpa ada dampak dari sisi ekonomi. 

"Rencana pemerintah adalah menyediakan BBM rendah sulfur tanpa menaikkan harga BBM. Sehingga masyarakat mendapatkan akses BBM yang lebih berkualitas dan lebih bersih," kata Rachmat dalam keterangannya, Rabu (18/9)

Dia menyampaikan peluncuran BBM bersubsidi yang berkualitas atau rendah sulfur untuk mengatasi polusi udara. BBM rendah sulfur ini juga akan diarahkan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan.

"Jadi golongan kelas atas tidak lagi berhak memanfaatkan subsidi BBM," ucapnya.

Menjawab kekhawatiran dampak penyesuaian penyaluran subsidi BBM terhadap beban ekonomi masyarakat kelas menengah. Anak buah Menko Luhut ini mengatakan program BBM rendah sulfur tanpa membebani masyarakat ataupun negara.

"Pada prinsipnya pemerintah memperhatikan kondisi tekanan ekonomi terhadap kelas menengah," jelas dia.

Sebaliknya, peluncuran program BBM rendah sulfur ini akan menghemat pengeluaran negara untuk sekedar impor BBM. Namun, Ia belum dapat membeberkan detil peraturan yang tengah disusun pemerintah.

"Dalam lima tahun terakhir, pemerintah rata-rata menghabiskan Rp119 triliun setiap tahunnya untuk subsidi BBM. Ini artinya pajak masyarakat tidak secara optimal tersalurkan karena tidak dinikmati golongan yang membutuhkan subsidi tersebut," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya