Riset: Konsumen Indonesia Lebih Berhati-hati Berbelanja

Konsumen masih tetap optimistis dalam melihat kondisi perekonomian Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

oleh Arthur Gideon diperbarui 21 Okt 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2024, 18:35 WIB
Ilustrasi NielsenIQ.
Ilustrasi NielsenIQ.

Liputan6.com, Jakarta - NielsenIQ (NIQ), perusahaan consumer intelligence merilis laporan Mid-Year Consumer Outlook: Guide to 2025. Dalam laporan ini terungkapbahwa konsumen Indonesia cenderung tetap berbelanja kebutuhan walau ada kenaikan harga. Namun konsumen lebih berhati-hati, lebih eksperimental, dan lebih selektif terhadap brand.

FMCG Commercial Leader NIQ Indonesia Dena Firmayuansyah menjelaskan, dalam laporan ini disebutkan bahwa konsumen masih tetap optimistis dalam melihat kondisi perekonomian Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

"Dalam studi ini mendapati lebih banyak konsumen Indonesia yang merasa lebih baik daripada lebih buruk (38,4%) dibandingkan dengan konsumen di negara lain dan global (-2,6%)," jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (21/10/2024).

Hal ini dilandasi oleh outlook pertumbuhan perekonomian Indonesia yang diperkirakan stabil hingga 2025, menurut data BPS. PDB diperkirakan tumbuh dari 5,1% pada 2024 menjadi 5,2% pada 2025. Pertumbuhan ekonomi ini didominasi oleh konsumsi rumah tangga (54,5%).

Inflasi juga mengalami penurunan, namun tidak pada sektor makanan, minuman, rokok, perawatan pribadi, dan jasa lainnya.

Walau begitu, tingkat kepercayaan diri konsumen Indonesia ternyata tidak seoptimistis sebelumnya, yaitu setelah post-pandemic atau pada periode recovery. Kenaikan harga pangan dan ancaman kemerosotan ekonomi terus menjadi faktor utama yang membebani pikiran konsumen, sehingga mereka lebih berhati-hati dan lebih strategis dalam menggunakan uangnya.

Bahkan, kekhawatiran ini telah memicu 83% konsumen secara aktif mencari penghasilan tambahan di luar pekerjaan utama mereka dan 23% mengatakan akan menambah utang mereka untuk mencukupi kebutuhan dan gaya hidup mereka.

 

Lebih Selektif

Ilustrasi NielsenIQ.
Ilustrasi NielsenIQ.

Terdesak oleh kebutuhan, konsumen Indonesia akan tetap membelanjakan uangnya untuk fast moving consumer goods (FMCG) walau ada kenaikan harga.

Walau begitu, kini mereka menjadi lebih eksperimental untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dan lebih baik dari produk-produk yang mereka beli. Selain itu, mereka juga lebih selektif terhadap pilihan brand.

Dena melanjutkan, sangat penting bagi industri untuk selalu memantau perilaku belanja konsumen ketika PDB tumbuh lebih tinggi dari inflasi namun tingkat keyakinan konsumen tidak lagi setinggi sebelumnya. Sebab ini menandakan adanya ketidakpastian yang mendasari tentang masa depan.

"Pengeluaran mungkin akan terus berlanjut, namun bisa jadi ragu-ragu dalam membuat komitmen keuangan jangka panjang, juga konsumen mungkin akan mengalihkan perilaku belanja mereka ke barang-barang yang lebih penting, lebih menghemat pengeluaran mereka akan cenderung memilih produk-produk yang diskon,” ungkap dia.

“Mengetahui perilaku konsumen sangat penting agar dapat membangun dan mempertahankan keunggulan kompetitif.” 

Temuan-temuan penting dari konsumen Indonesia:

  • Konsumen Indonesia masih percaya diri, tapi tak sebesar sebelumnya. Konsumen yang tercatat masih menabung dan merasa secure secara finansial turun dari 26% pada pertengahan 2023 menjadi hanya 13% pada pertengahan 2024. Sementara mereka yang sebenarnya tidak terdampak secara keuangan tapi lebih berhati-hati dalam pengeluaran, naik dari 34% pada 2023 menjadi 41% pada 2024.
  • Kekhawatiran mereka dilandasi antara lain kenaikan harga makanan (37%), penurunan ekonomi (27%), dan banyaknya peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia akibat isu lingkungan (16%) serta kenaikan harga transportasi (14%) dan utilitas (13%). Konsumen menjadi lebih memikirkan kesejahteraan/kebahagiaan pribadi dan keamanan kerja mereka.
  • Berbagai kekhawatiran tersebut memicu 83% konsumen secara aktif mencari pendapatan tambahan di luar pekerjaan utama mereka. Malah, 23% mengatakan akan menambah utang mereka untuk mencukupi kebutuhan dan gaya hidup mereka.
  • Walau ada penurunan dalam alokasi belanja untuk fast moving consumer goods (FMCG), ada kenaikan belanja makanan, terutama di kalangan lower income (27,3%, naik dari 26,5% pada 2023) dan leisure (pakaian, rekreasi, dan makan di luar) untuk semua segmen pendapatan (income). Akan tetapi kenaikan ini lebih dipicu oleh kenaikan harga ketimbang volume.
  • Belanja untuk barang-barang teknologi (handphone, TV, kulkas, AC, laptop, dan sebagainya) meningkat pada 12 bulan menjelang pertengahan 2024, baik dalam hal penjualan dan volume.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya